pak koman berdiri diambang pintu dan tersenyum padaku
K: dian, kamu udah baca novelnya gek sri?
I : belum, pak koman
K: dia udah nulis kira-kira tigapuluh halaman. kamu baca aja, nanti. mungkin kita bisa edit. perbaiki grammar dan spellingnya. lalu dicetak, biar dia semangat"
I : ide bagus, pak koman. ya, saya mau baca. saya pernah liat gek sri nulis. tapi dia belum pernah nunjukin ke saya
bukan. pak koman bukan orangtua yang suka membangga-banggakan anaknya. bukan seperti beberapa orangtua artis cilik yang sangat berambisi menjadikan anak mereka bintang, dan dibesarkan dibawah gemerlap cahaya lampu di panggung maupun kamera. dia hanyalah orang tua yang supportif. dan ini adalah salah satu hal yang aku kagumi dari bosku itu.
walaupun jarang mau mengakuinya di publik, pak koman adalah lulusan berkeley. sangat, sangat cerdas dan berwawasan luas. suka main musik (biola, bass, menulis lagu kalo mood), olahraga (tenis, berenang, bersepeda), computer geek (sgala macam yang berhubungan dengan komputer di komaneka, pak koman tau dan bisa menanganinya. kalo indra-the IT Man udah nyerah, pak koman yang turun tangan). strategis dan taktis dalam mengelola bisnis. tapi diatas semuanya, pak koman adalah laki-laki yang cinta keluarga.
pak koman hapal ulang tahun anak-anaknya (papaku aja suka lupa kapan aku lahir), bisa mendeskripsikan dengan baik karakter tiap-tiap anaknya dan tau, apa yang sedang dikerjakan anak-anaknya saat ini (gek sri dan novelnya, gek angga belajar berenang, gek surya giginya baru lepas, dan seterusnya), memperhatikan pendidikan anak-anaknya (pak koman aktif menjadi anggota komite orangtua di sekolah dyatmika) dan yang paling penting, pak koman sangat ingin dekat dengan anak-anaknya. suatu hari dia bisa bilang..."saya heran, anak saya kalo abis saya marahi, setelah itu nggak mau dekat-dekat saya. tapi kalo dengan bu mansri, walopun habis dimarahi sampai nangis, besoknya pasti udah dekat lagi"
buat orang seperti pak koman, yang memiliki dua hotel (hampir tiga) dan satu galeri, dalam usia yang baru 38 tahun, sangat mudah untuk tenggelam dalam kesibukan, dan menyerahkan urusan anak-anak pada istri. tapi dia nggak pernah begitu. bukan sekali dua kali, waktu aku lagi chatting, atau bicara di telepon dengannya, dia bilang padaku...
"nanti kita teruskan lagi. sekarang gek surya mau main sama saya"
mungkin semua ini ada hubungannya dengan hal yang sering sekali diulang-ulangnya...
"kalo kamu menikah, itu sudah bukan lagi tentang cinta. tapi tentang tanggung jawab. setiap hari yang ada adalah tanggung jawab. kamu tau kenapa banyak orang yang pacaran lama, kumpul kebo bertahun-tahun, tapi begitu menikah, cuma sebentar lalu cerai. karena bersama pernikahan itu ada tanggung jawab. dan tanggung jawab itu berat. itu nggak main-main. apalagi kalo kamu punya anak. keputusan punya anak adalah keputusan yang berat, dan tanggung jawabnya lebih berat lagi. tapi saya nggak nyesel punya anak. saya sayang sama anak-anak saya..."
kalo kamu ketemu dengan pak koman suatu hari nanti, ingatlah postingan ini baik-baik. karena pak koman pasti... sekali lagi pasti tidak akan pernah menutup-nutupi kalau dia sudah menikah, dan punya empat orang anak. dia akan menceritakan anak-anaknya, keluarganya, dengan senyum bangga. seperti senyumnya dari ambang pintu hari ini.
sayangnya, aku juga menemui laki-laki yang nggak mau mengakui kalo dia sudah beristri dan punya anak. ada pula yang cenderung menutup-nutupinya, karena berkeinginan untuk melabuhkan perasaan (atau hasrat?) pada perempuan lain. apalagi kalau kemudian sampai mendeklarasikan hubungan lain, dengan perempuan lain, sementara sudah jadi rahasia umum kalau laki-laki ini sudah menikah dan sudah punya anak.
dapatkah terus menutup-nutupi kenyataan dan menipu diri sendiri?
sampai kapan?
