Monday, February 20, 2006

an architectural visit

seorang interior desainer mengajakku berkunjung ke proyek resort yang sedang ia kerjakan di suatu wilayah di ubud. tanah tempat proyek itu dibuat memanjang di tepian sungai, menjorok sampai ketebingnya. di seberang sungai adalah bukit yang lain, permukaannya ditumbuhi semak belukar, pohon-pohon kecil, perdu dan kelapa. hijau. cantik.

tanah proyek itu melandai kebawah, dari bagian yang paling tinggi ke bagian paling rendahnya berselisih sekitar 15 m. setelah dipotong dan disederhanakan landscape-nya, tanah yang mula-mula terlihat penuh sesak itu menjadi luas dan lapang.

hari itu aku mendapat kesempatan yang luar biasa untuk mengamati bagaimana proyek itu dijalankan. dia menerangkan padaku setiap detail yang ingin aku ketahui dari gambar rancang bangun proyek itu. bagian mana yang nantinya akan jadi lobby, restoran, bar, spa, sejumlah villa dengan berbagai macam tipe kamar, bangunan kantor, kolam renang ... wah, semuanya!

ya, nggak mungkin aku bilang kalo aku tau semuanya. hari itu aku mengamati bagaimana sebuah proyek dikelola. bagaimana mewujudkan sebuah gambar menjadi benda yang nyata dan tumbuh. bagaimana melihat sesuatu tercipta di sebuah hamparan tanah, bahkan sebelum bangunan itu dibuat.

satu hal yang istimewa, dari keseluruhan luas tanahnya, pemilik resort meminta supaya yang dibangun tidak lebih dari 15% luas tanah saja. sisanya harus tetep berisi pohon, tanaman dan taman. juga setiap mata air yang mengalir di tanah itu diupayakan sedemikian rupa supaya bisa dipertahankan.

aku sudah bisa membayangkan... di pagi hari, kabut tipis putih seolah selimut awan akan mengambang naik dari sungai berarus deras dengan batu-batu besar di bawahnya. di sore hari, matahari yang oranye seperti bersepuh emas perlahan-lahan menghilang di balik bukit.
luar biasa!

Sunday, February 19, 2006

kemeja hitam darimu

kalaupun aku tau lebih awal apa yang ingin kau katakan, apakah ada yang akan berubah? mungkin ya, mungkin tidak. yang aku tahu hanyalah percakapan kita yang menyenangkan sangat pendek usianya. lintasan waktu dan rapatan kejadian membuatku tidak pernah berhenti lalu berusaha mencari tahu sebab dan akibat.

jika bukan karena dia yang menceritakan semuanya, dan membalik siratan makna, mungkin sampai saat ini aku tak pernah tau. apa dan bagaimana.
jalan hidup kita pernah bersimpangan. dan demikianlah adanya.
dimanapun kau berada saat ini, aku yakin kau juga masih menyimpan sisa percakapan itu.

sampai jumpa pada jalur yang lain. pada perhentian yang berbeda.



dari obrolan di jazz cafe,
jam dua-dua sekian-sekian

best valentine presents ever

sejak dulu valentine bukanlah perayaan yang penting buatku. waktu aku kerja masih di radio, seperti halnya sekarang di Bali, valentine berarti kerja tambahan. siaran dengan tema spesial, bikin teks spesial, tambah jam kerja untuk spesial dinner...bla bla bla.
tahun ini, hari-hari dalam suasana valentine justru memberiku hadiah-hadiah istimewa. setiap hari.

