I don't like to cry
but I cry
I don't like to say goodbye
but
I have to say goodbye
ini mungkin terakhir kali gue chat di rumah ini
beberapa jam lagi kita chat dari different continent
thanks for everything yaaa
wish me all the best
aku sedih bgt baca statusmu
*and that's how much I love you*
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Friday, September 15, 2006
Wednesday, September 13, 2006
why must we grow up so fast?
"saya lihat kamu seperti anak umur belasan yang terjebak dalam tubuh berumur 25 tahun"
...
"saya seperti sedang berurusan dengan anak SMA umur tujuhbelas tahun. padahal kamu kan udah 26 tahun. kamu harus lebih dewasa sedikit."
... *tersenyum*
"iya, Dian?"
"iya"
dua hari berturut-turut ada yang ngomong kalo aku belum dewasa. masih seperti remaja. hmmm... jangan-jangan ini sebabnya kalo pergi kemana-mana masih suka dikira mahasiswa, ato ditanya sekolahnya dimana. karena kelakuannya. bukan karena betapa baby face wajahku. sigh.
apa sih dewasa?
bagaimana caranya supaya jadi dewasa?
kenapa harus jadi dewasa?
selama ini aku pikir, ini menurutku sebelum ada yang bilang kalo aku belum dewasa loh yaa... hal-hal yang aku lakukan dalam hidupku sekarang ini udah menunjukkan kedewasaan. kalau aku merasa senang dengan apa yang aku jalani sekarang, mengekspresikan kegembiraanku dengan caraku yang... yah... kayaknya tidak dilakukan oleh orang-orang dewasa yang aku lihat dulu waktu aku kecil...itu berarti nggak dewasa yah?
aku curiga kedewasaan itu berisi hal-hal yang suram dan membosankan.
hmmm... boleh jadi sebabnya lebih dari itu. lebih pada hal-hal yang semestinya aku lakukan dengan tanggung jawab. tapi bagaimana menandai alurnya? bagaimana supaya aku bisa menangkap desain yang utuh tentang apa-apa yang harus dilakukan untuk disebut sebagai dewasa. apakah itu tentang cara menghadapi hal-hal yang mengejutkan? atau petunjuk menjalani hari-hari supaya tidak tersesat kembali ke masa remaja? ada nggak sih handbook of being adult for dummies?
ataukah selama ini aku menolak untuk menjadi dewasa?
...
"saya seperti sedang berurusan dengan anak SMA umur tujuhbelas tahun. padahal kamu kan udah 26 tahun. kamu harus lebih dewasa sedikit."
... *tersenyum*
"iya, Dian?"
"iya"
dua hari berturut-turut ada yang ngomong kalo aku belum dewasa. masih seperti remaja. hmmm... jangan-jangan ini sebabnya kalo pergi kemana-mana masih suka dikira mahasiswa, ato ditanya sekolahnya dimana. karena kelakuannya. bukan karena betapa baby face wajahku. sigh.
apa sih dewasa?
bagaimana caranya supaya jadi dewasa?
kenapa harus jadi dewasa?
selama ini aku pikir, ini menurutku sebelum ada yang bilang kalo aku belum dewasa loh yaa... hal-hal yang aku lakukan dalam hidupku sekarang ini udah menunjukkan kedewasaan. kalau aku merasa senang dengan apa yang aku jalani sekarang, mengekspresikan kegembiraanku dengan caraku yang... yah... kayaknya tidak dilakukan oleh orang-orang dewasa yang aku lihat dulu waktu aku kecil...itu berarti nggak dewasa yah?
aku curiga kedewasaan itu berisi hal-hal yang suram dan membosankan.
hmmm... boleh jadi sebabnya lebih dari itu. lebih pada hal-hal yang semestinya aku lakukan dengan tanggung jawab. tapi bagaimana menandai alurnya? bagaimana supaya aku bisa menangkap desain yang utuh tentang apa-apa yang harus dilakukan untuk disebut sebagai dewasa. apakah itu tentang cara menghadapi hal-hal yang mengejutkan? atau petunjuk menjalani hari-hari supaya tidak tersesat kembali ke masa remaja? ada nggak sih handbook of being adult for dummies?
ataukah selama ini aku menolak untuk menjadi dewasa?
Saturday, September 09, 2006
how are you - apa kabar?
aku sering heran sama cara teman-teman bule atau mestizo-ku menyapaku diawal pembicaraan telepon atau bertemu. selama ini, kalimat 'apa kabar' itu hanya kuucapkan pada orang yang minimal udah tiga hari nggak ketemu. jadi kalo sama Pak Yudi ato Pak Swabawa yang setiap hari berseliweran ke ruanganku, menyapa lewat MSN dan telepon antar ruangan, aku jarang sekali bilang 'apa kabar?'
nah, teman-teman bule dan mestizo itu, selalu menanyakan kabar di awal percakapan. berapapun seringnya kita ketemu, langsung ataupun tidak.
yang bikin aku ngerasa lebih aneh lagi misalnya, kalo ngeliat Thor sama Noel atau anggota keluarga mereka yang lain ketemu. mereka semua tinggal serumah, tapi kalau bertemu di luar rumah, akan menyempatkan untuk menyapa. bersalaman, lalu bertanya. apa kabar? padahal mungkin baru dua atau tiga jam sebelumnya mereka makan bersama di rumah.
ada hari-hari ketika aku sama Krishna bicara di telepon sampai 4 kali sehari, dalam selang waktu yang sangat dekat. tapi tetep aja, kalo mengangkat telepon, dia akan tanya 'apa kabar?'. waktu aku protes dan bilang "hari ini udah tiga kali kita bicara di telepon dan kamu masih terus tanya apa kabar" dengan ringan dia jawab "apa salahnya tanya kabar?" aku terus diem. ya, nggak salah juga sih...
waktu aku ngobrol sama Wine, barulah aku dapat penjelasan mengapa mereka begitu. menanyakan kabar itu berarti mereka peduli. pertanyaan itu sebenarnya setara dengan "kamu sedang apa?" atau "kamu ngapain aja hari ini?" yang digabung dengan "bagaimana perasaanmu saat ini?" dan itu salah satu pertanyaan yang sangat penting. mereka bisa tersinggung dan akan jadi masalah besar kalau pertanyaan itu nggak dijawab. beda banget sama 'apa kabar'-ku yang seringkali cuma basa-basi ajah. makanya kalo ada bule ato mestizo yang tanya kabar, aku harus jawab. walopun cuma "baik" atau mengacungkan jempol sambil senyum.
pantesan... kapan itu, Courtney tanya kabarku, dan waktu aku jawab sambil lalu "fine", dia langsung nanya sekali lagi dengan penekanan "really, how are you?" dan aku yang lagi sedih waktu itu akhirnya jadi cerita dan curhat sama dia walopun awalnya nggak mau. ato... apa mungkin Courtney berbakat jadi cenayang?
sekarang aku sering membalik keadaan. sebelum ditanya kabar, aku akan tanya lebih dulu ke mereka "apa kabar?" dan biasanya aku menerima jawaban yang rinci tentang apa yang sedang terjadi saat itu pada yang bersangkutan. "aku sedang diburu beberapa deadline" atau "aku sedang siap-siap mau pergi latihan sama teman-temanku"
nah, teman-teman bule dan mestizo itu, selalu menanyakan kabar di awal percakapan. berapapun seringnya kita ketemu, langsung ataupun tidak.
yang bikin aku ngerasa lebih aneh lagi misalnya, kalo ngeliat Thor sama Noel atau anggota keluarga mereka yang lain ketemu. mereka semua tinggal serumah, tapi kalau bertemu di luar rumah, akan menyempatkan untuk menyapa. bersalaman, lalu bertanya. apa kabar? padahal mungkin baru dua atau tiga jam sebelumnya mereka makan bersama di rumah.
