sebutlah namanya Mark dan Satya. pasangan yang setiap tahun dua kali berlibur ke Indonesia. pada bulan Mei atau Juni dan Oktober atau November, aku akan mengharapkan kedatangan mereka berdua. keluarga Satya sebenarnya berasal Solo meskipun sekarang menetap di Bandung. namun sudah 5 tahun ini dia menetap di Zurich, bersama Mark yang dikenalnya di sebuah diskotik di kota itu. ia adalah fashion stylist di sebuah department store untuk kalangan menengah keatas di Swiss, sementara Mark menjadi private banker bagi sejumlah selebritis yang kaya raya dan sudahlah... tak perlu kutulis namanya disini.
rute perjalanan mereka di Indonesia nyaris selalu sama. Bandung, Yogyakarta dan Bali. kadang singgah pula di Jakarta untuk beberapa hari. biasanya karena Satya harus mengurus beberapa hal yang berhubungan dengan visa atau administrasi surat-surat yang sejenis. tahun ini, untuk pertama kalinya Satya memperkenalkan Mark pada keluarganya di Bandung. selama tiga hari, Mark tinggal di Bandung bersama Satya dan keluarganya.
ini bukan pertama kalinya aku bertemu dengan orang yang menyukai sesama jenisnya. jadi pertemuanku dengan mereka berdua, atau bahwa aku tahu kalau mereka adalah pasangan yang saling mencintai, bukanlah hal yang aneh atau luar biasa. aku menulis entry ini bukan dalam rangka membenarkan atau menyalahkan pilihan yang mereka ambil. ini lebih pada menceritakan kembali bagaimana aku mengalami de javu, karena perasaanku saat bertemu lagi dengan Mark dan Satya sama persis dengan perasaanku setelah menonton Brokeback Mountain.
film itu menunjukkan bagaimana cinta antara Jack dan Ennis terbentuk.
pertemuanku saat makan siang dua hari yang lalu memberiku pemahaman, kenapa Satya jatuh cinta pada Mark. dan sebaliknya.
aku menyambut mereka di pintu. aku dan Satya langsung saling bertukar maaf dan ucapan selamat Lebaran. setelah itu kami ngobrol tentang Bandung, karena aku pergi kesana Agustus yang lalu. sekitar 10 menit kemudian barulah percakapan kami bertemu jeda. sepanjang 10 menit itu, beberapa kali aku melihat Mark memperhatikan Satya dengan tatapan yang melembut penuh kasih sayang. ia sama sekali tidak seperti orang asing lainnya yang menunjukkan pandangan tidak senang kalau pasangan Indonesia-nya bercakap-cakap dengan orang lain dalam bahasa ibu mereka, yang tidak terlalu ia mengerti. ia seperti memahami kerinduan Satya untuk bicara dalam bahasa Indonesia (kalau denganku malah bisa ngobrol pake bahasa Jawa juga) setelah sepanjang tahun harus ngobrol dalam bahasa Jerman. komentarnya singkat saja "lots of news ya?"
justru karena itu kami jadi agak segan untuk bicara dalam bahasa Indonesia. setiap kali ada salah satu yang mulai kehilangan kontrol dan bercerita dengan bahasa Indonesia, entah itu Pak Koman, Bu Mansri atau aku, akan bergantian saling mengingatkan satu sama lain. "pakai bahasa Inggris..."
nah, sebelum Bu Mansri datang, tanpa sengaja aku membocorkan rahasia menu makan siang pada Mark dan Satya. aku sama sekali nggak sadar kalau Bu Mansri merundingkan menu itu denganku bukan untuk diceritakan pada mereka. untunglah yang aku sebut baru hidangan pembukanya saja. bukan keseluruhan menu. tapi Mark sepertinya mengendus hal ini. lalu waktu Bu Mansri mengumumkan kalau dia punya Soto Ayam -yang adalah favorit Mark, sebagai salah satu menu makan siang, dia menjawab dengan cerah ceria
"ooh, Mansri... what a nice surprise you have!"
saat itulah aku melihat Satya memandang Mark dengan penuh cinta. duh, dua orang ini bener-bener saling menunjukkan ekspresi sayang gitu loh... aku sampai iri ngeliatnya.
lalu Mark akan selalu meminta pendapat Satya setiap kali ia memilih sebuah lukisan. menanyakan padanya dimana sebaiknya lukisan itu dipasang. apakah Satya menyukainya atau tidak. padahal jelas Satya menyatakan kalau ia tidak terlalu mengerti. tapi Mark akan tetap menghargai pendapatnya. dan memilih sesuatu yang Satya sukai.
sementara Satya akan mengingatkan Mark akan hal-hal yang ia lupakan. memberitahunya maksud dan hal-hal yang harus diperhatikan saat pergi ke suatu tempat, atau melakukan sesuatu. menghindarkan Mark dari kecelakaan budaya yang sangat mungkin terjadi. suatu kali, Mark meninggalkan satu kantong berisi katalog dan artikel seni yang dibawa-bawa Mark dari Jogja untuk ditunjukkan pada Pak Koman. Satya mengambil kantong itu, memindahkan isinya ke dalam tas yang ia bawa, lalu melipat kantong kertas itu dengan rapi sebelum memasukkannya ke tas juga.
dua orang ini saling melengkapi dan menjaga. saling pengertian dengan cara yang menyentuh. kalau Mark berdiskusi dengan Pak Koman tentang seniman, lukisan dan kesenian, Satya akan ngobrol denganku dan Bu Mansri tentang batik, atau mode pakaian. lalu kalau mereka menceritakan hal-hal yang mereka alami dalam perjalanan, kami akan tersenyum dan menanggapi disana sini.
bagaimanapun, love is just a feeling, kalo kata The Darkness. dan kehadirannya bisa dirasakan, bahkan oleh mereka yang tidak terlibat dalam jalinan kisah dan perasaan itu.