#1:The Visit
Ari, sahabatku sejak SMP, orang yang paling sering aku hujani keluh kesah (selain Casper) datang berkunjung. ini sebenarnya kunjungan yang sudah direncanakan sejak lama. "dan perlu satu tahun sampe akhirnya aku datang" katanya. dia nggak datang sendiri, Handika, si bawel yang gempal dan bersemangat ikut bersamanya. sebenarnya siapa yang ikut siapa sih? ya ya, nggak penting juga. pokoknya mereka datang berdua deh...

dua malam mereka habiskan di Ubud, dan satu malam di Kuta. seperti halnya orang-orang dari Jakarta lainnya, selama ini Ubud buat mereka hanyalah nama karena Bali yang mereka tau hanya seputar pantai Kuta dan Kuta square (aduh, kasiyan deh...).

aku membooking kamar di Junjungan untuk mereka. keluar masuk yang dilihat adalah sawah yang hijau dan segar. juga dari kamar. "loe bakalan nangis deh liat pemandangannya" kataku dalam sms yang hiperbolik.

Image hosting by Photobucket

malam pertama kami habiskan di sepanjang jalan Hanoman. baru ketahuan kalo Dika ternyata gampang lapar mata, apalagi kalo liat cincin perak! bersungut-sungut dia mengikuti kami masuk ke toko demi toko berikutnya dan menuduh Ari dan aku sengaja memprovokasi dia "biar gue belanja lagi ya?!"
ahahaha! tau gitu aku minta komisi dari mbak-mbak penjaga toko.

setelah makan di Lada, nyaris semua toko di sepanjang jalan itu kami masukin. Dika, kamu harusnya berterima kasih karena ada toko yang ngasih ide buat kerjaan absurd dari bos-mu. iya kan!?

tujuannya malam itu jelas. ke Opera dan nonton Balawan karena seingatku dia biasa main hari Sabtu. walopun begitu, kami tetep sempat ngubek-ubek Tegun galeri dan makan kue di Kakiang. oh, Kakiang memang nggak pernah gagal. aku dapet Mango Tart kesukaanku, Black Forest buat Dika, dan Chocolate Mousse untuk Ari, dan foto-foto bagus buat kami, yang bikin tawa mbak pelayan toko meledak. "lucu banget sih!"

Image hosting by Photobucket

tapi ternyata Balawan nggak main hari Sabtu melainkan hari Selasa (udah ganti jadual rupanya). jadi akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Cafe bernama Kafe. ehehehe... sekarang ini, demikianlah nama resmi tempat itu.

Image hosting by Photobucket

balik ke hotel, Dika mengajak kami memainkan permainan kartu yang sumpah deh, konyol banget!. herannya, justru dia yang ketawa terus sampe harus ngocok dan main sambil jongkok.

paginya, aku mengajak mereka trekking di Ibah. ini jalur trekking yang menurutku paling enak di Ubud. jalur lainnya harus lewat jalan berlumpur dan pematang sawah. buat yang hanya mau having fun dan nggak bener-bener lintas alam, jalur yang berada diantara sungai Campuhan dan Oos ini bener-bener menyenangkan, apalagi kalo salah satu yang ikutan jalan kaki bersikeras memakai jeans. aku sengaja ngajakin mereka ke jalur yang bener-bener panjang. melintas pura Gunung Lebah, jalur diatas sungai, Bangkiang Sidem, sampai keluar di Payogan. walopun akhirnya nyerah dan numpang sama mobil yang lewat (makasih banyak tumpangannya ya, pak!) trekking itu sudah menyisakan foto-foto menarik.

Image hosting by Photobucket

Image hosting by Photobucket

Image hosting by Photobucket

Image hosting by Photobucket

Image hosting by Photobucket

kelelahan, kami makan di Murni's warung dan melanjutkan hari itu pada sore hari di sepanjang jalan Monkey Forest setelah tidur siang. mewah bener deh aku hari itu, biasanya mana sempat tidur siang.

kami makan malam di Delicat, istana kucing di Ubud. resto mungil yang cantik itu memang memelihara banyak sekali kucing. anehnya, malam itu nggak ada seekor pun yang berkeliaran. "mungkin lagi jalan-jalan" kata salah satu pelayannya. heran, sekian kali aku kesitu, baru sekali hal ini terjadi.

tapi jangan kuatir, ada hiburan lain. Gunnar, pemilik tempat itu memutar dua lagu ciptaannya. yang satu sih gak begitu istimewa, tapi satunya lagi, berhasil bikin kami terpingkal-pingkal. "I... never wanna be alone. I... never wanna sleep alone". bener-bener lagu yang kocak. buat yang mau tau gimana cara nyanyinya, telepon aku aja.