ada hari-hari ketika aku sama Krishna bicara di telepon sampai 4 kali sehari, dalam selang waktu yang sangat dekat. tapi tetep aja, kalo mengangkat telepon, dia akan tanya 'apa kabar?'. waktu aku protes dan bilang "hari ini udah tiga kali kita bicara di telepon dan kamu masih terus tanya apa kabar" dengan ringan dia jawab "apa salahnya tanya kabar?" aku terus diem. ya, nggak salah juga sih...
waktu aku ngobrol sama Wine, barulah aku dapat penjelasan mengapa mereka begitu. menanyakan kabar itu berarti mereka peduli. pertanyaan itu sebenarnya setara dengan "kamu sedang apa?" atau "kamu ngapain aja hari ini?" yang digabung dengan "bagaimana perasaanmu saat ini?" dan itu salah satu pertanyaan yang sangat penting. mereka bisa tersinggung dan akan jadi masalah besar kalau pertanyaan itu nggak dijawab. beda banget sama 'apa kabar'-ku yang seringkali cuma basa-basi ajah. makanya kalo ada bule ato mestizo yang tanya kabar, aku harus jawab. walopun cuma "baik" atau mengacungkan jempol sambil senyum.
pantesan... kapan itu, Courtney tanya kabarku, dan waktu aku jawab sambil lalu "fine", dia langsung nanya sekali lagi dengan penekanan "really, how are you?" dan aku yang lagi sedih waktu itu akhirnya jadi cerita dan curhat sama dia walopun awalnya nggak mau. ato... apa mungkin Courtney berbakat jadi cenayang?
sekarang aku sering membalik keadaan. sebelum ditanya kabar, aku akan tanya lebih dulu ke mereka "apa kabar?" dan biasanya aku menerima jawaban yang rinci tentang apa yang sedang terjadi saat itu pada yang bersangkutan. "aku sedang diburu beberapa deadline" atau "aku sedang siap-siap mau pergi latihan sama teman-temanku"
and how are you?
Friday, September 08, 2006
a man like penguin
aku sayang padamu. bahkan lebih sayang padamu daripada bosku, yang memberiku makan setiap hari. aku yakin kamu juga sudah tau itu. jadi nggak perlu aku ulang-ulang lagi. perasaan ini terbentuk sejak kita bertemu tiga tahun yang lalu dan semakin mendalam selama kebersamaan kita di Ubud. di desa yang jauh dari tempat asal kita dan kita tidak kenal siapa-siapa. lalu kita saling menemani, mengurai masa lalu dihadapan matahari yang bergulir di batas cakrawala. untuk pertama kalinya kulihat matamu berkaca-kaca.
demikian besar rasa sayangku sehingga aku tidak memikirkan lagi siapa kamu, dari mana kamu berasal atau bagaimana latar belakang hidupmu. kesalahan apapun yang pernah kamu lakukan di masa lalu adalah sesuatu yang tidak perlu aku ungkit lagi. kamu sudah membayar mahal akibat dari kesalahanmu itu, mungkin sampai sekarang.
melihatmu pilu sekarang ini, ada yang menyesak dalam dadaku. andai kamu tahu betapa hatiku hancur setiap kali kamu datang dengan luka baru. andai kamu bisa merasakan panas membakar yang ditinggalkan air matamu yang membasahi bajuku, setiap kali aku memelukmu yang terguncang dalam tangis. kalau ada sesuatu yang aku punya, yang bisa membuatmu lebih kuat, lebih berdaya menghadapi masalah-masalah dalam hubunganmu, pasti akan kuberikan. kalau ada yang bisa kulakukan, untuk menghentikan kata-kata tajam itu, untukmu yang sudah mengorbankan segalanya bagi laki-laki yang tidak pernah bisa menghargaimu, pasti akan kulakukan.
kita sama-sama terharu waktu menonton March of the Penguins, lalu kita mulai menginginkan laki-laki yang seperti penguin. yang penyayang dan sabar. bersedia menanggung musim dingin yang ganas dalam keadaan lapar sambil mengerami telur, sampai bayi-bayi penguin menetas dan induk betina kembali membawa makanan untuk mereka. melihatmu yang sedang sakit sekarang ini, aku mengingat hari itu lagi.
kamu ingat Hans Bengtsson?
ya, dia laki-laki Swedia yang mengajak Farideh Radis mengarungi separuh bumi untuk berbulan madu ke Ubud, lalu merencanakan upacara pernikahan rahasia dalam adat Bali karena tau istrinya itu ingin punya foto upacara dalam adat Bali. aku teringat betapa matanya berbinar waktu kami bertemu untuk merencanakan semua acaranya. gelak tawanya seperti anak kecil jahil yang menyiapkan kejutan nakal di sekolah. dan waktu istrinya menangis melihat dekorasi di tepi kolam renang untuk upacara pernikahan mereka, aku melihat cinta yang mendalam di matanya.
mungkin aku juga pernah bercerita tentang Ottmar. istrinya, Elena- adalah pemain piano klasik di sebuah orkestra di Swiss. aku menemani mereka dalam dua hari persiapan resital piano di lantai dua galeriku. semua perhatian tumpah ruah untuk Elena. untuk piano yang akan dimainkannya, untuk repertoarnya, untuk gaun yang akan dikenakannya. dan selama itu, Ottmar mendampingi dengan senyum dan tatapan penuh kasih sayang dan kekaguman. mengingatkan Elena untuk makan, membantunya mengurus barang-barang yang dia bawa, walaupun itu berarti menjinjing tas tangan wanita.
kamu juga pernah mendengar tentang Mark Giglio. waktu aku menemani Carleen Sheehan -istrinya, berbelanja...dia terus ada di belakang kami. meskipun dia sama sekali tidak suka shopping. dia akan berhenti di sana sini, memotret objek yang menarik sepanjang jalan Monkey Forest dan Hanoman yang kami lalui. mengecek keberadaan kami di antara toko-toko di sepanjang jalan. aku sempat kehilangan Mark untuk beberapa saat setelah kami melewati jembatan dimana seekor anak anjing terkapar sekarat. dengan yakin, Carleen bilang kalau Mark pasti sedang mencari makanan buat anak anjing itu. seketika itu juga aku melihat kedalaman perasaan diantara mereka berdua. hatiku melembut oleh aura hangat yang mereka pancarkan.
terlukalah sekarang, lalu hiduplah dengan kenyataan. suatu hari nanti, kamu akan mendapatkan penguin jantanmu. yang akan membantumu membawa belanjaan dari supermarket dan mengobati luka di kakimu dengan sentuhan tangannya. yang mengajakmu membeli pot kecil berisi tanah, menaburkan benih bunga dan bersamamu menyiraminya setiap hari, meletakkan pot bunga itu di jendela, lalu mengajakmu menyaksikannya tumbuh. sampai saat itu tiba, aku akan selalu bersama hatimu. dimanapun kamu berada.
demikian besar rasa sayangku sehingga aku tidak memikirkan lagi siapa kamu, dari mana kamu berasal atau bagaimana latar belakang hidupmu. kesalahan apapun yang pernah kamu lakukan di masa lalu adalah sesuatu yang tidak perlu aku ungkit lagi. kamu sudah membayar mahal akibat dari kesalahanmu itu, mungkin sampai sekarang.
melihatmu pilu sekarang ini, ada yang menyesak dalam dadaku. andai kamu tahu betapa hatiku hancur setiap kali kamu datang dengan luka baru. andai kamu bisa merasakan panas membakar yang ditinggalkan air matamu yang membasahi bajuku, setiap kali aku memelukmu yang terguncang dalam tangis. kalau ada sesuatu yang aku punya, yang bisa membuatmu lebih kuat, lebih berdaya menghadapi masalah-masalah dalam hubunganmu, pasti akan kuberikan. kalau ada yang bisa kulakukan, untuk menghentikan kata-kata tajam itu, untukmu yang sudah mengorbankan segalanya bagi laki-laki yang tidak pernah bisa menghargaimu, pasti akan kulakukan.