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Thursday, November 09, 2006
Monday, October 23, 2006
maaf lahir batin
selamat hari raya!
tahun ini Idul Fitri-ku agak aneh, karena tanggal 22 Oktober malam, kabar yang tersiar adalah hari raya jatuh pada tanggal 24 Oktober, jadi dini hari tadi, aku masih ikut sahur dan berpikir akan menamatkan puasa sampai 30 hari. tapi jam 6.30, papaku terima kabar kalau keputusan sidang Isbat dengan ditetapkan oleh dua Pengadilan Agama menyatakan kalau hari raya mestinya terjadi pada tanggal 23 Oktober.
akibatnya, hari ini aku sudah tidak berpuasa, tanda kalau sudah memasuki hari raya Idul Fitri, tapi baru akan shalat Ied besok pagi. kenapa bisa begitu? kata papaku, karena shalat Ied kan hukumnya sunnah, jadi ya... nggak apa-apa lah kalo ditunda dulu.
wah, jadi membingungkan begini ya?
kapan ya, bisa bersepakat lagi dan semuanya berhari raya pada tanggal yang sama?
nah, karena aku sudah berhari raya, aku mau mengucapkan Selamat Idul Fitri buat semua yang merayakannya... dan dengan segala kerendahan hati, aku mau minta maaf atas segala kesalahan yang aku perbuat dengan tulisan-tulisan dalam blog ini, dan segala akibatnya, yang barangkali mengganggu atau menimbulkan perasaan tidak nyaman. aku nggak pernah bermaksud melakukan hal itu. maafkan lahir dan batin yaaa...
tahun ini Idul Fitri-ku agak aneh, karena tanggal 22 Oktober malam, kabar yang tersiar adalah hari raya jatuh pada tanggal 24 Oktober, jadi dini hari tadi, aku masih ikut sahur dan berpikir akan menamatkan puasa sampai 30 hari. tapi jam 6.30, papaku terima kabar kalau keputusan sidang Isbat dengan ditetapkan oleh dua Pengadilan Agama menyatakan kalau hari raya mestinya terjadi pada tanggal 23 Oktober.
akibatnya, hari ini aku sudah tidak berpuasa, tanda kalau sudah memasuki hari raya Idul Fitri, tapi baru akan shalat Ied besok pagi. kenapa bisa begitu? kata papaku, karena shalat Ied kan hukumnya sunnah, jadi ya... nggak apa-apa lah kalo ditunda dulu.
wah, jadi membingungkan begini ya?
kapan ya, bisa bersepakat lagi dan semuanya berhari raya pada tanggal yang sama?
nah, karena aku sudah berhari raya, aku mau mengucapkan Selamat Idul Fitri buat semua yang merayakannya... dan dengan segala kerendahan hati, aku mau minta maaf atas segala kesalahan yang aku perbuat dengan tulisan-tulisan dalam blog ini, dan segala akibatnya, yang barangkali mengganggu atau menimbulkan perasaan tidak nyaman. aku nggak pernah bermaksud melakukan hal itu. maafkan lahir dan batin yaaa...
Friday, October 20, 2006
THR
dia mengulurkan amplop putih panjang berisi lembaran-lembaran uang yang baru diterimanya tadi siang dengan agak kikuk. seumur hidupnya, belum pernah ia memberikan uang dengan gaya resmi seperti ini. amplop putih itu adalah pelindungnya dari tatapan ingin tahu, berapa lembar uang yang bisa dia bawa pulang ke rumah hari raya tahun ini. jumlah yang membuatnya kecewa. tapi amplop putih itu juga membuatnya canggung, ini seperti bukan pada ibunya, membayar uang kos pun tidak pernah dilakukannya dengan bantuan amplop putih seperti sekarang ini.
"maaf bu, aku cuma punya segini"
"tak apa, nak... yang penting kamu pulang, ibu sudah senang. terima kasih" ibunya membalas dengan mata berkaca-kaca.
ucapan terima kasih dari ibunya membuatnya makin sedih...
"maaf bu, aku cuma punya segini"
"tak apa, nak... yang penting kamu pulang, ibu sudah senang. terima kasih" ibunya membalas dengan mata berkaca-kaca.
ucapan terima kasih dari ibunya membuatnya makin sedih...
Thursday, October 12, 2006
Investigating Sigur Rós
kalo lagi gundah gundala putra petir begini, yang paling enak memang dengerin Sigur Rós. sambil ngelamun dan ngelangut nelangsa gimanaaa... gitu, trus tau-tau udah waktunya buka puasa, hehehe...
yang ngajarin aku dengerin Sigur Rós ya, si Pippi. siapa lagi kalo bukan dia. setiap pagi dan malam, delapan lagu itu aja yang dia dengarkan. walopun tetep aja nggak hapal sama liriknya. jangankan hapal, tau lagu itu ngomongin apa aja nggak. maklum, Sigur Rós adalah band dari Iceland, makanya bahasanya rada-rada ajaib. jadi jangan heran kalo di website yang berbeda, ejaan nama personilnya pun bisa jadi lain. itu sodara sebangsanya, Björk, masih lebih gampang dimengerti karena udah pake bahasa Inggris.
lalu mulailah kami berburu lirik. tapi kalo googling dengan keyword lyrics dan Sigur Rós, kok nggak ada yang keluar ya? merasa ada yang aneh, aku teruskan dengan mencari terlebih dahulu artikel-artikel tentang Sigur Rós, dan mencari-cari album mana sebenarnya yang selalu kami dengarkan di rumah itu.
band ini pertama kali berdiri tahun 1994 (yak! jadi kamu tau betapa basinya aku, baru tau tentang mereka tahun 2006) dan dikategorikan sebagai band rock, atau post rock, yang bersuasana --seperti dikutip dari sini, atmospheric, precious, spacey, insular, elegant, druggy, cathartic, soothing, intense, ambitious, lush, ominous, theatrical, wintry, ethereal. wah, panjang! tapi buat yang sama sekali belum pernah dengerin, aku bisa gambarkan kira-kira, kalo manusia bisa bicara pada angin, lembah, kabut dan gunung, mungkin bahasanya seperti ini. atau mungkin juga bahasa para peri, dan putri duyung. halus tapi sendu, menyayat tapi syahdu. kadang-kadang bikin hati jadi terasa perih, lalu pengen menarik napas panjaaaaang sambil mendesahhhh...
*sigh*
dari awal, aku niatkan mau membaca liriknya dengan baik dan benar, bukan sekedar sesukaku atau sebisanya aku, makanya artikel pertama yang dipelajari serius adalah tentang pengucapan dalam Icelandic. susah banget! apalagi ada huruf yang bentuknya kayak kecambah, yang dibacanya th, atau ada konsonan dobel yang cara bunyinya beda sama penulisannya kalo ketemu dengan huruf tertentu. huruf 'y' aja ada dua macem! ngalah-ngalahin huruf Arab.
setelah itu aku cek diskografi-nya, sambil mendengarkan preview lagu-lagunya, dicocokin sama album yang aku punya di rumah. hasilnya, album itu judulnya ( ) --kurungbuka spasi kurungtutup. dan delapan lagu didalamnya nggak punya judul, pun nggak ada lirik. karena vokalisnya menyanyi dalam Hopelandic, bahasa yang mereka temukan dan pergunakan sendiri. yak! ini udah satu klan sama J.R.R Tolkien. tinggal tunggu dunia rekaannya ajah.
nah! kalo beli CD originalnya (tidak seperti aku yang hanya ngopi dari kepunyaan teman), mereka memberikan halaman kosong di booklet CD itu, yang bisa diisi lirik berdasarkan interpretasi masing-masing pembeli CD.
tampaknya terjadi cukup banyak kehebohan dengan cara band ini bekerja, dan baik Mas Jónsi, Kjarri, Goggi dan erm... Orri... sadar diri akan hal ini, sehingga walaupun terjual 16.000 kopi di Iceland yang hanya berpenduduk 300.000 (setara dengan penjualan 16 juta keping di Amerika Serikat) mereka memutuskan untuk membuat artikel khusus tentang faq atau pertanyaan yang biasanya dilontarkan pada mereka. udah bosen kali ngejawab hal-hal seperti.