Image hosting by Photobucket

di Kuta, kami pergi ke tempat-tempat standar, seperti pantai, Discovery Mall (belanja! belanja!), Pizza Hut dan tentu saja berfoto di depan Bubba-Gump Shrimp. aku senang sekali Ari dan Dika datang, dan aku menikmati setiap saat yang aku habiskan bersama mereka, sampai-sampai aku menghilang dari Kampung Gajah, dari arisan dan kabur tanpa pamit dari chatting sama Courtney. kerja aja aku bikin short time, kok! dan seperti biasa, Pak Koman dan Bu Mansri yang supportif selalu tau. Dian lagi kedatangan temennya dari Jakarta, jadi jangan cari dia di kantor setelah jam 5 sore.

#2:The Lesson
hadiah kedua adalah kesempatan untuk belajar memahat alias wood carving. aku harus berterima kasih pada Coco-penulis dari Taiwan, yang udah ngajakin aku, dan pada Gus Kriana dari Tulikup, Gianyar Timur- yang dengan sabar mau menunjukkan pada pemula yang canggung seperti aku ini, bagaimana cara memakai pahat dan memukulnya dengan benar sehingga sedikit-sedikit aku bisa belajar merasakan keterampilan itu.

#3:From Balawan With Love
OK,OK... judulnya memang terlalu provokatif, atau berlebihan, terserah bagaimana melihatnya. karena seperti biasa, fans memang selalu lebih terkenang-kenang sama kejadian yang dialaminya dengan si artis, daripada si artis itu sendiri. tapi boleh kan aku pede (boleh dibaca ge-er) sedikit?

aku, Onet, Vicky dan Wine menonton pertunjukan Balawan and Trio di Opera tanggal 14 Februari itu. pertunjukan sudah mulai waktu aku datang dari airport setelah melepas Ari dan Dika. sudah banyak juga yang datang, waktu diantara jeda satu lagu ke lagu yang lain, Balawan menoleh ke meja kami dan berkata "this song is for my friend who's sitting in that table, whose also come from Jakarta" oarang-orang menoleh ke meja kami. hehehe... tadi waktu foto-foto aku dan Vicky bilang kalo kami juga baru dateng dari airport. "tau gitu kita barengan aja ya!" ih, sok akrab bener...

lalu mulailah ia menyanyi..."you just too good to be true, can't take my eyes off from you..." wah, dia memainkan lagu itu dengan sangat baik. walopun sebenarnya favoritku malam itu adalah saat dia menyanyikan Something Stupid, dengan interpretasi India. keren!

pada saat pertunjukannya berakhir, seorang waitress datang dan membawa beberapa potong kue. "ini ada cake dari Balawan" katanya sambil meletakkan piring kue di hadapanku. aduh, speechless deh! jadi nggak usah ngomong apa-apa, tapi mari kita foto dulu kuenya...

Image hosting by Photobucket

"seadanya aja ya..." kata Balawan waktu akhirnya aku bisa mengucapkan terima kasih.
ya, ya... sampai saat menulis entry ini, aku masih tersenyum mengingat kejadian itu.

Friday, February 17, 2006

where's the love?

Hey Ina,

I hope this message finds you well. I am now back in Utah and having some fun re-adapting to the situation here. I am now starting to become familiar with the news and current events again, and I heard about the recent developments with the cartoons that came from Denmark. I am so sorry to hear that these things bring such turmoil. I know this sounds funny, but I feel a little difficult in this situation because part of my heritage comes from Denmark. I hope that things in Bali aren't worse because of this. Well, just wanted to say hi and tell you that I am back in my home town. It really is strange here. Not sure how things will be in the next couple of months, but hopefully they will all be good.

Take care,

Court


(aku membaca email Courtney sambil tercenung. apakah aku harus membabi buta? menyamakan orang dengan bangsa? media dengan negara?)