kita sama-sama terharu waktu menonton March of the Penguins, lalu kita mulai menginginkan laki-laki yang seperti penguin. yang penyayang dan sabar. bersedia menanggung musim dingin yang ganas dalam keadaan lapar sambil mengerami telur, sampai bayi-bayi penguin menetas dan induk betina kembali membawa makanan untuk mereka. melihatmu yang sedang sakit sekarang ini, aku mengingat hari itu lagi.
kamu ingat Hans Bengtsson?
ya, dia laki-laki Swedia yang mengajak Farideh Radis mengarungi separuh bumi untuk berbulan madu ke Ubud, lalu merencanakan upacara pernikahan rahasia dalam adat Bali karena tau istrinya itu ingin punya foto upacara dalam adat Bali. aku teringat betapa matanya berbinar waktu kami bertemu untuk merencanakan semua acaranya. gelak tawanya seperti anak kecil jahil yang menyiapkan kejutan nakal di sekolah. dan waktu istrinya menangis melihat dekorasi di tepi kolam renang untuk upacara pernikahan mereka, aku melihat cinta yang mendalam di matanya.
mungkin aku juga pernah bercerita tentang Ottmar. istrinya, Elena- adalah pemain piano klasik di sebuah orkestra di Swiss. aku menemani mereka dalam dua hari persiapan resital piano di lantai dua galeriku. semua perhatian tumpah ruah untuk Elena. untuk piano yang akan dimainkannya, untuk repertoarnya, untuk gaun yang akan dikenakannya. dan selama itu, Ottmar mendampingi dengan senyum dan tatapan penuh kasih sayang dan kekaguman. mengingatkan Elena untuk makan, membantunya mengurus barang-barang yang dia bawa, walaupun itu berarti menjinjing tas tangan wanita.
kamu juga pernah mendengar tentang Mark Giglio. waktu aku menemani Carleen Sheehan -istrinya, berbelanja...dia terus ada di belakang kami. meskipun dia sama sekali tidak suka shopping. dia akan berhenti di sana sini, memotret objek yang menarik sepanjang jalan Monkey Forest dan Hanoman yang kami lalui. mengecek keberadaan kami di antara toko-toko di sepanjang jalan. aku sempat kehilangan Mark untuk beberapa saat setelah kami melewati jembatan dimana seekor anak anjing terkapar sekarat. dengan yakin, Carleen bilang kalau Mark pasti sedang mencari makanan buat anak anjing itu. seketika itu juga aku melihat kedalaman perasaan diantara mereka berdua. hatiku melembut oleh aura hangat yang mereka pancarkan.
terlukalah sekarang, lalu hiduplah dengan kenyataan. suatu hari nanti, kamu akan mendapatkan penguin jantanmu. yang akan membantumu membawa belanjaan dari supermarket dan mengobati luka di kakimu dengan sentuhan tangannya. yang mengajakmu membeli pot kecil berisi tanah, menaburkan benih bunga dan bersamamu menyiraminya setiap hari, meletakkan pot bunga itu di jendela, lalu mengajakmu menyaksikannya tumbuh. sampai saat itu tiba, aku akan selalu bersama hatimu. dimanapun kamu berada.
Tuesday, September 05, 2006
The Office
udah beberapa minggu ini kedamaian mejaku terganggu. kalo biasanya aku menghadapi meja dan Bob-komputer tersayang, dengan pikiran jernih dan perasaan nyaman, akhir-akhir ini kok berasa nggak sreg aja yah... gampang sekali konsentrasi jadi buyar, nggak fokus sama apa yang dilakukan, dan aku terus jadi lambatttt... seperti larinya Six Million Dollar Man yang rasanya nggak akan pernah sampai ke tujuan...ugh!.
kalo dihitung-hitung, kok ya aku ini jadi banyakan ngobrolnya daripada ngeberesin kerjaan. hati dan perasaan jadi berat, kepala rasanya penuh sama suara-suara negatif yang entah bagaimana cara mengeluarkannya.
buat yang nggak mau baca aku berkeluh kesah, mendingan berhenti aja membaca postingan ini. soalnya ceritanya masih panjang dan aku nggak mau menyerap energi positif kalian. kalo lagi pada kerja, mendingan diberesin dulu kerjaannya. halah, ini kok malah jadi sok bijak begini.
aku harus mengakui kalau sebagai pekerja, aku juga seringlah, uring-uringan sendiri sama masalah-masalah dalam kerjaan. ngomyang atau cerita panjang lebar pada siapapun yang mau dengerin (biasanya yang jadi korban tuh Onet, Wine, Siti Aminah teman kosku, WM, Naomi atau Nelly). entah karena lagi sebel sama salah satu teman kerja atau pengen nginjek-injek orang yang ngasih tugas mendadak dan sukanya pake kata urgent. semuanya serba urgent. hari ini ngasih besok harus beres.
tapi biasanya aku mencari penyelesaian. sebisa-bisanya, aku bereskan masalah itu, walopun itu berarti harus menyampaikan protes dan kritik. sesuatu yang nggak semua orang bisa terima dengan lapang dada. tapi baru sekarang ini aku mengalami situasi yang membingungkan; seperti dalam 1984, ketika orang sudah nggak tau mana yang benar, karena kebenaran setiap hari dikoreksi, serta teman dan lawan sudah nggak bisa dikelompokkan dalam himpunannya masing-masing.
aku ketemu dengan complainer, yang selalu berkeluh kesah tentang kebijakan yang digariskan oleh atasan. kalo ngeluhnya sekali-sekali sih, ya nggak papa kali. tapi kalo hampir tiap hari... lalu ditambahin pula dengan segala macam analisa yang semuanya bernada negatif... duh! bener-bener bikin jadi males dan nggak semangat. kenapa ya, nggak berpikir positif aja atas segala perubahan yang terjadi. memang awalnya pasti nggak enak. tapi kalo mau direnungkan dan dipertimbangkan baik-baik, hal-hal yang nggak enak itu justru sebenarnya bisa menunjukkan kualitas kerja kita. kalo memang biji besi yang bagus, ditempa pake palu bentuk apapun, akan tetap bertahan, dan nggak hancur kayak batu pasir.
diantara sekian banyak orang itu, ada juga yang addicted to exaggeration. semua hal dibesar-besarkan. kalo abis mengerjakan suatu hal, semua orang dapat laporannya. kalo menghadapi masalah, semua orang dari segala departemen akan dengar. kalo dia harus menunda libur karena ada janji meeting sama tamu, yang nggak bisa dilakukan di hari yang lain, seolah-olah nggak ada orang lain di seluruh perusahaan yang pernah melakukan itu. dan kalo diberi teguran sama bos besar, yang kalo kata orang Jawa dituturi alias diberi wejangan, disebut sebagai marah-marah... padahal kalo bosmu masih mau menunjukkan mana yang salah dan mana yang harus diperbaiki, lalu bicara langsung menegur kesalahanmu itu, bukan lewat orang lain, atau digosipin di belakang, berarti kamu masih diberi kesempatan memperbaiki diri. harusnya malah diterima dengan baik, dipikir pake akal sehat!
ada satu lagi yang kayak batu. ada apa-apa nggak pernah mau koordinasi. baik itu secara lisan maupun secara tertulis. semuanya disimpen sendiri. apa dikira yang kerja disini semuanya menguasai ilmu kebatinan?