"there is a long silence in my copy of ( ), is this normal?"
kadang-kadang, kalo hari sedang baik, dan angin tidak berhembus terlalu kencang, mereka akan menulis lirik lagu dan menguploadnya di website, lengkap dengan interpretasi atas lagu itu. ah, tapi itu juga belum tentu. lha wong album Takk... yang dirilis tahun 2005 aja sampe sekarang liriknya masih belum lengkap. hihihi...
tapi menurutku mereka keren, karena nggak peduli sama segala kaidah dalam menulis lagu, dan lalu menciptakan standar baru. berpikir bebas dan nggak terkotak-kotak, kalo kata bahasa bule thinking outside the box. aku selalu seneng sama yang sakit jiwa kayak gini:D.
hampir lupa, interpretasi kami atas liriknya adalah:
it's okaaaaaayyyy.... it's all riiiiiiiiiighhhhttt...
Friday, October 06, 2006
after Daniel Henney
he's a nearly perfect guy. what else can I say?
the internet quotes said: he is wowing mostly female audiences. he's been added in lists of hotties. he has reached heartthrob status in Korea. there were also comments on his yummylicious body (yes, you'll find this phrase in the net) and innocent smile, clean cut features... oh..oh...! this guy surely makes lots of women drool:D
and I met him for three straight days. day and night, I saw not just his outside appearence, but also his attitude. how he react and answer to questions, his professionalism in working, his discipline in working out, how he carefully choose what he eat. Daniel Henney isn't just good looking, but also a nice and smart person.
soon after he left, I look back to my own life and divide it like daily horoscope. how's my career, money and love? well, I couldn't find either outstanding or dramatic achievement. it's been a mundane and ordinary life. I don't have a lover and the only war I waged was a fierce battle against acne, in which I haven't win yet. suddenly, I feel like a loser, an example of failure. do I really have no life?
I brought this unhappy and blue feeling around for a while before Nelly shake it out of my head. she said I should be grateful for everything I have. I was blessed with a happy family, decent job with a great bos, surrounded by bestfriends and most of all, I always have a roof over my head and I never being hungry no matter how poor I am. Nelly reminds me that I have to be grateful too, because I can help her, when she was unemployed and penniless.
still, I want to travel and see the world like Daniel does, or have enough money to buy all the things that I like. but then again, Nelly said:
"have you ever thinking that maybe, it's difficult for Daniel to find someone honest and true? a person who want to be with him unconditionally, without his fame or money?"
hmmm... I don't want to live in a haunted house like him, either.
Wednesday, October 04, 2006
cerita hari selasa
kamu menghentikan mobil di jalan berbatu yang dibatasi pagar bambu dan rimbunan perdu. ditempat ini, di salah satu sudut Sanur yang belum pernah kukunjungi, asin aroma laut tercium dari jauh. hari ini panas sekali. punggung kemejaku lembab oleh keringat. angin yang berhembus menyusupkan sejuk untuk sesaat.
di hadapanku sebuah gerbang rumah Bali tegak berdiri. aku ragu-ragu untuk melangkah terus karena mendengar gonggongan anjing bersahutan dari balik gerbang itu.
"kamu punya anjing?"
"punya banyak. dan suka makan daging manusia"
"terima kasih banyak, informasi yang benar-benar melegakan"
kamu melangkah melewati gerbang, berhenti untuk menyapa salah satu anjing yang mendekat. gonggongan anjing itu berubah jadi geraman yang sama sekali tidak garang. lebih seperti lenguhan, keluhan untuk meluapkan rasa. mungkin anjing itu rindu pada kamu, tuannya yang sudah berhari-hari tidak pulang.
"masuklah!" kamu menyeru padaku.
takut-takut aku memberanikan diri masuk melintasi gerbang. baru lima langkah salah satu anjing mendekatiku. warna bulunya putih, hidungnya berair, mengendus-endus mendekati celanaku. dari sudut rumah di sebelah kananku, anjing berbulu cokelat menyalak-nyalak tak terkendali.
"anjingmu!" protesku
tapi kamu berlalu dan masuk ke dapur. si penjaga rumah yang buru-buru menarik anjing dari dekatku dan menyuruh anjing cokelat untuk diam.
kamu keluar dari dapur dengan sebuah pisang ambon ditangan. tersenyum. sambil mengupas pisang dengan tangan kanan, kamu bertanya
"kamu belum pernah kesini ya?"
"belum"
"sini. aku kasih kamu tur"
didalam kepalaku, kalimatmu jadi tercetak di layar komputer. aku akan menekan overtype button, lalu kuletakkan kursor di belakang kata aku. kalimat yang kuketik mulai tercetak di layar "sini. aku ajak kamu berkeliling". ah, lagi-lagi kamu menerjemahkan langsung kalimat dalam bahasa Inggris "I'll give you a tour"
sementara itu kamu sudah mulai berjalan ke halaman yang berpagar tembok pendek. bisa kulihat batas air laut yang biru keperakan memantulkan cahaya matahari siang yang terik. rumah ini terdiri dari beberapa paviliun. semua serba terbuka dan minim dinding. sebuah layang-layang tergeletak di dekat perdu.
"wanna fly a kite?"
tanpa menunggu jawabanku, kamu mendekati tembok.
"kalau kamu minum teh di rumah ini, lemongrass-nya segar, bisa dipetik langsung dari halaman" katamu sambil membungkuk menunjuk rumpun serai yang berjajar dengan beberapa pohon kemangi. surawung, kalo kata orang Sunda.
kamu berjalan menuju salah satu paviliun terbuka, yang berisi sebuah meja dan satu set sofa.
"ini ruang kerjaku. aku biasa bekerja di meja ini"
aku ingat kamu pernah bercerita tentang paviliun ini. tapi apa yang aku lihat ini berbeda dengan apa yang aku bayangkan waktu kamu bercerita. didalam kepalaku, paviliun ini hanya terisi meja dan sebuah kursi, tanpa sofa.
kamu terus berjalan melintasi jalan setapak yang dibentuk dari batu bulat tersusun sedemikian rupa membentuk jalur melintas halaman. menunjuk ke arah kanan kamu berkata
"ini kamarnya Bob"
"siapa itu?"