Dear Court,

it's nice to read from you again. Bali is hot and sunny and dry. It's been 10 days since the last rain. I have to turn my fan all day now, and frequently moving to air conditioned room to get some cool air.
I saw the cartoon couple days ago. They're awful and I share the same feeling with those people who join the riot in Jakarta. But I don't believe in violence. Violence will only affirmed what people have thought about Islam. That Islam is terrorism. For me, those cartoon are just an absolutely a pathetic way of being famous by a cowards with double standard on their mind. The cartoonist must have known that those pictures will bring negative reactions and even turmoil. But still they did so.
I wouldn't blame you just because part of your heritage come from Denmark. You have nothing to choose or change it.

Take care,
Ina

Wednesday, February 08, 2006

tiga kejadian pagi ini

nabrak anjing waktu lagi boncengan sama wine. kata wine nggak papa anjingnya ditabrak karena anjingnya bego. guling-gulingan di jalan. dan kalo nggak ditabrak, malah aku sama wine yang jatuh ke parit.
hiks! serius aku masih ngerasa nggak enak gara-gara itu.

telat ke kantor dan bikin wine telat ke kantor juga karena harus beli bensin dulu. udah sampe ke garis merah.

beli bensin 10 ribu. tapi kayaknya ngasihnya kurang dari itu. soalnya setelah jalan, jarum penunjuknya naiknya dikit banget. ini nipu apa yah?

dan entah kenapa, sambungan internet baik yang wifi maupun yang ethernet bersepakat untuk sama-sama bekerja lambat hari ini

hu-uh! bete!

Tuesday, February 07, 2006

suatu pagi di batan waru

"Kamu daftar PNS juga say?" seorang teman bertanya lewat YM
"Aku? daftar PNS? Nggaklah...kan dari dulu juga aku nggak mau. Kok kamu masih nanyain itu?"
"Ya, kali aja kamu daftar"

Ah, aku lalu jadi ilfil mau nerusin chatting sama dia. Topik ini selalu menyebarkan perasaan nggak enak di perutku. Mengingatkan aku lagi pada hal-hal buruk yang terjadi dua tahun yang lalu. Dan nggak ada kenangan baik yang bisa dipakai untuk mengimbanginya. Ah!

Lalu waktu aku ketemu dengan Joy dan Wayan pagi-pagi hari Minggu itu, kami membahas lagi tentang PNS. Sebenernya mula-mula kita ngebahas CSR (corporate social responsibility), sih... lalu pertanyaan kenapa mekanisme CSR belum bisa berkembang dengan baik di negara ini. Joy bilang, karena paradigma pemerintahnya masih terus punishment, tapi nggak ada reward. Aha! you got the point, Joy!
Menurutku, itu juga disebabkan oleh kinerja PNS. Bayangin aja, kerja nggak ada appraisal, tiap 4 tahun sekali otomatis naik golongan, yang paling aneh misalnya kasus temen sekerjanya tante Sri yang mengalami gangguan jiwa, dan di kantor udah nggak bisa ngerjain apa-apa, tetep aja nggak dikeluarin dan tetep dapat gaji penuh. Apalagi kalo hanya malas...
Rajin atau malas, asal golongannya sama, gajinya tetep sama. PNS dimanapun. Nah...kalo berada dalam lingkungan semacam itu, berapa lama pertahanan seseorang bisa diandalkan. Lama-lama akan lebih mudah untuk memilih menjadi pragmatis. Cari jalan yang gampang aja (yang ini tambahan dari Joy)

Sesaat setelah seseorang menandatangani perjanjian untuk jadi PNS, seketika itu juga dia menjelma menjadi sederetan angka NIP, tergantung golongan gajinya. Sangat sulit buat dia untuk menjadi individu yang bisa dikenali, nyaris nggak mungkin untuk mendapatkan apresiasi dari aktualisasi diri. Yang menilai di Jakarta dia kerjanya di Pulau Rote. Dia nggak lagi bernama. NIP sekian sampai sekian, golongan IIIC, masa kerja sekian tahun, tahun depan naik golongan.