iya deh... dia lebih tinggi jabatannya daripada aku. tapi apa ya nggak bisa kalo perlu apa-apa bicara langsung. ada telepon, ada komputer dengan internet 24 jam. kalau memang mau, kapanpun bisa chatting, bisa kirim email kalo malas denger suaraku yang kata orang empuk... (minimal waktu masih jadi radio DJ). dia nggak tau apa ya, kalo bersikap stone cold kayak gini, yang rugi tetep aja dia sendiri. mendingan kalo enak kayak es krim Cold Stone, seperti pernah dikatakan Pak Hadi Husni, PHD jurusan Tata Boga. apa dikiranya segala-gala bisa dia selesaikan sendiri? coba kalau semua orang disuruh libur dan dia aja yang jagain kantor. apa bener bisa ngrantasi gawean? (translation: accomplish the mission)
yang sempat bikin aku geleng-geleng kepala juga adalah yang kekeuh banget jadi benteng pertahanan di tempat yang nggak seharusnya. kalo di klub olahraga, posisi defender itu sangat penting. tapi kalo dalam teamwork, mana bisa selalu defensif begitu. bikin salah itu udah mengacaukan kerja. makin parah kalau ditambah dengan nggak mau mengakui kesalahan yang diperbuat. berusaha dengan segala macam cara mempertahankan sesuatu yang udah nggak benar. kalau pun dianggap menang dalam perdebatan, pasti menangnya maksa dan babak belur. aku kasih tau yaa... kalo orang mengakui kesalahannya, ngeberesin masalah akan lebih gampang. lagipula, bikin salah itu kodratnya manusia. kalo kamu nggak pernah salah, bener terus... sempurna terus... jangan-jangan kamu siluman...
tapi sampai hari ini, belum ada yang bisa mengalahkan manipulator. ditangannya, yang buruk jadi baik, yang kemilau jadi berkarat, yang fakta diputar balikkan... orang-orang kayak gini memang mestinya jadi penulis skenario sinetron atau film ajah. biar tokoh antagonisnya nggak membosankan. khayalannya tentang kebenaran dalam ukuran miliknya sendiri benar-benar mengagumkan. beda orang ngomongnya bisa lain, dan dampak yang ditimbulkan bisa bikin takjub. kalo dia kasih aporan, yang denger paling belakangan bisa menerima informasi yang 180° letaknya dari posisi awal.
sekarang ini yang bikin aku paling nggak suka adalah karena kepalaku jadi berisi hal-hal negatif juga. tolong berhenti... jangan bicara apa-apa lagi padaku tentang urusan-urusan kalian yang nggak penting banget itu! aku mau pikiranku jernih dan kepalaku bersih! biar otakku bisa dipakai buat mikirin hal-hal lain. Hayden Christensen, misalnya.
sayang, aku nggak sekantor sama FHM. aku bayangkan dia akan masuk ke ruangan membawa karton putih besar dengan gaya seperti gadis pembawa papan ronde di pertandingan tinju. di kartonnya tertulis; BUBAR! BUBAR! ADA KAMTIB!!
kalo dihitung-hitung, kok ya aku ini jadi banyakan ngobrolnya daripada ngeberesin kerjaan. hati dan perasaan jadi berat, kepala rasanya penuh sama suara-suara negatif yang entah bagaimana cara mengeluarkannya.
buat yang nggak mau baca aku berkeluh kesah, mendingan berhenti aja membaca postingan ini. soalnya ceritanya masih panjang dan aku nggak mau menyerap energi positif kalian. kalo lagi pada kerja, mendingan diberesin dulu kerjaannya. halah, ini kok malah jadi sok bijak begini.
aku harus mengakui kalau sebagai pekerja, aku juga seringlah, uring-uringan sendiri sama masalah-masalah dalam kerjaan. ngomyang atau cerita panjang lebar pada siapapun yang mau dengerin (biasanya yang jadi korban tuh Onet, Wine, Siti Aminah teman kosku, WM, Naomi atau Nelly). entah karena lagi sebel sama salah satu teman kerja atau pengen nginjek-injek orang yang ngasih tugas mendadak dan sukanya pake kata urgent. semuanya serba urgent. hari ini ngasih besok harus beres.
tapi biasanya aku mencari penyelesaian. sebisa-bisanya, aku bereskan masalah itu, walopun itu berarti harus menyampaikan protes dan kritik. sesuatu yang nggak semua orang bisa terima dengan lapang dada. tapi baru sekarang ini aku mengalami situasi yang membingungkan; seperti dalam 1984, ketika orang sudah nggak tau mana yang benar, karena kebenaran setiap hari dikoreksi, serta teman dan lawan sudah nggak bisa dikelompokkan dalam himpunannya masing-masing.
aku ketemu dengan complainer, yang selalu berkeluh kesah tentang kebijakan yang digariskan oleh atasan. kalo ngeluhnya sekali-sekali sih, ya nggak papa kali. tapi kalo hampir tiap hari... lalu ditambahin pula dengan segala macam analisa yang semuanya bernada negatif... duh! bener-bener bikin jadi males dan nggak semangat. kenapa ya, nggak berpikir positif aja atas segala perubahan yang terjadi. memang awalnya pasti nggak enak. tapi kalo mau direnungkan dan dipertimbangkan baik-baik, hal-hal yang nggak enak itu justru sebenarnya bisa menunjukkan kualitas kerja kita. kalo memang biji besi yang bagus, ditempa pake palu bentuk apapun, akan tetap bertahan, dan nggak hancur kayak batu pasir.
diantara sekian banyak orang itu, ada juga yang addicted to exaggeration. semua hal dibesar-besarkan. kalo abis mengerjakan suatu hal, semua orang dapat laporannya. kalo menghadapi masalah, semua orang dari segala departemen akan dengar. kalo dia harus menunda libur karena ada janji meeting sama tamu, yang nggak bisa dilakukan di hari yang lain, seolah-olah nggak ada orang lain di seluruh perusahaan yang pernah melakukan itu. dan kalo diberi teguran sama bos besar, yang kalo kata orang Jawa dituturi alias diberi wejangan, disebut sebagai marah-marah... padahal kalo bosmu masih mau menunjukkan mana yang salah dan mana yang harus diperbaiki, lalu bicara langsung menegur kesalahanmu itu, bukan lewat orang lain, atau digosipin di belakang, berarti kamu masih diberi kesempatan memperbaiki diri. harusnya malah diterima dengan baik, dipikir pake akal sehat!
ada satu lagi yang kayak batu. ada apa-apa nggak pernah mau koordinasi. baik itu secara lisan maupun secara tertulis. semuanya disimpen sendiri. apa dikira yang kerja disini semuanya menguasai ilmu kebatinan?
iya deh... dia lebih tinggi jabatannya daripada aku. tapi apa ya nggak bisa kalo perlu apa-apa bicara langsung. ada telepon, ada komputer dengan internet 24 jam. kalau memang mau, kapanpun bisa chatting, bisa kirim email kalo malas denger suaraku yang kata orang empuk... (minimal waktu masih jadi radio DJ). dia nggak tau apa ya, kalo bersikap stone cold kayak gini, yang rugi tetep aja dia sendiri. mendingan kalo enak kayak es krim Cold Stone, seperti pernah dikatakan Pak Hadi Husni, PHD jurusan Tata Boga. apa dikiranya segala-gala bisa dia selesaikan sendiri? coba kalau semua orang disuruh libur dan dia aja yang jagain kantor. apa bener bisa ngrantasi gawean? (translation: accomplish the mission)
yang sempat bikin aku geleng-geleng kepala juga adalah yang kekeuh banget jadi benteng pertahanan di tempat yang nggak seharusnya. kalo di klub olahraga, posisi defender itu sangat penting. tapi kalo dalam teamwork, mana bisa selalu defensif begitu. bikin salah itu udah mengacaukan kerja. makin parah kalau ditambah dengan nggak mau mengakui kesalahan yang diperbuat. berusaha dengan segala macam cara mempertahankan sesuatu yang udah nggak benar. kalau pun dianggap menang dalam perdebatan, pasti menangnya maksa dan babak belur. aku kasih tau yaa... kalo orang mengakui kesalahannya, ngeberesin masalah akan lebih gampang. lagipula, bikin salah itu kodratnya manusia. kalo kamu nggak pernah salah, bener terus... sempurna terus... jangan-jangan kamu siluman...