"teman Ibu. sudah satu setahun dia menginap disini dan nggak pulang-pulang"
kamu terus berjalan dan aku mengikuti di belakang. sempat kulihat kamar Bob yang salah satu sisinya tak berdinding. sebuah ranjang dengan kelambu di kamar itu. buku dan barang-barang pribadi lainnya terserak berantakan di kamar itu.
kamu mendekati paviliun yang lain. ada sebuah meja bertutup disitu.
"ini tempatku bekerja kalau sedang tidak mau diganggu" tutup mejanya kamu angkat.
"jadi kamu bisa membayangkan seperti apa aku bekerja disini?"
aku mengangguk dan tersenyum.
kamu naik tiga anak tangga untuk sampai di pintu sebuah paviliun.
"masuklah"
aku memasuki sebuah kamar dengan tegel berselang-seling warna putih dan hijau. sebuah ranjang berkaki tinggi dengan kelambu putih terletak di sisi kiri ruangan itu. di sebelahnya ada lemari kecil. tumpukan DVD terletak diatas lemari. di sisi kanan ada meja dengan buku-buku bertumpuk tak teratur diatasnya. dari kursi di depan meja itu kamu mengambil setumpuk pakaian bersih, lalu menjejalkannya ke dalam tas yang kamu bawa.
"mau aku bawa ke Ubud semuanya"
lalu kamu membuka pintu ke ruangan lain di sebelah kamar itu.
"ini kamar mandiku. tropical bathroom yang terbuka" aku melongokkan kepala dari pintu.
"smells like you" kataku.
keluar dari ruangan itu, kamu mengajakku berjalan sepanjang halaman, menjauhi kamarmu.
"ini jalan untuk ke pantai" katamu sambil menunjuk laut di kejauhan.
"hey! you're lucky! ada jambu yang matang" kamu meloncat dan mengambilkan jambu yang masak di pohon, mengulurkannya padaku.
"mau?"
"boleh juga"
aku menimang jambu di tanganku.
"ini jambu merah?"
"bukan, jambu kuning" kamu mendekati pohon jambu dan mengambil jambu yang lain, lalu menggigitnya dan menunjukkan padaku
"kuning seperti ini"
kamu berhenti di bagian halaman yang dekat dengan rumah utama.
"dulu disini ada proyek penggusuran besar-besaran untuk taman hiburan. tempat ini sudah hampir jadi lapangan parkir. lalu banyak arwah gentayangan yang datang kesini, bilang mau tinggal disini. menemani Ibu. dulu disini ada pohon besar, tapi sudah meninggal" katamu sambil menunjuk sebuah lubang. di sekitar lubang itu ada tempat menaruh sesajen dan beberapa canang sari tergeletak disekitarnya.
"dimana kamar Ibu?" tanyaku
"disitu" katamu sambil menunjuk keatas. ke jendela di lantai dua bangunan rumah utama.
kamu berjalan lagi, sekali ini mendekati dapur. lalu berhenti dibawah tanaman merambat yang berbuah banyak. mengambilnya satu, lalu mengulurkannya padaku.
"apa ini?"
"markisa pantai. ini udah matang juga. cuma agak asam sedikit. ada macam-macam tanaman buah disini."
perjalanan pulang ke Ubud siang itu kamu isi dengan cerita tentang hidupmu di sekolah. bagaimana kamu pindah SD karena selalu terlibat kesulitan, siapa yang pertama kali memupuk minatmu pada sastra...
ah! ada banyak pertanyaan di kepalaku. tapi semuanya kusimpan. hasil rapat hari ini sudah cukup membebanimu. tak perlu kutambah lagi.
di hadapanku sebuah gerbang rumah Bali tegak berdiri. aku ragu-ragu untuk melangkah terus karena mendengar gonggongan anjing bersahutan dari balik gerbang itu.
"kamu punya anjing?"
"punya banyak. dan suka makan daging manusia"
"terima kasih banyak, informasi yang benar-benar melegakan"
kamu melangkah melewati gerbang, berhenti untuk menyapa salah satu anjing yang mendekat. gonggongan anjing itu berubah jadi geraman yang sama sekali tidak garang. lebih seperti lenguhan, keluhan untuk meluapkan rasa. mungkin anjing itu rindu pada kamu, tuannya yang sudah berhari-hari tidak pulang.
"masuklah!" kamu menyeru padaku.
takut-takut aku memberanikan diri masuk melintasi gerbang. baru lima langkah salah satu anjing mendekatiku. warna bulunya putih, hidungnya berair, mengendus-endus mendekati celanaku. dari sudut rumah di sebelah kananku, anjing berbulu cokelat menyalak-nyalak tak terkendali.
"anjingmu!" protesku
tapi kamu berlalu dan masuk ke dapur. si penjaga rumah yang buru-buru menarik anjing dari dekatku dan menyuruh anjing cokelat untuk diam.
kamu keluar dari dapur dengan sebuah pisang ambon ditangan. tersenyum. sambil mengupas pisang dengan tangan kanan, kamu bertanya
"kamu belum pernah kesini ya?"
"belum"
"sini. aku kasih kamu tur"
didalam kepalaku, kalimatmu jadi tercetak di layar komputer. aku akan menekan overtype button, lalu kuletakkan kursor di belakang kata aku. kalimat yang kuketik mulai tercetak di layar "sini. aku ajak kamu berkeliling". ah, lagi-lagi kamu menerjemahkan langsung kalimat dalam bahasa Inggris "I'll give you a tour"
sementara itu kamu sudah mulai berjalan ke halaman yang berpagar tembok pendek. bisa kulihat batas air laut yang biru keperakan memantulkan cahaya matahari siang yang terik. rumah ini terdiri dari beberapa paviliun. semua serba terbuka dan minim dinding. sebuah layang-layang tergeletak di dekat perdu.
"wanna fly a kite?"
tanpa menunggu jawabanku, kamu mendekati tembok.
"kalau kamu minum teh di rumah ini, lemongrass-nya segar, bisa dipetik langsung dari halaman" katamu sambil membungkuk menunjuk rumpun serai yang berjajar dengan beberapa pohon kemangi. surawung, kalo kata orang Sunda.
kamu berjalan menuju salah satu paviliun terbuka, yang berisi sebuah meja dan satu set sofa.
