whoever said money can't buy happiness simply didn't know where to go shopping
perintahnya sederhana.
"Jeng, tolong belanja barang-barang untuk welcome bags buat beberapa tamu yang akan datang dari Australia beberapa hari lagi"
ada 11 orang dewasa dan 1 anak perempuan berumur dua tahun yang harus dibelikan hadiah-hadiah yang kemudian dimasukkan dalam tas untuk tiap-tiap orang.
tapi ketika aku membaca salinan email yang setelah diprint panjangnya jadi 3 halaman itu, aku jadi terdiam. gimana nggak, pertama karena usia orang yang harus dibelikan hadiah berkisar antara 40-50 tahun. susah bener menerka apa yang mereka mau.
kedua, salah satu diantara mereka berulang tahun dan karenanya harus dibelikan hadiah yang spesial. tanpa keterangan mendetail siapa orang ini, kecuali namanya dan sebutan birthday boy. ketiga, karena disana-sini petunjuk itu berisi "use your creativity" atau "you choose yaa"
dan nggak boleh salah.
ini seperti menjual kucing dalam karung dan yang dijual harus kucing yang sesuai dengan selera pembelinya.
maka di hari Minggu yang gerah itu, dengan salinan email, notes, pena dan uang yang dimasukkan dalam amplop dokumen besar berwarna cokelat, aku menjelajah Kuta, Denpasar, Sukawati dan Ubud untuk menemukan semua barang yang harus kumasukkan dalam semua welcome bags.
aku mengawalinya dengan membeli beberapa buah buku sesuai pesanan untuk hadiah spesial. kuputuskan untuk membeli buku tentang Batik Pesisir untuk birthday boy yang ternyata seorang fashion stylist. karena merasa sudah cukup dengan Periplus Galeria, aku nggak berkeliling lagi, lalu terus ke Carrefour Sunset Road untuk membeli printilan kecil macam kartupos, pena, mosquito repellent (ada yang untuk anak ternyata) ... sampai kemudian sadar kalau perlu membeli stationery yang lebih lucu dan menarik, mestinya aku ke Gramedia.
maka aku kembali lagi ke Galeria. betul-betul pintar.
di Gramedia Galeria aku berkutat di section yang menjual dekorasi dan hiasan bernuansa Natal untuk menemukan kertas-kertas tebal untuk membuat kartu yang akan jadi identitas tiap tas, tali untuk menggantung kartu-kartu itu, bunga-bunga berwarna perak untuk menghiasnya, serta kertas daur ulang oranye yang cantik untuk membungkus kado, lengkap dengan pita dan kartu khusus untuk Eva, si kecil yang berumur 2 tahun. aku membeli juga spidol 10 warna dan buku sketsa polos untuk dibuat scrapbook.
suntuk di Galeria, aku meneruskan pencarian ke Jalan Sulawesi, tempat aku memasuki berbagai toko dan memilih, menawar, membongkar, memilih dan menawar lagi sebelum membayar tiap helai sarung batik, kain destar dan selendang yang kubeli. mungkin sekitar 5 atau 6 toko kumasuki. tak semuanya berhasil kutawar murah. di sini aku senang sekali karena bisa menemukan batik tulis bermotif Lokcan (Phoenix) yang monokrom dengan dasar putih dan pewarnaan indigo biru tua untuk Gary, the birthday boy. seperti Fawkes, semua burung Phoenix berumur panjang. itu doaku untuk Gary.
seterusnya aku naik ke lantai 3 Pasar Badung buat mencari kebaya mungil untuk si kecil. aku menemukan satu yang berwarna putih dengan bunga-bunga oranye, disesuaikan dengan bawahannya yang juga oranye. cantik sekali. aku cuma berharap ukurannya nggak terlalu kecil.
sebelum terlalu sore, aku bergegas ke Jalan Teuku Umar untuk membeli handphone. segala urusan makan siang dan ngemil dan minum aku lakukan di salam mobil untuk menghemat waktu. di toko selular aku dilayani perempuan muda yang tampangnya agak males-malesan waktu aku minta handphone GSM yang paling gampang dipakai dan paling murah.
"390 ribu" katanya.
aku lalu mengikutinya ke tempat dimana handphone itu berada. dan menemukan bahwa ada handphone lain yang harganya 370 ribu. "kalo yang ini barangnya ada?" tanyaku.
dia mengangguk agak malas-malasan.
"oke, kalo gitu saya beli lima"
senyumnya jadi cerah sebelum beranjak mengambilkan benda yang kuminta.
jadilah perempuan itu kuminta untuk mengeset hp, memasukkan berbagai nomor ke dalamnya, memprogram ringtone-nya dan lain-lain. sayang jaringan XL waktu itu lagi down, sehingga dia nggak bisa sekalian melakukan registrasi atas nomor-nomor baru. uhm, itu berarti aku yang barus melakukan registrasi.
selama menunggu, aku sempat membeli penyambung dari colokan kaki tiga ke colokan kaki dua untuk chargernya. aku menyebut benda itu moncong babi. tapi sebenarnya nama benda itu apa sih?
dari Sulawesi aku pergi ke Sukawati. membeli kipas kayu kecil, tas untuk memuat semua barang dan dompet manik-manik yang nantinya akan diisi dengan sabun natural. ini mungkin toko yang paling cepat ngasih potongan harga. karenanya aku nggak berlama-lama disana. lalu langsung ke Ubud.
setelah ngedrop barang-barang di rumah, aku pergi berkeliaran di toko-toko sekitar Ubud untuk membeli dupa harum dan korek api, pita perak, hitam dan kuning untuk mengikat berbagai benda, amplop untuk kartu pos, syall sutra sintetis dari Cina, syall batik tulis Madura yang tinggal satu-satunya, serta peta Bali untuk semua orang. berikutnya masih ditambah gaun batik kecil yang desainnya sangat manis untuk Eva, serta pulsa telepon untuk semua handphone baru.
waktu semuanya udah selesai dibeli, badanku rasanya udah makin menipis dan layu. padahal aku masih harus makan malam sama Iman, lalu ketemuan lagi sama Vincent, Nikki dan Sari di Ubud Hanging Garden yang tempatnya di hutan belantara nun jauh di ujung Payangan sana.
tapi aku sangat menikmati belanja hari itu. walaupun memang belanja yang paling enak adalah beli untuk diri sendiri, sesuai selera sendiri, tanpa khawatir kehabisan uang. dan ketika belanja untuk orang lain jadi lebih rumit dan sulit.
PS. kalo ada yang nggak suka belanja, karena ribet dan karena nggak tau mesti beli apa dimana, kabarin aku aja. kalo hari baik dan aku sedang nggak sibuk dan moodnya lagi pas, aku mau kok jadi personal shopper lagi!:D
PPS. quote yang diatas itu pertama kali aku tahu dari signature-nya Blub. tapi ternyata itu quote dari Bo Derek, perempuan yang canggih. hihihihi...