K: dian, kamu udah baca novelnya gek sri?
I : belum, pak koman
K: dia udah nulis kira-kira tigapuluh halaman. kamu baca aja, nanti. mungkin kita bisa edit. perbaiki grammar dan spellingnya. lalu dicetak, biar dia semangat"
I : ide bagus, pak koman. ya, saya mau baca. saya pernah liat gek sri nulis. tapi dia belum pernah nunjukin ke saya
bukan. pak koman bukan orangtua yang suka membangga-banggakan anaknya. bukan seperti beberapa orangtua artis cilik yang sangat berambisi menjadikan anak mereka bintang, dan dibesarkan dibawah gemerlap cahaya lampu di panggung maupun kamera. dia hanyalah orang tua yang supportif. dan ini adalah salah satu hal yang aku kagumi dari bosku itu.
walaupun jarang mau mengakuinya di publik, pak koman adalah lulusan berkeley. sangat, sangat cerdas dan berwawasan luas. suka main musik (biola, bass, menulis lagu kalo mood), olahraga (tenis, berenang, bersepeda), computer geek (sgala macam yang berhubungan dengan komputer di komaneka, pak koman tau dan bisa menanganinya. kalo indra-the IT Man udah nyerah, pak koman yang turun tangan). strategis dan taktis dalam mengelola bisnis. tapi diatas semuanya, pak koman adalah laki-laki yang cinta keluarga.
pak koman hapal ulang tahun anak-anaknya (papaku aja suka lupa kapan aku lahir), bisa mendeskripsikan dengan baik karakter tiap-tiap anaknya dan tau, apa yang sedang dikerjakan anak-anaknya saat ini (gek sri dan novelnya, gek angga belajar berenang, gek surya giginya baru lepas, dan seterusnya), memperhatikan pendidikan anak-anaknya (pak koman aktif menjadi anggota komite orangtua di sekolah dyatmika) dan yang paling penting, pak koman sangat ingin dekat dengan anak-anaknya. suatu hari dia bisa bilang..."saya heran, anak saya kalo abis saya marahi, setelah itu nggak mau dekat-dekat saya. tapi kalo dengan bu mansri, walopun habis dimarahi sampai nangis, besoknya pasti udah dekat lagi"
buat orang seperti pak koman, yang memiliki dua hotel (hampir tiga) dan satu galeri, dalam usia yang baru 38 tahun, sangat mudah untuk tenggelam dalam kesibukan, dan menyerahkan urusan anak-anak pada istri. tapi dia nggak pernah begitu. bukan sekali dua kali, waktu aku lagi chatting, atau bicara di telepon dengannya, dia bilang padaku...
"nanti kita teruskan lagi. sekarang gek surya mau main sama saya"
mungkin semua ini ada hubungannya dengan hal yang sering sekali diulang-ulangnya...
"kalo kamu menikah, itu sudah bukan lagi tentang cinta. tapi tentang tanggung jawab. setiap hari yang ada adalah tanggung jawab. kamu tau kenapa banyak orang yang pacaran lama, kumpul kebo bertahun-tahun, tapi begitu menikah, cuma sebentar lalu cerai. karena bersama pernikahan itu ada tanggung jawab. dan tanggung jawab itu berat. itu nggak main-main. apalagi kalo kamu punya anak. keputusan punya anak adalah keputusan yang berat, dan tanggung jawabnya lebih berat lagi. tapi saya nggak nyesel punya anak. saya sayang sama anak-anak saya..."
kalo kamu ketemu dengan pak koman suatu hari nanti, ingatlah postingan ini baik-baik. karena pak koman pasti... sekali lagi pasti tidak akan pernah menutup-nutupi kalau dia sudah menikah, dan punya empat orang anak. dia akan menceritakan anak-anaknya, keluarganya, dengan senyum bangga. seperti senyumnya dari ambang pintu hari ini.
sayangnya, aku juga menemui laki-laki yang nggak mau mengakui kalo dia sudah beristri dan punya anak. ada pula yang cenderung menutup-nutupinya, karena berkeinginan untuk melabuhkan perasaan (atau hasrat?) pada perempuan lain. apalagi kalau kemudian sampai mendeklarasikan hubungan lain, dengan perempuan lain, sementara sudah jadi rahasia umum kalau laki-laki ini sudah menikah dan sudah punya anak.
dapatkah terus menutup-nutupi kenyataan dan menipu diri sendiri?
sampai kapan?