"ini ruang kerjaku. aku biasa bekerja di meja ini"
aku ingat kamu pernah bercerita tentang paviliun ini. tapi apa yang aku lihat ini berbeda dengan apa yang aku bayangkan waktu kamu bercerita. didalam kepalaku, paviliun ini hanya terisi meja dan sebuah kursi, tanpa sofa.
kamu terus berjalan melintasi jalan setapak yang dibentuk dari batu bulat tersusun sedemikian rupa membentuk jalur melintas halaman. menunjuk ke arah kanan kamu berkata
"ini kamarnya Bob"
"siapa itu?"
"teman Ibu. sudah satu setahun dia menginap disini dan nggak pulang-pulang"
kamu terus berjalan dan aku mengikuti di belakang. sempat kulihat kamar Bob yang salah satu sisinya tak berdinding. sebuah ranjang dengan kelambu di kamar itu. buku dan barang-barang pribadi lainnya terserak berantakan di kamar itu.
kamu mendekati paviliun yang lain. ada sebuah meja bertutup disitu.
"ini tempatku bekerja kalau sedang tidak mau diganggu" tutup mejanya kamu angkat.
"jadi kamu bisa membayangkan seperti apa aku bekerja disini?"
aku mengangguk dan tersenyum.
kamu naik tiga anak tangga untuk sampai di pintu sebuah paviliun.
"masuklah"
aku memasuki sebuah kamar dengan tegel berselang-seling warna putih dan hijau. sebuah ranjang berkaki tinggi dengan kelambu putih terletak di sisi kiri ruangan itu. di sebelahnya ada lemari kecil. tumpukan DVD terletak diatas lemari. di sisi kanan ada meja dengan buku-buku bertumpuk tak teratur diatasnya. dari kursi di depan meja itu kamu mengambil setumpuk pakaian bersih, lalu menjejalkannya ke dalam tas yang kamu bawa.
"mau aku bawa ke Ubud semuanya"
lalu kamu membuka pintu ke ruangan lain di sebelah kamar itu.
"ini kamar mandiku. tropical bathroom yang terbuka" aku melongokkan kepala dari pintu.
"smells like you" kataku.
keluar dari ruangan itu, kamu mengajakku berjalan sepanjang halaman, menjauhi kamarmu.
"ini jalan untuk ke pantai" katamu sambil menunjuk laut di kejauhan.
"hey! you're lucky! ada jambu yang matang" kamu meloncat dan mengambilkan jambu yang masak di pohon, mengulurkannya padaku.
"mau?"
"boleh juga"
aku menimang jambu di tanganku.
"ini jambu merah?"
"bukan, jambu kuning" kamu mendekati pohon jambu dan mengambil jambu yang lain, lalu menggigitnya dan menunjukkan padaku
"kuning seperti ini"
kamu berhenti di bagian halaman yang dekat dengan rumah utama.
"dulu disini ada proyek penggusuran besar-besaran untuk taman hiburan. tempat ini sudah hampir jadi lapangan parkir. lalu banyak arwah gentayangan yang datang kesini, bilang mau tinggal disini. menemani Ibu. dulu disini ada pohon besar, tapi sudah meninggal" katamu sambil menunjuk sebuah lubang. di sekitar lubang itu ada tempat menaruh sesajen dan beberapa canang sari tergeletak disekitarnya.
"dimana kamar Ibu?" tanyaku
"disitu" katamu sambil menunjuk keatas. ke jendela di lantai dua bangunan rumah utama.
kamu berjalan lagi, sekali ini mendekati dapur. lalu berhenti dibawah tanaman merambat yang berbuah banyak. mengambilnya satu, lalu mengulurkannya padaku.
"apa ini?"
"markisa pantai. ini udah matang juga. cuma agak asam sedikit. ada macam-macam tanaman buah disini."
perjalanan pulang ke Ubud siang itu kamu isi dengan cerita tentang hidupmu di sekolah. bagaimana kamu pindah SD karena selalu terlibat kesulitan, siapa yang pertama kali memupuk minatmu pada sastra...
ah! ada banyak pertanyaan di kepalaku. tapi semuanya kusimpan. hasil rapat hari ini sudah cukup membebanimu. tak perlu kutambah lagi.
***
sorenya beberapa pertanyaanku terjawab karena sepanjang jalan berangkat dan pulang dari Alila, Ibu menceritakan perjalanan hidupnya padaku. tentang pernikahannya, ayahmu, keluarga kalian dan kisah-kisahnya.
aku bisa membayangkan kamu yang berusia tujuh tahun, anak laki-laki berkulit putih yang chubby, pulang sekolah dengan baju seragam robek dan kumal, wajah coreng-moreng karena peluh dan debu, dengan air mata mengalir di pipi kananmu.
"batu bisa menghancurkan tulangmu. tapi kata-kata tidak bisa"
untunglah mataku yang sebak terlindung kaca mata hitam yang kukenakan.
sorenya beberapa pertanyaanku terjawab karena sepanjang jalan berangkat dan pulang dari Alila, Ibu menceritakan perjalanan hidupnya padaku. tentang pernikahannya, ayahmu, keluarga kalian dan kisah-kisahnya.
aku bisa membayangkan kamu yang berusia tujuh tahun, anak laki-laki berkulit putih yang chubby, pulang sekolah dengan baju seragam robek dan kumal, wajah coreng-moreng karena peluh dan debu, dengan air mata mengalir di pipi kananmu.
"batu bisa menghancurkan tulangmu. tapi kata-kata tidak bisa"
untunglah mataku yang sebak terlindung kaca mata hitam yang kukenakan.
Sunday, September 17, 2006
I am SAM
I often find myself getting this odd syndrome in the middle of a work day. I get distracted very easily, so difficult to pay attention or being focus on something in particular, and the worst is staring at my computer, planning to write an article or release, or email, or something like that, but end up loosing my words and uselessly chasing my vanished sentences. what a stressful condition.
I did a small investigation only to find that my special syndrome happens when I'm hungry. if I forget to have breakfast and too busy receiving guests after phone calls so that lunch almost skipped, the syndrome escalated even more. recently I stop visiting id kuliner because those cursed members of this damned mailing list are addicted to send pictures of mouth-watering delicious food. huh!
but if you see me when my belly full, you'll meet the most creative, smart girl with high dose of common sense ever! feel free to compare to the other girls in my office. during an emotionally tiring plus overtime assignment few days ago, I mentioned this syndrome to my dependable IT-man partner -Indra, when we're stuck and run out of ideas.
I said "I promise. I'll be smarter after dinner"
right after, Indra calls me SAM. smart after meal.
but now I'm hungry. I have to stop writing.
Oh, I'm craving for Oxtail Soup!