Dan aku terlalu narsis untuk itu.

Monday, February 06, 2006

Supermarket Trauma

went to their office and saw all of their products made me feel uneasy. went to the supermarket with them is even worst.
(yeah, I know I have to stop this gibberish and start to tell a story)

Jumat itu, sebenarnya aku hanya mau ketemu Vira. aku tau dia sedang ada di Bali. jadi waktu aku masih di Bisma dan dia sms, aku usulkan padanya untuk ketemu di Ubud aja. ternyata dia datang sama teman-teman kantornya. 5 dari 350 orang yang ada di divisi sales Unilever yang sedang bikin annual conference di Bali. mari kita absen lagi satu-satu...Irma, Freddy, Chris, Melda dan Tanti. tentu saja di awal obrolan masih banyak roamingnya. yang mereka bahas masih soal kerjaan. masih tentang apa yang mereka alami di acara yang barusan aja selesai. walopun begitu, tetep aja aku dan Vira nggak ngobrol banyak waktu ada diantara mereka.

pertama, karena kami terlalu baik hati untuk nggak bikin mereka ngalamin roaming karena denger cerita orang-orang yang mereka nggak tau, dengan referensi kejadian masa lalu yang kalo mo diceritain sejarahnya juga panjang banget.

kedua, karena kira-kira 15 menit setelah aku datang, aku mulai diinterogasi sama Chris, dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini;
kamu orang mana?
males banget jawab pertanyaan ini. tapi dia kekeuh minta dikasih tau dimana lahirku, orang tuaku lahir dimana, merasa jadi orang mana...*keluh*
kamu religious ato spiritual?
well, kayaknya ini semacam tes buat masuk uji nyali kali ya...
the rest of the group pada komentar kalo aku udah masuk daftarnya Chris. jadi dari tadi ini nih psikotest gitu? ato test wawancara?... sayangnya pertanyaan yang paling penting nggak ditanyakan. hihihi...

ketiga, ada pertanyaan-pertanyaan seperti...
pake shampoo apa?
(Sunsilk. yang mana? pink n ungu ganti-ganti. oh, yang straight n silky sama weighty and smooth ya?)
pake deterjen apa?
(Attack)
pake pasta gigi apa?
(Enzim)
makan es krim apa?
(dulu Walls sekarang Nestle)
tentu saja! kalo aku nggak pake produk Unilever, jawabanku akan dibahas.
*sigh*

keempat, mereka ini adalah orang-orang yang udah berkali-kali datang ke Bali. dan tentu saja, seperti halnya orang Indonesia (dan Jakarta) lainnya yang mainstream, mereka melulu hanya ngubek-ubek Kuta, Seminyak dan Legian. that's all. dan aku memandang mereka dengan prihatin karena itu:p
sisanya jadi seperti yang biasanya aku lakukan bersama teman-teman lain yang datang, atau tamu lain yang berkunjung ke Ubud. dan ke Komaneka. bercerita tentang sejarah Ubud, tentang Yoga, tentang dupa dan essence oil, upscale hotels and resorts, sedikit tentang upacara dan odalan dan ini dan itu. dan showing room (crossing my fingers that the guests are out of their room...). seperti biasa, aku menikmati saat-saat mereka masuk dari pintu. kamar 201 selalu jadi favoritku karena efeknya yang bekerja secara mencengangkan:D

setelah mereka check in di Teba House, aku mengantar mereka ke supermarket untuk membeli handuk dan lain sebagainya yang mereka perlukan. suatu hari, tahun lalu, aku ke gedungnya Unilever yang sebelahan sama Hoka-hoka Bento dan ngeliat semua produk mereka di lantai dasar. dan seketika aku merasa seperti dicengkeram sesuatu yang besar dan nggak keliatan, tapi bikin aku nggak bisa bergerak. mereka mengisi lebih dari separuh ruang yang ada di lemari persediaan ibuku! yayaya... salah juga aku cerita itu, karena langsung dijawab dengan bilang. memang... 99% rumah tangga di Indonesia begitu. oooh!kenapa fakta yang mengerikan itu dibilangin ke aku? kenapa?
dan sekarang aku pergi ke supermarket sama mereka. begitu nyampe, yang ada mereka langsung berkerumun di depan lemari kaca yang memajang contoh produk, mengomentari display-nya dan aaahh!! aku nggak kuat!
aku langsung kabur ke bagian yang lain. aku nggak mau dengar mereka membandingkan produk-produk itu dan seterusnya, dan seterusnya...
kayaknya ini akan jadi pengalaman traumatis, deh!oh, my eyes...oh, my brain...

