aku meletakkan cangkirku. terlalu lelah untuk menghitung berapa banyak kopi yang kuhabiskan dalam dua hari terakhir. tentu lambungku telah dihiasi bercak-bercak kafein. mungkin bentuknya seperti tetesan cat yang mengalir diatas kanvas. karena aku nggak menyesap kopi. aku menenggaknya habis dalam beberapa tegukan saja. aku minum kopi dengan Chih Chiang, lalu dengan Jill, belum lagi yang aku minum tanpa ditemani siapapun. aku merasa sebagian tubuhku solid, dan sebagian lagi transparan. aku harap kafein yang mengendap dalam darahku bisa membuat tubuhku menemukan massanya.
aku sudah mandi tujuh kali sejak kemarin. ini rekor yang agak mencengangkan, karena tempat yang kutuju hanya rumah dan kantor. aku hanya merasa kalau aku harus mandi. harus merasakan aliran air membasahi sekujur tubuhku. membersihkan otakku dari pikiran-pikiran yang nggak perlu. kenangan. ingatan. hal-hal yang selalu melekat disaat yang paling tidak diperlukan. aku melihat keping-kepingnya seperti puzzle. aku memungutnya satu demi satu, dan mencucinya bersih-bersih dengan air hangat, bercampur sabun, shampoo, conditioner, herbal bath bag... tapi ketika kupikir semuanya sudah dilarutkan... dan mengalir ke pelimbahan... entah bagaimana mereka menemukan cara untuk kembali.
kenapa kita masih bisa merasa kehilangan sesuatu yang sudah lama tidak ada di tempatnya? kalau kita bisa mengingat, berapa banyak benda yang pernah kita hilangkan seumur hidup? pena, penghapus, handphone, penggaris, kaset, kesempatan, buku, kunci, stnk, dompet, pensil, karcis parkir, uang, tas, mimpi, persahabatan, cincin, tiket kereta, saputangan, harapan... kehilangan keinginan. mungkin kita menaruhnya di suatu tempat, lalu tertinggal. mungkin kita meletakkannya, dan sengaja tidak mengambilnya kembali. lalu kita lupa.
sayangnya lupa itu tidak permanen. ingatan, kenangan dan masa lalu hanya tenggelam diantara hal-hal baru. mengendap dan menunggu dengan seringai licik dari kegelapan, dari dasar yang terdalam. menunggu kail yang jahil, sampai sesuatu mengaisnya lagi. cukup satu kata kunci, separuh frase, sekelebat bayangan...
disaat-saat seperti ini, iTunes yang menjadi saksi tanpa keluh. kalau Tompi ada disini, duduk di hadapanku, menuang kopi ke cangkirnya di seberang cangkirku. dia pasti minum kopi jahe. aku sudah memaksanya mendendangkan nyanyian yang memujaku sepanjang malam...tahukah kau diriku tak sanggup hidup bila kau jauh dariku...bagian yang terus menerus kudengar dalam tidurku yang gelisah dan penuh potongan wajah. apakah tenggorokanmu serak sekarang?
ada hari-hari ketika, seperti jutaan perempuan yang lain, aku menjadi istimewa karena harus diperlakukan dengan pemahaman lebih. bukan karena kesengajaan kalau hormon-hormonku sedang sama nggak stabilnya dengan nitroglycerin. apalagi kalo reaksi kimianya nggak tepat.
aku sudah mandi tujuh kali sejak kemarin. ini rekor yang agak mencengangkan, karena tempat yang kutuju hanya rumah dan kantor. aku hanya merasa kalau aku harus mandi. harus merasakan aliran air membasahi sekujur tubuhku. membersihkan otakku dari pikiran-pikiran yang nggak perlu. kenangan. ingatan. hal-hal yang selalu melekat disaat yang paling tidak diperlukan. aku melihat keping-kepingnya seperti puzzle. aku memungutnya satu demi satu, dan mencucinya bersih-bersih dengan air hangat, bercampur sabun, shampoo, conditioner, herbal bath bag... tapi ketika kupikir semuanya sudah dilarutkan... dan mengalir ke pelimbahan... entah bagaimana mereka menemukan cara untuk kembali.
kenapa kita masih bisa merasa kehilangan sesuatu yang sudah lama tidak ada di tempatnya? kalau kita bisa mengingat, berapa banyak benda yang pernah kita hilangkan seumur hidup? pena, penghapus, handphone, penggaris, kaset, kesempatan, buku, kunci, stnk, dompet, pensil, karcis parkir, uang, tas, mimpi, persahabatan, cincin, tiket kereta, saputangan, harapan... kehilangan keinginan. mungkin kita menaruhnya di suatu tempat, lalu tertinggal. mungkin kita meletakkannya, dan sengaja tidak mengambilnya kembali. lalu kita lupa.
sayangnya lupa itu tidak permanen. ingatan, kenangan dan masa lalu hanya tenggelam diantara hal-hal baru. mengendap dan menunggu dengan seringai licik dari kegelapan, dari dasar yang terdalam. menunggu kail yang jahil, sampai sesuatu mengaisnya lagi. cukup satu kata kunci, separuh frase, sekelebat bayangan...
disaat-saat seperti ini, iTunes yang menjadi saksi tanpa keluh. kalau Tompi ada disini, duduk di hadapanku, menuang kopi ke cangkirnya di seberang cangkirku. dia pasti minum kopi jahe. aku sudah memaksanya mendendangkan nyanyian yang memujaku sepanjang malam...tahukah kau diriku tak sanggup hidup bila kau jauh dariku...bagian yang terus menerus kudengar dalam tidurku yang gelisah dan penuh potongan wajah. apakah tenggorokanmu serak sekarang?
ada hari-hari ketika, seperti jutaan perempuan yang lain, aku menjadi istimewa karena harus diperlakukan dengan pemahaman lebih. bukan karena kesengajaan kalau hormon-hormonku sedang sama nggak stabilnya dengan nitroglycerin. apalagi kalo reaksi kimianya nggak tepat.