I did a small investigation only to find that my special syndrome happens when I'm hungry. if I forget to have breakfast and too busy receiving guests after phone calls so that lunch almost skipped, the syndrome escalated even more. recently I stop visiting id kuliner because those cursed members of this damned mailing list are addicted to send pictures of mouth-watering delicious food. huh!
but if you see me when my belly full, you'll meet the most creative, smart girl with high dose of common sense ever! feel free to compare to the other girls in my office. during an emotionally tiring plus overtime assignment few days ago, I mentioned this syndrome to my dependable IT-man partner -Indra, when we're stuck and run out of ideas.
I said "I promise. I'll be smarter after dinner"
right after, Indra calls me SAM. smart after meal.
but now I'm hungry. I have to stop writing.
Oh, I'm craving for Oxtail Soup!
Friday, September 15, 2006
the day when you're leaving on a jetplane
I don't like to cry
but I cry
I don't like to say goodbye
but
I have to say goodbye
ini mungkin terakhir kali gue chat di rumah ini
beberapa jam lagi kita chat dari different continent
thanks for everything yaaa
wish me all the best
aku sedih bgt baca statusmu
*and that's how much I love you*
but I cry
I don't like to say goodbye
but
I have to say goodbye
ini mungkin terakhir kali gue chat di rumah ini
beberapa jam lagi kita chat dari different continent
thanks for everything yaaa
wish me all the best
aku sedih bgt baca statusmu
*and that's how much I love you*
Wednesday, September 13, 2006
why must we grow up so fast?
"saya lihat kamu seperti anak umur belasan yang terjebak dalam tubuh berumur 25 tahun"
...
"saya seperti sedang berurusan dengan anak SMA umur tujuhbelas tahun. padahal kamu kan udah 26 tahun. kamu harus lebih dewasa sedikit."
... *tersenyum*
"iya, Dian?"
"iya"
dua hari berturut-turut ada yang ngomong kalo aku belum dewasa. masih seperti remaja. hmmm... jangan-jangan ini sebabnya kalo pergi kemana-mana masih suka dikira mahasiswa, ato ditanya sekolahnya dimana. karena kelakuannya. bukan karena betapa baby face wajahku. sigh.
apa sih dewasa?
bagaimana caranya supaya jadi dewasa?
kenapa harus jadi dewasa?
selama ini aku pikir, ini menurutku sebelum ada yang bilang kalo aku belum dewasa loh yaa... hal-hal yang aku lakukan dalam hidupku sekarang ini udah menunjukkan kedewasaan. kalau aku merasa senang dengan apa yang aku jalani sekarang, mengekspresikan kegembiraanku dengan caraku yang... yah... kayaknya tidak dilakukan oleh orang-orang dewasa yang aku lihat dulu waktu aku kecil...itu berarti nggak dewasa yah?
aku curiga kedewasaan itu berisi hal-hal yang suram dan membosankan.
hmmm... boleh jadi sebabnya lebih dari itu. lebih pada hal-hal yang semestinya aku lakukan dengan tanggung jawab. tapi bagaimana menandai alurnya? bagaimana supaya aku bisa menangkap desain yang utuh tentang apa-apa yang harus dilakukan untuk disebut sebagai dewasa. apakah itu tentang cara menghadapi hal-hal yang mengejutkan? atau petunjuk menjalani hari-hari supaya tidak tersesat kembali ke masa remaja? ada nggak sih handbook of being adult for dummies?
ataukah selama ini aku menolak untuk menjadi dewasa?
...
"saya seperti sedang berurusan dengan anak SMA umur tujuhbelas tahun. padahal kamu kan udah 26 tahun. kamu harus lebih dewasa sedikit."
... *tersenyum*
"iya, Dian?"
"iya"
dua hari berturut-turut ada yang ngomong kalo aku belum dewasa. masih seperti remaja. hmmm... jangan-jangan ini sebabnya kalo pergi kemana-mana masih suka dikira mahasiswa, ato ditanya sekolahnya dimana. karena kelakuannya. bukan karena betapa baby face wajahku. sigh.
apa sih dewasa?
bagaimana caranya supaya jadi dewasa?
kenapa harus jadi dewasa?
selama ini aku pikir, ini menurutku sebelum ada yang bilang kalo aku belum dewasa loh yaa... hal-hal yang aku lakukan dalam hidupku sekarang ini udah menunjukkan kedewasaan. kalau aku merasa senang dengan apa yang aku jalani sekarang, mengekspresikan kegembiraanku dengan caraku yang... yah... kayaknya tidak dilakukan oleh orang-orang dewasa yang aku lihat dulu waktu aku kecil...itu berarti nggak dewasa yah?
aku curiga kedewasaan itu berisi hal-hal yang suram dan membosankan.
hmmm... boleh jadi sebabnya lebih dari itu. lebih pada hal-hal yang semestinya aku lakukan dengan tanggung jawab. tapi bagaimana menandai alurnya? bagaimana supaya aku bisa menangkap desain yang utuh tentang apa-apa yang harus dilakukan untuk disebut sebagai dewasa. apakah itu tentang cara menghadapi hal-hal yang mengejutkan? atau petunjuk menjalani hari-hari supaya tidak tersesat kembali ke masa remaja? ada nggak sih handbook of being adult for dummies?
ataukah selama ini aku menolak untuk menjadi dewasa?
Saturday, September 09, 2006
how are you - apa kabar?
aku sering heran sama cara teman-teman bule atau mestizo-ku menyapaku diawal pembicaraan telepon atau bertemu. selama ini, kalimat 'apa kabar' itu hanya kuucapkan pada orang yang minimal udah tiga hari nggak ketemu. jadi kalo sama Pak Yudi ato Pak Swabawa yang setiap hari berseliweran ke ruanganku, menyapa lewat MSN dan telepon antar ruangan, aku jarang sekali bilang 'apa kabar?'
nah, teman-teman bule dan mestizo itu, selalu menanyakan kabar di awal percakapan. berapapun seringnya kita ketemu, langsung ataupun tidak.
yang bikin aku ngerasa lebih aneh lagi misalnya, kalo ngeliat Thor sama Noel atau anggota keluarga mereka yang lain ketemu. mereka semua tinggal serumah, tapi kalau bertemu di luar rumah, akan menyempatkan untuk menyapa. bersalaman, lalu bertanya. apa kabar? padahal mungkin baru dua atau tiga jam sebelumnya mereka makan bersama di rumah.
ada hari-hari ketika aku sama Krishna bicara di telepon sampai 4 kali sehari, dalam selang waktu yang sangat dekat. tapi tetep aja, kalo mengangkat telepon, dia akan tanya 'apa kabar?'. waktu aku protes dan bilang "hari ini udah tiga kali kita bicara di telepon dan kamu masih terus tanya apa kabar" dengan ringan dia jawab "apa salahnya tanya kabar?" aku terus diem. ya, nggak salah juga sih...