tapi sampai hari ini, belum ada yang bisa mengalahkan manipulator. ditangannya, yang buruk jadi baik, yang kemilau jadi berkarat, yang fakta diputar balikkan... orang-orang kayak gini memang mestinya jadi penulis skenario sinetron atau film ajah. biar tokoh antagonisnya nggak membosankan. khayalannya tentang kebenaran dalam ukuran miliknya sendiri benar-benar mengagumkan. beda orang ngomongnya bisa lain, dan dampak yang ditimbulkan bisa bikin takjub. kalo dia kasih aporan, yang denger paling belakangan bisa menerima informasi yang 180° letaknya dari posisi awal.
sekarang ini yang bikin aku paling nggak suka adalah karena kepalaku jadi berisi hal-hal negatif juga. tolong berhenti... jangan bicara apa-apa lagi padaku tentang urusan-urusan kalian yang nggak penting banget itu! aku mau pikiranku jernih dan kepalaku bersih! biar otakku bisa dipakai buat mikirin hal-hal lain. Hayden Christensen, misalnya.
sayang, aku nggak sekantor sama FHM. aku bayangkan dia akan masuk ke ruangan membawa karton putih besar dengan gaya seperti gadis pembawa papan ronde di pertandingan tinju. di kartonnya tertulis; BUBAR! BUBAR! ADA KAMTIB!!
Monday, September 04, 2006
{proof}
Thursday, August 24, 2006
yet another coincidence
"are you superstitious?"
of all questions, that's what he asked me once he got on my bike. I take some moment weighed the question before decided to answer "I never think about that".
I met Nick Hogan, twenty-something-year-old-man with sharp eyes and curly hair from Singapore, at the book launching two weeks ago. he and his dad stopped by to my office when I went to Bandung, and I thought that we won't meet again. but he popped in to the gallery when I was there to send a fax and answering two urgent emails on my day off. he said that he wanted to say goodbye before leaving tomorrow. and I said that he was lucky, because I'm about to leave when he walked in.
after we settled ourselves in a warung for lunch, he told me about a numerologist he went to before he came to Bali. he said that this numerologist asked him not to wear certain colors, to write his name 77 times every morning and other things. believe it or not, after he did that, more and more positive things happen. meeting me is one of it, he said. I smiled. he didn't add the fact that I make him losing his hat.
*feel guilty*
Nick plays guitar and plan to pursue a career as musician, after dropping off computer game somewhere. I found talking to him is so easy and fun. I'm sure it's because he come to the Ministry of Sound frequently. his family been traveling to Bali for long time and I think they always stay in the same place. a small guest house in Nyuh Kuning where I took him after lunch. his room in the second floor is overlooking the field. from the facade, I saw a man picking Bunga Pacah with a basket in his hands. birds chirping in a nearby tree, the wind blowing softly. such a calming scene.
he played a sweet song for me the that noon. sweet enough to make me smile while seeing his fingers dancing on the finger board and strings. whether that song bring me a good luck or not, I don't know. all I know is the coincidence unexpectedly continued. soon after the song finished, Ivo called me to say that he's in Ubud! yay! and I can meet him at Monkey Forest. yay again! I'm so happy because earlier that day, I thought that I won't be able to meet him until the day after. and that I will have to go down all the way to Kuta. but now he's here. he's here!
and when I talked to Ivo under a Banyan Tree, it was Anand, one of my friend in Jakarta, walking toward my directions. turned out that Ivo and Anand working in the same place, and they're in the same group that visiting Ubud after shopping in Sukawati. aha!
oooh, so many surprises packed in one day! more than enough to make me smile for the rest of the week. this is my independence day gift!
*dancing*
--I made this post in English so that Nick will understand
of all questions, that's what he asked me once he got on my bike. I take some moment weighed the question before decided to answer "I never think about that".
I met Nick Hogan, twenty-something-year-old-man with sharp eyes and curly hair from Singapore, at the book launching two weeks ago. he and his dad stopped by to my office when I went to Bandung, and I thought that we won't meet again. but he popped in to the gallery when I was there to send a fax and answering two urgent emails on my day off. he said that he wanted to say goodbye before leaving tomorrow. and I said that he was lucky, because I'm about to leave when he walked in.
after we settled ourselves in a warung for lunch, he told me about a numerologist he went to before he came to Bali. he said that this numerologist asked him not to wear certain colors, to write his name 77 times every morning and other things. believe it or not, after he did that, more and more positive things happen. meeting me is one of it, he said. I smiled. he didn't add the fact that I make him losing his hat.
*feel guilty*
Nick plays guitar and plan to pursue a career as musician, after dropping off computer game somewhere. I found talking to him is so easy and fun. I'm sure it's because he come to the Ministry of Sound frequently. his family been traveling to Bali for long time and I think they always stay in the same place. a small guest house in Nyuh Kuning where I took him after lunch. his room in the second floor is overlooking the field. from the facade, I saw a man picking Bunga Pacah with a basket in his hands. birds chirping in a nearby tree, the wind blowing softly. such a calming scene.
he played a sweet song for me the that noon. sweet enough to make me smile while seeing his fingers dancing on the finger board and strings. whether that song bring me a good luck or not, I don't know. all I know is the coincidence unexpectedly continued. soon after the song finished, Ivo called me to say that he's in Ubud! yay! and I can meet him at Monkey Forest. yay again! I'm so happy because earlier that day, I thought that I won't be able to meet him until the day after. and that I will have to go down all the way to Kuta. but now he's here. he's here!
and when I talked to Ivo under a Banyan Tree, it was Anand, one of my friend in Jakarta, walking toward my directions. turned out that Ivo and Anand working in the same place, and they're in the same group that visiting Ubud after shopping in Sukawati. aha!
oooh, so many surprises packed in one day! more than enough to make me smile for the rest of the week. this is my independence day gift!
*dancing*
--I made this post in English so that Nick will understand
Wednesday, August 23, 2006
intergalactic conversation
I listen to this song on the way to the Airport with Ido and Oscar. it was 5 am and I'm sooo... sleeepy I couldn't lift my eyelids. but then the song is started and I got sober immediately after the intro.
"Good evening. This is the intergalactic operator. Can I help you?"
"Yes. I'm trying to reach flight commander P.R. Johnson, on Mars, flight 2-4-7"
"Very well, hold on please [beeping] you're through!"
"Thank you operator!"
Hi darlin' ! How are you doing ?
Hey baby, where're your sleeping ?
Oh I'm sorry, but I've been really missing you !
Hi darlin' ! How's the weather?
Say baby, is that cold better now ?
Oh I'm sorry, is there someone there with you??
Ooooh...since you went away, there's nothing goin' right !
I just can't sleep alone at night... I'm not ashamed to say
I badly need a friend...or it's the end.
Now, when I look at the cloud's across the moon.
Here in the night I just hope and pray that soon.
Oh baby, you'll hurry home to me.
Hi darlin', the kids say they love you.
Hey baby, is everything fine with you?
Please forgive me, but I'm trying not to cry...
Ooooh...I've had a million different lovers on the phone.
But I just stayed right here at home.
I don't think that I can take it anymore this crazy war.
"I'm sorry to interrupt your conversation, but we are
experiencing violent storm conditions in the asteriod belt at this
time. We may lose this valuable deep space communication link.
Please, be as brief as possible.
Thank you."
or it's...or it's..."Hello?" "Hello operator?"
" Yes, we've lost the connection! Could you try again please?"
-"I'm sorry, but I'm afraid we've lost contact with Mars 2-4-7
at this time."
"Ok. Thank you very much...
I'll...I'll try again next year...next year...next year...next year..."