dan kemarin pagi, waktu mereka udah pulang, aku ke toko untuk beli pantyliner. tiba-tiba aku melakukan sesuatu yang nggak pernah kulakukan sebelumnya. aku cek pabrik mana yang bikin pantyliner itu.

Thursday, February 02, 2006

an Indian woman in Chinatown

Elsbeth Monod hari ini datang bersama keluarga Sara Sooja, klienku yang berdarah India, lahir di Singapura dan kini menetap di New York. kakak perempuan Sara, kakak iparnya, dan ibunya. mereka akan ikut upacara di pura keluarga di Komaneka, lalu ikut bu Mansri ke pura di Pasar Ubud.
atau begitulah rencananya. karena sang ibu kemudian memutuskan untuk nggak ikut ke pasar dan menunggu di Komaneka. aku yang menemaninya. seorang Mamachi berusia 60 tahun-an. apa yang harus kubicarakan dengan seorang Mamachi?

kami bicara tentang Singapura, karena setelah menikah dia tinggal disana sampai sekarang. dia tinggal disebuah flat di Telok Belanga. aha! itu nggak jauh dari Chinatown dan kami lalu bicara tentang Chinatown. dia bercerita kalau dulu dia sering pergi ke Chinatown untuk berbelanja keperluan sehari-hari dan membeli pakaian untuk anak-anaknya. waktu itu dia baru sampai di Singapura dan belum tau Little India. jadilah ia, satu-satunya wanita India yang datang ke Chinatown.
ahahaha!

ternyata dia lahir di Kerala. aku bilang padanya kalau aku baru selesai membaca sebuah buku yang settingnya Kerala. dengan yakin dia menyebut The God of Small Things. aku tersenyum. kami lalu bicara tentang buku itu, tentang Arundhati Roy, tentang Booker Prize, tentang Kottayam, Cochin dan Ayemenem. sesudahnya kami bicara tentang Hindu di Bali dan Hindu di India.

aku sempat khawatir kalau Mamachi bosan atau tidak berkenan dengan apa yang kubicarakan. apa yang kulakukan. dia selalu bicara dengan ekspresi datar, menggoyangkan kepala a la India dengan samar. namun diakhir pertemuan dia memegang tanganku dan berkata
"it's nice to meet you. when will you come to Singapore again? don't forget to give us a call"

dan untuk pertama kalinya dia tersenyum.

Tuesday, January 31, 2006

cafe bernama kafe

letaknya tak jauh dari kosku. masih di jalan hanoman juga. sebetulnya cafe ini adalah bagian dari kompleks yang dihuni oleh galeri, studio perabot, LSM, dan studio yoga. disebelah kirinya, ada galeri Tegun, yang menjual berbagai kerajinan dan barang antik. tempat ini seperti lemari kuno kepunyaan nenek yang bercahaya temaram, dan barang-barangnya mengeluarkan aroma masa lalu. diatas galeri Tegun, ada kantor IDEP dan kantor Bali Cares. dilantai atas cafe itu ada studio yoga Bali Spirit. dibagian belakangnya ada studio pembuatan perabot dari kayu yang finishingnya bagus sekali, meskipun nggak berpelitur. Woodworking studio, begitu tertulis namanya.