waktu aku ngobrol sama Wine, barulah aku dapat penjelasan mengapa mereka begitu. menanyakan kabar itu berarti mereka peduli. pertanyaan itu sebenarnya setara dengan "kamu sedang apa?" atau "kamu ngapain aja hari ini?" yang digabung dengan "bagaimana perasaanmu saat ini?" dan itu salah satu pertanyaan yang sangat penting. mereka bisa tersinggung dan akan jadi masalah besar kalau pertanyaan itu nggak dijawab. beda banget sama 'apa kabar'-ku yang seringkali cuma basa-basi ajah. makanya kalo ada bule ato mestizo yang tanya kabar, aku harus jawab. walopun cuma "baik" atau mengacungkan jempol sambil senyum.
pantesan... kapan itu, Courtney tanya kabarku, dan waktu aku jawab sambil lalu "fine", dia langsung nanya sekali lagi dengan penekanan "really, how are you?" dan aku yang lagi sedih waktu itu akhirnya jadi cerita dan curhat sama dia walopun awalnya nggak mau. ato... apa mungkin Courtney berbakat jadi cenayang?
sekarang aku sering membalik keadaan. sebelum ditanya kabar, aku akan tanya lebih dulu ke mereka "apa kabar?" dan biasanya aku menerima jawaban yang rinci tentang apa yang sedang terjadi saat itu pada yang bersangkutan. "aku sedang diburu beberapa deadline" atau "aku sedang siap-siap mau pergi latihan sama teman-temanku"
nah, teman-teman bule dan mestizo itu, selalu menanyakan kabar di awal percakapan. berapapun seringnya kita ketemu, langsung ataupun tidak.
yang bikin aku ngerasa lebih aneh lagi misalnya, kalo ngeliat Thor sama Noel atau anggota keluarga mereka yang lain ketemu. mereka semua tinggal serumah, tapi kalau bertemu di luar rumah, akan menyempatkan untuk menyapa. bersalaman, lalu bertanya. apa kabar? padahal mungkin baru dua atau tiga jam sebelumnya mereka makan bersama di rumah.
ada hari-hari ketika aku sama Krishna bicara di telepon sampai 4 kali sehari, dalam selang waktu yang sangat dekat. tapi tetep aja, kalo mengangkat telepon, dia akan tanya 'apa kabar?'. waktu aku protes dan bilang "hari ini udah tiga kali kita bicara di telepon dan kamu masih terus tanya apa kabar" dengan ringan dia jawab "apa salahnya tanya kabar?" aku terus diem. ya, nggak salah juga sih...
waktu aku ngobrol sama Wine, barulah aku dapat penjelasan mengapa mereka begitu. menanyakan kabar itu berarti mereka peduli. pertanyaan itu sebenarnya setara dengan "kamu sedang apa?" atau "kamu ngapain aja hari ini?" yang digabung dengan "bagaimana perasaanmu saat ini?" dan itu salah satu pertanyaan yang sangat penting. mereka bisa tersinggung dan akan jadi masalah besar kalau pertanyaan itu nggak dijawab. beda banget sama 'apa kabar'-ku yang seringkali cuma basa-basi ajah. makanya kalo ada bule ato mestizo yang tanya kabar, aku harus jawab. walopun cuma "baik" atau mengacungkan jempol sambil senyum.
pantesan... kapan itu, Courtney tanya kabarku, dan waktu aku jawab sambil lalu "fine", dia langsung nanya sekali lagi dengan penekanan "really, how are you?" dan aku yang lagi sedih waktu itu akhirnya jadi cerita dan curhat sama dia walopun awalnya nggak mau. ato... apa mungkin Courtney berbakat jadi cenayang?
sekarang aku sering membalik keadaan. sebelum ditanya kabar, aku akan tanya lebih dulu ke mereka "apa kabar?" dan biasanya aku menerima jawaban yang rinci tentang apa yang sedang terjadi saat itu pada yang bersangkutan. "aku sedang diburu beberapa deadline" atau "aku sedang siap-siap mau pergi latihan sama teman-temanku"
and how are you?
Friday, September 08, 2006
a man like penguin
aku sayang padamu. bahkan lebih sayang padamu daripada bosku, yang memberiku makan setiap hari. aku yakin kamu juga sudah tau itu. jadi nggak perlu aku ulang-ulang lagi. perasaan ini terbentuk sejak kita bertemu tiga tahun yang lalu dan semakin mendalam selama kebersamaan kita di Ubud. di desa yang jauh dari tempat asal kita dan kita tidak kenal siapa-siapa. lalu kita saling menemani, mengurai masa lalu dihadapan matahari yang bergulir di batas cakrawala. untuk pertama kalinya kulihat matamu berkaca-kaca.
demikian besar rasa sayangku sehingga aku tidak memikirkan lagi siapa kamu, dari mana kamu berasal atau bagaimana latar belakang hidupmu. kesalahan apapun yang pernah kamu lakukan di masa lalu adalah sesuatu yang tidak perlu aku ungkit lagi. kamu sudah membayar mahal akibat dari kesalahanmu itu, mungkin sampai sekarang.
melihatmu pilu sekarang ini, ada yang menyesak dalam dadaku. andai kamu tahu betapa hatiku hancur setiap kali kamu datang dengan luka baru. andai kamu bisa merasakan panas membakar yang ditinggalkan air matamu yang membasahi bajuku, setiap kali aku memelukmu yang terguncang dalam tangis. kalau ada sesuatu yang aku punya, yang bisa membuatmu lebih kuat, lebih berdaya menghadapi masalah-masalah dalam hubunganmu, pasti akan kuberikan. kalau ada yang bisa kulakukan, untuk menghentikan kata-kata tajam itu, untukmu yang sudah mengorbankan segalanya bagi laki-laki yang tidak pernah bisa menghargaimu, pasti akan kulakukan.
kita sama-sama terharu waktu menonton March of the Penguins, lalu kita mulai menginginkan laki-laki yang seperti penguin. yang penyayang dan sabar. bersedia menanggung musim dingin yang ganas dalam keadaan lapar sambil mengerami telur, sampai bayi-bayi penguin menetas dan induk betina kembali membawa makanan untuk mereka. melihatmu yang sedang sakit sekarang ini, aku mengingat hari itu lagi.
kamu ingat Hans Bengtsson?