Yes, it's RAH Band, Clouds Across the Moon. The lyric is so fun, I didn't recognize that it was made in 1985, despite the old sound effect they use. I posted it on my beloved Kampung Gajah, hoping that one of the member have the song and willing to give it to me. and I got it!!!
thanks banget yah, Tukang Kiridit!
"Good evening. This is the intergalactic operator. Can I help you?"
"Yes. I'm trying to reach flight commander P.R. Johnson, on Mars, flight 2-4-7"
"Very well, hold on please [beeping] you're through!"
"Thank you operator!"
Hi darlin' ! How are you doing ?
Hey baby, where're your sleeping ?
Oh I'm sorry, but I've been really missing you !
Hi darlin' ! How's the weather?
Say baby, is that cold better now ?
Oh I'm sorry, is there someone there with you??
Ooooh...since you went away, there's nothing goin' right !
I just can't sleep alone at night... I'm not ashamed to say
I badly need a friend...or it's the end.
Now, when I look at the cloud's across the moon.
Here in the night I just hope and pray that soon.
Oh baby, you'll hurry home to me.
Hi darlin', the kids say they love you.
Hey baby, is everything fine with you?
Please forgive me, but I'm trying not to cry...
Ooooh...I've had a million different lovers on the phone.
But I just stayed right here at home.
I don't think that I can take it anymore this crazy war.
"I'm sorry to interrupt your conversation, but we are
experiencing violent storm conditions in the asteriod belt at this
time. We may lose this valuable deep space communication link.
Please, be as brief as possible.
Thank you."
or it's...or it's..."Hello?" "Hello operator?"
" Yes, we've lost the connection! Could you try again please?"
-"I'm sorry, but I'm afraid we've lost contact with Mars 2-4-7
at this time."
"Ok. Thank you very much...
I'll...I'll try again next year...next year...next year...next year..."
Yes, it's RAH Band, Clouds Across the Moon. The lyric is so fun, I didn't recognize that it was made in 1985, despite the old sound effect they use. I posted it on my beloved Kampung Gajah, hoping that one of the member have the song and willing to give it to me. and I got it!!!
thanks banget yah, Tukang Kiridit!
Sunday, August 13, 2006
foto, buku dan maskara
usia adalah salah satu hal yang tidak pantas ditanyakan pada seorang wanita, oleh karena itulah, sampai saat ini aku tetap tidak tahu berapa sebenarnya usia Gill Marais. yang aku tahu, dia menghabiskan tujuhbelas tahun dari usianya itu untuk memotret berbagai upacara di seluruh pelosok Bali. karya-karyanya mewakili ketekunan, persahabatan dan keberuntungan. tekun karena ada seri foto upacara yang memerlukan sedikitnya lima tahun untuk melengkapinya. Gill akan datang ke upacara yang sama setiap tahun, berusaha memotret ulang momen-momen yang ia lewatkan, sampai semuanya menjadi komplet. untuk memotret karya-karya itu, dia perlu bersahabat dengan orang Bali, dengan para pemangku, pedanda dan pendeta, karena sangat tidak mungkin seorang turis tanpa permisi datang membawa kamera canggih dengan berbagai lensa, tripod, dan flash seperti senter lalu mengambil foto sebanyak-banyaknya. dari persahabatan itu, Gill beruntung bisa mendapatkan akses khusus untuk masuk ke daerah yang suci, misalnya Jeroan pura, agar bisa memotret saat-saat para pendeta menyadarkan orang setelah trance, misalnya.
foto-foto karya Gill mempertemukanku dengannya. bersama dengan pertemuan itu, aku juga berjumpa dengan sepasang ibu-anak yang mengumpulkan karya-karya Gill dan mencetaknya menjadi buku. Sarita Newson adalah wanita yang terlihat lembut hati dan sabar. jenis orang yang bisa meluluhkan kekerasan hati dengan senyum dan kata-kata lembut, tanpa mengurangi ketegasannya. hal-hal inilah yang dia wariskan juga pada anaknya, Kadek Krishna Adidharma, lulusan teknik lingkungan yang dengan rendah hati akan bilang "cuma bantu-bantu ibu saja" setiap kali ditanya apa kesibukannya. jawaban yang memberi kesan seolah yang dilakukannya adalah beli minyak tanah ke warung, atau cuci piring setelah makan malam, dan bukannya mengelola sebuah kantor yang menerbitkan buku untuk diedarkan secara internasional.
sekali lagi, aku harus merasa beruntung karena punya kesempatan untuk mengerjakan suatu hal yang melibatkan keindahan, dan bisa menyentuh hati orang banyak pada saat yang sama. foto-foto yang dimasukkan dalam buku berjudul Sacred and Secret itu, merekam banyak hal yang sarat makna. ritual berusia ratusan tahun, yang lebih banyak dilakukan daripada dipahami. upacara-upacara yang dilakukan dengan standar yang diiturunkan secara lisan dari generasi ke generasi. dengan detil dan kerja keras yang mengagumkan.
jadi! buat yang mau lihat pamerannya, harus buru-buru ke Komaneka, karena semua karya diturunkan dari dinding pada tanggal 22 Agustus. dan kalo mau beli bukunya, yang di indonesia untuk sementara cuma ada 300 buah saja (dan terus berkurang setiap hari), bisa japri aku juga.
OK!... yang barusan itu tadi spam. tapi kan ini blogku, jadi boleh dong... promosi sedikit. lagipula, aku pikir aku perlu melakukannya untuk Gill yang gigih dalam perburuan fotonya, dan untuk Sarita yang sangat menghargai kerja kecil yang aku lakukan untuk mereka, serta untuk Krishna, orang pertama yang mengerti dan bersedia menyetir dengan hati-hati ditengah arus lalu lintas Ubud-Denpasar yang padat, sehingga aku berhasil memakai maskara tanpa belepotan waktu menumpang mobilnya.
foto-foto karya Gill mempertemukanku dengannya. bersama dengan pertemuan itu, aku juga berjumpa dengan sepasang ibu-anak yang mengumpulkan karya-karya Gill dan mencetaknya menjadi buku. Sarita Newson adalah wanita yang terlihat lembut hati dan sabar. jenis orang yang bisa meluluhkan kekerasan hati dengan senyum dan kata-kata lembut, tanpa mengurangi ketegasannya. hal-hal inilah yang dia wariskan juga pada anaknya, Kadek Krishna Adidharma, lulusan teknik lingkungan yang dengan rendah hati akan bilang "cuma bantu-bantu ibu saja" setiap kali ditanya apa kesibukannya. jawaban yang memberi kesan seolah yang dilakukannya adalah beli minyak tanah ke warung, atau cuci piring setelah makan malam, dan bukannya mengelola sebuah kantor yang menerbitkan buku untuk diedarkan secara internasional.
sekali lagi, aku harus merasa beruntung karena punya kesempatan untuk mengerjakan suatu hal yang melibatkan keindahan, dan bisa menyentuh hati orang banyak pada saat yang sama. foto-foto yang dimasukkan dalam buku berjudul Sacred and Secret itu, merekam banyak hal yang sarat makna. ritual berusia ratusan tahun, yang lebih banyak dilakukan daripada dipahami. upacara-upacara yang dilakukan dengan standar yang diiturunkan secara lisan dari generasi ke generasi. dengan detil dan kerja keras yang mengagumkan.
jadi! buat yang mau lihat pamerannya, harus buru-buru ke Komaneka, karena semua karya diturunkan dari dinding pada tanggal 22 Agustus. dan kalo mau beli bukunya, yang di indonesia untuk sementara cuma ada 300 buah saja (dan terus berkurang setiap hari), bisa japri aku juga.