adalah kafe yang dikelilingi oleh semuanya itu. mungkin karena sudah terlalu penat oleh berbagai nama dan nggak bisa memutuskan, tempat itu jadi bernama KAFE. agak susah memang untuk menyebutnya secara khusus. pada beberapa teman yang sudah mengenal tempat itu, aku cukup menyebutkan kafe. dengan Kristen, tempat itu kami sebut 'the cozy place near to Bali Cares'. tapi dengan bu Mansri, aku sempat nyaris berdebat kusir, karena waktu aku ditanya "apa nama cafe-nya?" jawabanku adalah "kafe"

dindingnya dicat krem dengan satu sisi dinding berwarna merah. suasananya hangat. kusen jendela dan pintu berwarna cokelat merah. furniturnya terbuat dari kayu, dengan warna alami tanpa pelitur. di deretan kiri terletak para-para yang rendah dengan meja yang juga rendah dan orang harus duduk tanpa kursi disitu. sebagai ganti kursi, diletakkan sejumlah bantal tipis untuk diduduki dan ada pula bantal besar yang empuk dan nyaman untuk bersandar. deretan ini adalah tempat favoritku.

sebagian besar makanan disana masuk dalam golongan vegetarian menu dan yogi menu. tapi tenang aja, masih ada beberapa jenis daging-dagingan, ikan dan ayam untuk para carnivorian. ada juga menu anak-anak yang berisi susu, sayap ayam dan spaghetti dalam porsi kecil. yang selalu aku cari tentu saja kue-kue dan kue. mereka punya blueberry cake yang enak, chocolate brownies yang sangat cooklaattt... banana muffin with raisin...yang lainnya aku belum coba.
diantara sekian banyak menu-nya, yang aku udah coba adalah tuna sandwich, india plate dan salah satu salad dengan irisan ayam panggang yang aku lupa namanya. aku pernah juga makan bubur injin, yoghurt with honey, dan nasi goreng. ahaha...

kopinya enak. ini adalah salah satu hal penting yang harus dimiliki sebuah cafe. apalagi kalo cafe-nya bernama kafe. jus dan lassi-nya juga enak. kita bisa pesan honey lassi disini. dengan extra honey. saat-saat favoritku di kafe adalah selepas latihan yoga. duduk di bantal besar merah itu, sambil membaca buku dan minum camomile tea.
hmmmm...

Monday, January 30, 2006

rumah untuk buku-ku

sudah lama aku berencana membeli rak buku. karena jumlah buku di kamarku semakin hari makin bertambah dan terlihat berantakan karena hanya ditumpuk diatas meja. waktu aku bilang sama wm dan mimi tentang ini, mereka menyarankan aku untuk memasang rak buku di dinding, seperti rak buku mereka di warkop. mimi bilang aku boleh pake papan yang masih tersisa, dan wm bilang dia akan ke ace hardware, jadi aku boleh nitip dibelikan besi untuk penyangga rak buku.

ketika akhirnya semua material terkumpul, warnanya jadi campur aduk. satu papan yang kuambil di warkop berwarna hitam. onet membelikanku papan lain berwarna cokelat. besi penahan papan dan besi rak buku yang menempel di dinding semua berwarna putih. ya udahlah gak papa... udah bagus aku nggak perlu jauh-jauh ke kuta untuk membeli semuanya sendiri, tapi tinggal duduk manis menunggu di ubud. karena setelah semua bahan terkumpul di warkop, phillipe yang membawa semuanya ke ubud.

sabtu kemarin, aku putuskan untuk memasang rak bukuku. mula-mula aku mengambil peralatan ke bee house. phillipe mengijinkan aku meminjam bor, obeng kembang dan meteran. udah gitu, aku masih boleh minta sekrup dan penahan sekrupnya, karena dia masih punya banyak. phillipe memasang rak yang sama denganku. bedanya, punya dia memanjang dari atas ke bawah dengan enam papan.