ya, dia laki-laki Swedia yang mengajak Farideh Radis mengarungi separuh bumi untuk berbulan madu ke Ubud, lalu merencanakan upacara pernikahan rahasia dalam adat Bali karena tau istrinya itu ingin punya foto upacara dalam adat Bali. aku teringat betapa matanya berbinar waktu kami bertemu untuk merencanakan semua acaranya. gelak tawanya seperti anak kecil jahil yang menyiapkan kejutan nakal di sekolah. dan waktu istrinya menangis melihat dekorasi di tepi kolam renang untuk upacara pernikahan mereka, aku melihat cinta yang mendalam di matanya.
mungkin aku juga pernah bercerita tentang Ottmar. istrinya, Elena- adalah pemain piano klasik di sebuah orkestra di Swiss. aku menemani mereka dalam dua hari persiapan resital piano di lantai dua galeriku. semua perhatian tumpah ruah untuk Elena. untuk piano yang akan dimainkannya, untuk repertoarnya, untuk gaun yang akan dikenakannya. dan selama itu, Ottmar mendampingi dengan senyum dan tatapan penuh kasih sayang dan kekaguman. mengingatkan Elena untuk makan, membantunya mengurus barang-barang yang dia bawa, walaupun itu berarti menjinjing tas tangan wanita.
kamu juga pernah mendengar tentang Mark Giglio. waktu aku menemani Carleen Sheehan -istrinya, berbelanja...dia terus ada di belakang kami. meskipun dia sama sekali tidak suka shopping. dia akan berhenti di sana sini, memotret objek yang menarik sepanjang jalan Monkey Forest dan Hanoman yang kami lalui. mengecek keberadaan kami di antara toko-toko di sepanjang jalan. aku sempat kehilangan Mark untuk beberapa saat setelah kami melewati jembatan dimana seekor anak anjing terkapar sekarat. dengan yakin, Carleen bilang kalau Mark pasti sedang mencari makanan buat anak anjing itu. seketika itu juga aku melihat kedalaman perasaan diantara mereka berdua. hatiku melembut oleh aura hangat yang mereka pancarkan.
terlukalah sekarang, lalu hiduplah dengan kenyataan. suatu hari nanti, kamu akan mendapatkan penguin jantanmu. yang akan membantumu membawa belanjaan dari supermarket dan mengobati luka di kakimu dengan sentuhan tangannya. yang mengajakmu membeli pot kecil berisi tanah, menaburkan benih bunga dan bersamamu menyiraminya setiap hari, meletakkan pot bunga itu di jendela, lalu mengajakmu menyaksikannya tumbuh. sampai saat itu tiba, aku akan selalu bersama hatimu. dimanapun kamu berada.
demikian besar rasa sayangku sehingga aku tidak memikirkan lagi siapa kamu, dari mana kamu berasal atau bagaimana latar belakang hidupmu. kesalahan apapun yang pernah kamu lakukan di masa lalu adalah sesuatu yang tidak perlu aku ungkit lagi. kamu sudah membayar mahal akibat dari kesalahanmu itu, mungkin sampai sekarang.
melihatmu pilu sekarang ini, ada yang menyesak dalam dadaku. andai kamu tahu betapa hatiku hancur setiap kali kamu datang dengan luka baru. andai kamu bisa merasakan panas membakar yang ditinggalkan air matamu yang membasahi bajuku, setiap kali aku memelukmu yang terguncang dalam tangis. kalau ada sesuatu yang aku punya, yang bisa membuatmu lebih kuat, lebih berdaya menghadapi masalah-masalah dalam hubunganmu, pasti akan kuberikan. kalau ada yang bisa kulakukan, untuk menghentikan kata-kata tajam itu, untukmu yang sudah mengorbankan segalanya bagi laki-laki yang tidak pernah bisa menghargaimu, pasti akan kulakukan.
kita sama-sama terharu waktu menonton March of the Penguins, lalu kita mulai menginginkan laki-laki yang seperti penguin. yang penyayang dan sabar. bersedia menanggung musim dingin yang ganas dalam keadaan lapar sambil mengerami telur, sampai bayi-bayi penguin menetas dan induk betina kembali membawa makanan untuk mereka. melihatmu yang sedang sakit sekarang ini, aku mengingat hari itu lagi.
kamu ingat Hans Bengtsson?
ya, dia laki-laki Swedia yang mengajak Farideh Radis mengarungi separuh bumi untuk berbulan madu ke Ubud, lalu merencanakan upacara pernikahan rahasia dalam adat Bali karena tau istrinya itu ingin punya foto upacara dalam adat Bali. aku teringat betapa matanya berbinar waktu kami bertemu untuk merencanakan semua acaranya. gelak tawanya seperti anak kecil jahil yang menyiapkan kejutan nakal di sekolah. dan waktu istrinya menangis melihat dekorasi di tepi kolam renang untuk upacara pernikahan mereka, aku melihat cinta yang mendalam di matanya.
mungkin aku juga pernah bercerita tentang Ottmar. istrinya, Elena- adalah pemain piano klasik di sebuah orkestra di Swiss. aku menemani mereka dalam dua hari persiapan resital piano di lantai dua galeriku. semua perhatian tumpah ruah untuk Elena. untuk piano yang akan dimainkannya, untuk repertoarnya, untuk gaun yang akan dikenakannya. dan selama itu, Ottmar mendampingi dengan senyum dan tatapan penuh kasih sayang dan kekaguman. mengingatkan Elena untuk makan, membantunya mengurus barang-barang yang dia bawa, walaupun itu berarti menjinjing tas tangan wanita.
kamu juga pernah mendengar tentang Mark Giglio. waktu aku menemani Carleen Sheehan -istrinya, berbelanja...dia terus ada di belakang kami. meskipun dia sama sekali tidak suka shopping. dia akan berhenti di sana sini, memotret objek yang menarik sepanjang jalan Monkey Forest dan Hanoman yang kami lalui. mengecek keberadaan kami di antara toko-toko di sepanjang jalan. aku sempat kehilangan Mark untuk beberapa saat setelah kami melewati jembatan dimana seekor anak anjing terkapar sekarat. dengan yakin, Carleen bilang kalau Mark pasti sedang mencari makanan buat anak anjing itu. seketika itu juga aku melihat kedalaman perasaan diantara mereka berdua. hatiku melembut oleh aura hangat yang mereka pancarkan.
terlukalah sekarang, lalu hiduplah dengan kenyataan. suatu hari nanti, kamu akan mendapatkan penguin jantanmu. yang akan membantumu membawa belanjaan dari supermarket dan mengobati luka di kakimu dengan sentuhan tangannya. yang mengajakmu membeli pot kecil berisi tanah, menaburkan benih bunga dan bersamamu menyiraminya setiap hari, meletakkan pot bunga itu di jendela, lalu mengajakmu menyaksikannya tumbuh. sampai saat itu tiba, aku akan selalu bersama hatimu. dimanapun kamu berada.
Subscribe to:
Posts (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...