OK!... yang barusan itu tadi spam. tapi kan ini blogku, jadi boleh dong... promosi sedikit. lagipula, aku pikir aku perlu melakukannya untuk Gill yang gigih dalam perburuan fotonya, dan untuk Sarita yang sangat menghargai kerja kecil yang aku lakukan untuk mereka, serta untuk Krishna, orang pertama yang mengerti dan bersedia menyetir dengan hati-hati ditengah arus lalu lintas Ubud-Denpasar yang padat, sehingga aku berhasil memakai maskara tanpa belepotan waktu menumpang mobilnya.
Wednesday, July 26, 2006
a force more powerful
Even so tyrants... the more is given them, the more they are obeyed, so much the more do they fortify themselves, become stronger and more able to annihilate and destroy. If nothing be given them, if they be not obeyed, without fighting, without striking a blow, they remain naked, disarmed and are nothing--like as the root of a tree, receiving no moisture or nourishment, becomes dry and dead.
--Etienne de la Boetie, 1577
sekumpulan ibu-ibu di Swedia memutuskan untuk mengambil tindakan pada sebuah perusahaan besar, yang memproduksi mainan-mainan yang berbau kekerasan untuk anak-anak berusia 3-12 tahun. instead of making something for children education, mainan yang diproduksi perusahaan itu mengajarkan pada anak-anak untuk saling memukul, berkelahi dan menghancurkan. demonstrasi, surat pembaca, artikel di media... semua jalan menyuarakan pendapat mereka sudah dilakukan, tapi perusahaan itu bergeming. satu-satunya jalan adalah memberi perusahaan ini sebuah pelajaran.
tanpa banyak penjelasan, mereka berhasil memasuki kantor perusahaan itu di malam hari dan menuangkan beberapa ember air berisi kepala ikan busuk dan isi perut ikan di lantai kantor.
tak lupa mereka tinggalkan tulisan berisi tuntutan untuk menghentikan produksi mainan berbau kekerasan tersebut. mereka berhasil.
ilustrasi semacam ini diceritakan Pak Rizal di salah satu kelasnya untuk mengawali pokok bahasan tentang aksi nirkekerasan. tanpa darah, tanpa korban jiwa, kelompok ibu-ibu dalam cerita diatas bisa mengalahkan arogansi perusahaan besar yang tidak mau mendengarkan suara mereka. cerita yang menggugah dan mempengaruhiku, sampai sekarang.
sejak saat itu, aku selalu percaya bahwa aksi di tingkatan akar rumput, yang dilakukan orang biasa, yang (meskipun) tidak dikenal dan tidak berpengaruh, asal dilakukan secara solid dan sporadis, dengan kesabaran terus menerus dan cara-cara yang kreatif, bisa membuat perubahan. kekuatan rakyat yang menumbangkan rejim Marcos, solidaritas di Polandia yang menumbangkan komunisme dan aksi damai untuk menurunkan Milosevic dari kekuasaan sekaligus mengirimnya ke pengadilan sebagai penjahat perang adalah contoh dari keberhasilan aksi nirkekerasan.
aku sendiri percaya bahwa kesenian dan kebudayaan bisa dijadikan alat yang ampuh untuk menegakkan keberaran dan menciptakan perdamaian. seni dan budaya, dalam bentuk apapun adalah dua hal yang bisa menyentuh hati banyak orang. dan pengaruhnya bisa menimbulkan perubahan yang besarnya bahkan mungkin tidak bisa dibayangkan oleh para seniman.
aku menonton film itu; A Force More Powerful; A Century of Nonviolent Conflict, yang salah satu ceritanya adalah tentang kampanye untuk menumbangkan diktator Chile, Augusto Pinochet. sebelum Pinochet jadi presiden (lagi) untuk kesekian kalinya, ada waktu untuk berkampanye SI (Iya) dan NO (Tidak) di masa 'Electoral Space'. waktu itu di Chile berlaku undang-undang aneh yang memungkinkan pemilihan presiden dengan calon tunggal. hmmm... I think this part reminds me of someone.
nah, kampanye ini ditayangkan di seluruh televisi nasional, saat prime time, dengan durasi yang sama. buat rakyat biasa, yang kesadaran politiknya rendah dan otaknya udah terisi propaganda dan intimidasi bertahun-tahun, sangat sulit untuk mengatakan tidak. entah karena takut, atau karena merasa tidak ada pilihan selain pasrah, nrimo dan sumarah.
Ricardo Lagos, penanggung jawab kampanye NO, membuat video kampanye yang sangat kreatif dan sarat humor. video ini menampilkan banyak orang dari berbagai usia, menyatakan NO! dengan berbagai cara. mulai dari anak-anak kecil yang bermain di air mancur taman kota (walopun anak-anak jelas belum punya hak pilih), abegeh yang lagi pacaran, ibu-ibu yang doyan gosip, sampai seorang nenek tua dengan tangan gemetar yang membuka dompet kecilnya (kalo liat dompetnya pasti kuatir dia gak punya duit) untuk membayar baguette yang dia beli. zoom in ke tangan gemetar... dan terlihat tangan itu memegang koin bertuliskan NO!
hihihihihihi....mereka yang memilih NO menang! oleh karena itu Pinochet nggak bisa terus bekerja jadi diktator di Chile.
sooooooo... Bli Ebo, Bli Balawan dan Bli Budjana (yayaya, saya sok kenal sama gitarisnya Gigi -Dewa Budjana)... jangan diem aja. lakukan sesuatu. sebelum lebih banyak yang jadi korban pemerasan. aku mendukung!
--Etienne de la Boetie, 1577
sekumpulan ibu-ibu di Swedia memutuskan untuk mengambil tindakan pada sebuah perusahaan besar, yang memproduksi mainan-mainan yang berbau kekerasan untuk anak-anak berusia 3-12 tahun. instead of making something for children education, mainan yang diproduksi perusahaan itu mengajarkan pada anak-anak untuk saling memukul, berkelahi dan menghancurkan. demonstrasi, surat pembaca, artikel di media... semua jalan menyuarakan pendapat mereka sudah dilakukan, tapi perusahaan itu bergeming. satu-satunya jalan adalah memberi perusahaan ini sebuah pelajaran.
tanpa banyak penjelasan, mereka berhasil memasuki kantor perusahaan itu di malam hari dan menuangkan beberapa ember air berisi kepala ikan busuk dan isi perut ikan di lantai kantor.
tak lupa mereka tinggalkan tulisan berisi tuntutan untuk menghentikan produksi mainan berbau kekerasan tersebut. mereka berhasil.
ilustrasi semacam ini diceritakan Pak Rizal di salah satu kelasnya untuk mengawali pokok bahasan tentang aksi nirkekerasan. tanpa darah, tanpa korban jiwa, kelompok ibu-ibu dalam cerita diatas bisa mengalahkan arogansi perusahaan besar yang tidak mau mendengarkan suara mereka. cerita yang menggugah dan mempengaruhiku, sampai sekarang.
sejak saat itu, aku selalu percaya bahwa aksi di tingkatan akar rumput, yang dilakukan orang biasa, yang (meskipun) tidak dikenal dan tidak berpengaruh, asal dilakukan secara solid dan sporadis, dengan kesabaran terus menerus dan cara-cara yang kreatif, bisa membuat perubahan. kekuatan rakyat yang menumbangkan rejim Marcos, solidaritas di Polandia yang menumbangkan komunisme dan aksi damai untuk menurunkan Milosevic dari kekuasaan sekaligus mengirimnya ke pengadilan sebagai penjahat perang adalah contoh dari keberhasilan aksi nirkekerasan.
aku sendiri percaya bahwa kesenian dan kebudayaan bisa dijadikan alat yang ampuh untuk menegakkan keberaran dan menciptakan perdamaian. seni dan budaya, dalam bentuk apapun adalah dua hal yang bisa menyentuh hati banyak orang. dan pengaruhnya bisa menimbulkan perubahan yang besarnya bahkan mungkin tidak bisa dibayangkan oleh para seniman.
aku menonton film itu; A Force More Powerful; A Century of Nonviolent Conflict, yang salah satu ceritanya adalah tentang kampanye untuk menumbangkan diktator Chile, Augusto Pinochet. sebelum Pinochet jadi presiden (lagi) untuk kesekian kalinya, ada waktu untuk berkampanye SI (Iya) dan NO (Tidak) di masa 'Electoral Space'. waktu itu di Chile berlaku undang-undang aneh yang memungkinkan pemilihan presiden dengan calon tunggal. hmmm... I think this part reminds me of someone.
nah, kampanye ini ditayangkan di seluruh televisi nasional, saat prime time, dengan durasi yang sama. buat rakyat biasa, yang kesadaran politiknya rendah dan otaknya udah terisi propaganda dan intimidasi bertahun-tahun, sangat sulit untuk mengatakan tidak. entah karena takut, atau karena merasa tidak ada pilihan selain pasrah, nrimo dan sumarah.