di bee house onet mengajariku cara memasang mata bor dan langkah-langkah pemasangan sekrupnya. di kosku, aku mengulangi semua yang diajarkan...pake kunci untuk mengendorkan mulut bor, pasang mata bor, eratkan lagi mulut bor dengan kunci. periksa dan pastikan semua udah kencang. colokin kabel ke sumber listrik dan bismillah... aku menekan tombol bor. susah juga ternyata... aku harus menjaga supaya bor tetap berada di satu titik dan menekan cukup kuat supaya mata bor bisa menembus dinding. naif bener aku karena berpikir ini akan gampang. hello, ina... ini kan dinding bata, bukannya kayu balsa.

belum jadi satu lubang, mata bornya bengkok. aku panik. lewat sms onet bilang padaku supaya pake mata bor yang berwarna hitam. "cari yang besarnya sama".
setengah khawatir, aku mencobanya sekali lagi. kali ini dengan mata bor yang berwarna hitam dan dengan persiapan tenaga yang lebih besar. konsentrasi...jangan hiraukan suara yang membahana ketika mata bor menembus dinding... mata bor ini nggak akan bengkok...dan oh, yeah! jadi satu lubang.

waktu mau pasang penahan sekrupnya, aku turun dulu untuk pinjam palu ke bapak kos. tatapannya menyelidik waktu aku meminta palu itu. tapi dia nggak bertanya. aku pasang penahan sekrup dengan palu, lalu membuat lubang berikutnya. setelah itu, aku mulai memasang besi penahan rak, dan menguatkan serup ke dinding. uh! ini bagian yang paling berat. obeng kuputar dan seketika itu juga keringat bercucuran di dahiku. aku bisa merasakan setiap tetesnya seiring masuknya sekrup ke dalam dinding.

akhirnya, ketika dua besi penahan dan empat sekrup terpasang rapi menempel ke dinding, dengan dua papan bertengger manis siap menahan buku-buku-ku, rambutku udah basah dan tubuhku bersimbah peluh. tapi rasa puas karena berhasil memasang rak buku sendiri bikin aku bahagia. sampai tidur pun aku menghadap rak buku malam itu.

Sunday, January 29, 2006

tahun anjing api

hari ini, seseorang mengirimkan ramalan tentang apa yang akan terjadi di tahun anjing api berdasarkan shio-nya. untuk shio monyet, beginilah bunyinya:

Tahun untuk berhati-hati. Keberuntungan menurun, investasi memburuk, dan Anda akan kehilangan uang. Teman Anda ternyata adalah teman yang palsu. Kekecewaan memuncak di sepanjang tahun sehingga sikap yang terbaik adalah merendah dan tetap tenang. Tempatkan anjing fu di pintu masuk rumah Anda. Sepasang chi lin di meja kerja akan melindungi Anda dari politik di kantor atau tempat kerja.

well, kayaknya prediksi ini nggak perlu dipercaya karena bunyinya sama sekali nggak positif. aku hanya mau percaya pada hal yang baik saja. karena medan energi di sekitar kita berkaitan erat dengan apa yang kita percayai. kira-kira gini... kalo setiap pagi aku ngeliat wajah sendiri di depan cermin dan aku bilang "duh, aku nggak cantik, duh, hidungnya pesek...duh, kulitnya item, nggak bening..." tentu saja aku akan pergi ke kantor hari itu dengan tidak percaya diri. dan seketika wajahku memang jadi lebih jelek, hidungnya lebih mblesek... dan seterusnya... dan seterusnya.

tapi sebaliknya kalo aku tersenyum dan bilang "wah, aku manis juga ternyata kalau tersenyum" aku akan terus tersenyum di kantor, supaya tetap terlihat manis... dan aku akan jadi lebih percaya diri, dan sepanjang hari itu akan menjadi baik.
itu termasuk hal-hal yang aku yakini selama ini. sama seperti kalo kita berpikir positif, hal-hal positif yang akan terjadi pada kita.

jadi aku akan ambil remote control, dan skip tahun anjing dan segala keburukannya. tahun ini adalah tahun yang kosong tanpa ramalan dan segala hal mungkin terjadi. kalo aku bekerja keras, berbuat baik, jujur dan disiplin pada tujuanku, segala yang kuinginkan akan kudapatkan. dengan ijin Allah.

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...