Ricardo Lagos, penanggung jawab kampanye NO, membuat video kampanye yang sangat kreatif dan sarat humor. video ini menampilkan banyak orang dari berbagai usia, menyatakan NO! dengan berbagai cara. mulai dari anak-anak kecil yang bermain di air mancur taman kota (walopun anak-anak jelas belum punya hak pilih), abegeh yang lagi pacaran, ibu-ibu yang doyan gosip, sampai seorang nenek tua dengan tangan gemetar yang membuka dompet kecilnya (kalo liat dompetnya pasti kuatir dia gak punya duit) untuk membayar baguette yang dia beli. zoom in ke tangan gemetar... dan terlihat tangan itu memegang koin bertuliskan NO!
hihihihihihi....mereka yang memilih NO menang! oleh karena itu Pinochet nggak bisa terus bekerja jadi diktator di Chile.
sooooooo... Bli Ebo, Bli Balawan dan Bli Budjana (yayaya, saya sok kenal sama gitarisnya Gigi -Dewa Budjana)... jangan diem aja. lakukan sesuatu. sebelum lebih banyak yang jadi korban pemerasan. aku mendukung!
Sunday, July 16, 2006
Being Jane
awalnya tentu saja terlihat mudah. apalagi waktu pertama kali mencoba di jalur pelatihan, setelah mendapat bimbingan dari mas-mas yang rambutnya dicat pirang sebagian, yang bekerja di tempat itu. pada dasarnya ada 5 hal yang dilakukan. memanjat (baik memanjat dinding, tangga maupun jaring), berjalan diatas kawat ala pemain trapeze, berjalan lewat jembatan gantung, bergelantungan pada seutas kawat seperti meluncur dan berayun dengan tali seperti Tarzan, dari pohon ke pohon.
tapi melihat dan mencoba memang sama sekali berbeda.
lepas dari jalur pelatihan, kami berpencar memilih sendiri jenis-jenis tantangan yang akan dilalui. mulai dari hijau yang mudah, biru yang lumayan, merah yang mendebarkan, sampai jalur hitam yang kelihatannya pendek tapi paling tinggi dari permukaan tanah. di Bedugul, tempat dimana aku berperan jadi Jane selama hampir 2,5 jam, mencoba menyelami kehidupan Tarzan, pohon-pohon tinggi membentuk kanopi, hamparan rumput hijau lembut sejauh mata memandang dan kabut turun pada jam 4 sore, serupa lapisan kapas yang menghalangi pandangan. matahari jarang menyusup celah langit daun yang tebal ini. hutan yang cantik di pinggir danau. orang menyebutnya Bali Botanical Garden. dan tempatku bergelantungan ini disebut Bali Tree-top Adventure Park
aku suka sekali berada jauh diatas tanah diantara pohon-pohon itu, memandang mereka yang mengecil di bawah sana. menyenangkan juga berjalan-jalan diatas kawat, berpegangan pada pulley yang diapit dua karabiner...lalu mengayunkan tubuh dan meluncur jauh... berteriak bebas, dihembus angin semilir. mungkin ini rasanya terbang dan jadi burung.
yang paling menegangkan adalah waktu harus melintasi dua pohon yang dihubungkan oleh tali-tali berujung logam seperti ladam. aku harus berakrobat... berusaha memahami apa yang diteriakkan oleh pemandu dari bawah. pegang tali berikutnya dengan tangan kiri! langkahkan kaki kanan ke belakang, ke arah tali berikutnya! satukan tangan di dua tali!... beringsut-ingsut aku bisa melewatinya, lalu terasa legaaaa... waktu bisa memeluk pohon lagi.
setiap kali harus meluncur dengan pulley pada kawat, aku selalu teringat potongan adegan pembuka George of the Jungle. aku nggak mau nabrak pohon kayak Brendan Fraser!
syukurlah, pengelola tempat itu juga tidak menginginkannya. somehow, kalo udah deket batang pohon yang lain, ada penghambat yang menahan. all I have to do is grab the cable, or the net, lalu memanjat.
yang paling seru tentu saja bergelantungan pada seutas tali dari satu pohon ke pohon yang lain. memang bukan menangkap seutas tali setelah lolos dari satu pohon, tapi cukuplah untuk merasakan berayun... dan menjadi apprentice di hutannya Tarzan. me, Jane. learning how to swing.
now I understand why Tarzan lives in the jungle. swinging is fun!
tapi melihat dan mencoba memang sama sekali berbeda.
lepas dari jalur pelatihan, kami berpencar memilih sendiri jenis-jenis tantangan yang akan dilalui. mulai dari hijau yang mudah, biru yang lumayan, merah yang mendebarkan, sampai jalur hitam yang kelihatannya pendek tapi paling tinggi dari permukaan tanah. di Bedugul, tempat dimana aku berperan jadi Jane selama hampir 2,5 jam, mencoba menyelami kehidupan Tarzan, pohon-pohon tinggi membentuk kanopi, hamparan rumput hijau lembut sejauh mata memandang dan kabut turun pada jam 4 sore, serupa lapisan kapas yang menghalangi pandangan. matahari jarang menyusup celah langit daun yang tebal ini. hutan yang cantik di pinggir danau. orang menyebutnya Bali Botanical Garden. dan tempatku bergelantungan ini disebut Bali Tree-top Adventure Park
aku suka sekali berada jauh diatas tanah diantara pohon-pohon itu, memandang mereka yang mengecil di bawah sana. menyenangkan juga berjalan-jalan diatas kawat, berpegangan pada pulley yang diapit dua karabiner...lalu mengayunkan tubuh dan meluncur jauh... berteriak bebas, dihembus angin semilir. mungkin ini rasanya terbang dan jadi burung.
yang paling menegangkan adalah waktu harus melintasi dua pohon yang dihubungkan oleh tali-tali berujung logam seperti ladam. aku harus berakrobat... berusaha memahami apa yang diteriakkan oleh pemandu dari bawah. pegang tali berikutnya dengan tangan kiri! langkahkan kaki kanan ke belakang, ke arah tali berikutnya! satukan tangan di dua tali!... beringsut-ingsut aku bisa melewatinya, lalu terasa legaaaa... waktu bisa memeluk pohon lagi.
setiap kali harus meluncur dengan pulley pada kawat, aku selalu teringat potongan adegan pembuka George of the Jungle. aku nggak mau nabrak pohon kayak Brendan Fraser!
syukurlah, pengelola tempat itu juga tidak menginginkannya. somehow, kalo udah deket batang pohon yang lain, ada penghambat yang menahan. all I have to do is grab the cable, or the net, lalu memanjat.
yang paling seru tentu saja bergelantungan pada seutas tali dari satu pohon ke pohon yang lain. memang bukan menangkap seutas tali setelah lolos dari satu pohon, tapi cukuplah untuk merasakan berayun... dan menjadi apprentice di hutannya Tarzan. me, Jane. learning how to swing.
now I understand why Tarzan lives in the jungle. swinging is fun!
Subscribe to:
Posts (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...