"what do you see in paintings? how do you choose them" tanyaku padanya.
"I just love seeing them" dia terdiam sesaat, menarik napas, lalu meneruskan. "this is something that my wife and I can do together. I always working long hours, everyday. and she's at home. we often couldn't find a place to go for holiday because I don't like sitting around in the hotel room, doing nothing. but now, with paintings, we have a joined hobby. we could come here together, to see the paintings we like and build our collection " aku tersenyum padanya.
"thanks for giving us a reason to come, and doing something together" katanya lagi.
"you're most welcome. it's a pleasure" hanya itu yang bisa kukatakan untuk menjawab pengakuan Mr. Cheung yang apa adanya.
mereka sudah menikah selama lebih kurang dua puluh tahun, dengan tiga anak yang berusia remaja. dua putri kembar berumur 17 tahun, dan anak laki-laki berusia 15 tahun. Mr. Cheung berpembawaan serius, dan selalu fokus pada apapun yang dia inginkan. persistent juga, mengingat dia begitu rajin mengingatkan aku lewat telepon dan email bahwa dia sedang ingin mengoleksi karya salah satu seniman Indonesia yang aku kenal baik. Mrs. Cheung, dilain pihak, adalah a giggler. gampang tertawa dan lebih santai. tapi disisi lain, sangat keibuan dan penuh perhatian.
terlepas dari antusiasme mereka terhadap lukisan, atau jumlah uang yang mereka keluarkan untuk hobi ini, hal yang paling menyentuh buatku adalah waktu dan energi yang mereka luangkan untuk melakukan sesuatu bersama-sama dengan pasangan. menurutku, inilah pernikahan.
dan sepertinya, aku punya banyak cerita-cerita sejenis untuk dibagi. bulan lalu aja, ada sekian banyak cerita cinta yang singgah dalam hari-hariku, membuatku jadi bagian dalam hidup mereka, karena aku ada disana, menjadi saksi dan ikut terlibat.
salah satunya adalah Douglas dan Tracy yang mendatangiku pada suatu Jumat pagi, memintaku membantu mereka untuk renew their vow. ini seperti mengulang janji setia sehidup semati yang dulu pernah diucapkan waktu menikah, setelah pernikahan berlangsung selama beberapa waktu. aku nggak tanya udah berapa lama Douglas dan Tracy berumah tangga, tapi aku tahu anak gadis mereka, yang penampilannya seperti Sarah Michelle Gellar di Buffy the Vampire Slayer, sudah berusia 15 tahun. mereka melakukan upacara itu dalam adat Bali dua hari kemudian.
dan hasilnya memang tak kalah mengharukan. karena pada saat mengulang janji yang sudah saling mereka ucapkan dulu, aku ikut hanyut oleh pandangan Tracy yang berkaca-kaca. dan senyum Douglas yang tak mampu menyembunyikan kebahagiaan di dalam dirinya.
aku percaya kalau pernikahan adalah komitmen yang harus diperjuangkan setiap hari. karena ketika keseharian kita menjadi begitu rutin, ketika berbagai persoalan datang dan menghadang jalan panjang yang tengah ditempuh, hanya akal sehat dan kepala dingin yang bisa menyelamatkan sebuah pernikahan. agar kalimat perpisahan tidak begitu mudah diucapkan.
maka aku juga percaya kalau keputusan untuk menikah lebih banyak terkait dengan pikiran-pikiran rasional. gombal deh, semua kata cinta yang tertulis dalam buku-buku dan lagu-lagu, yang menggelora dan berapi-api menggairahkan. maybe it's just lust, just a desire. karena ketika api itu mulai mengecil nyalanya, hanya usaha menambah kayu bakar dan meniupkan oksigen yang akan dapat membesarkannya lagi.
then, it's not finding love. it's finding someone to spend the rest of your life with.
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Tuesday, August 14, 2007
Monday, August 13, 2007
speak for myself
Skipping beats, blushing cheeks.
I am struggling.
Daydreaming, bed scenes in... the corner cafe.
And then I'm left in bits recovering tectonic tremblings.
You get me every time.
Why'd ya have to be so cute?
It's impossible to ignore you.
Must you make me laugh so much?
It's bad enough we get along so well.
akhir-akhir ini semakin sering dengerin Imogen Heap. tapi khusus lagu ini saja. dan apalagi dalam dua tiga hari terakhir pas aku sedang kehabisan kosakata dan mati gaya buat ngobrol sama bapak-bapak dan ibu-ibu dari Kraftangan. aku lebih sering memilih jalan di belakang, duduk di belakang, atau agak menyamping dan memisah dari rombongan. menyenandungkan lagu ini.
keanehan itu dimulai tiga malam yang lalu.
aku seperti sedang ada di kastil tua berdinding batu seperti yang dipake buat film Harry Potter itu loh. dan entah kenapa, aku blusukan ke tempat ini. mana ruangannya gelap, hanya diterangi lilin yang ditaruh di plangkringannya di dinding, atau di dalam benda seperti cawan baja yang ada pegangannya, supaya bisa dibawa-bawa. ruangan disitu gelapnya kayak dungeon tempatnya anak-anak Slytherin hangout dan juga tempatnya Snape mengajar.
trus di salah satu ruangan, diatas kasur tak berseprei, aku lihat orang yang aku kenal, babak belur seperti habis dipukuli. aku dekati, dan sepertinya memang sudah mau mati. mungkin nyiksanya kebangetan. aku pikir, kasih air aja deh, karena bibirnya udah kering dan pecah-pecah. boro-boro kepikiran mau kasih Lip Therapy saat itu, aku langsung mencari-cari benda yang kira-kira menampung air. tapi dasar orang itu apes, teko apapun nggak ada yang berisi air. keran air juga mati. termos yang bertutup rapat semuanya kosong. halah! apa di kastil ini nggak ada yang perlu minum ya?
kastil ini dipunyai sama gembong mafia yang tampaknya jahat sekali pun. masa ada orang disiksa nggak dikasih minum? well, namanya juga disiksa ya? dan namanya penjahat pasti jahat to? hanya di film-film Hollywood penjahat dikasih perasaan halus.
sekali lagi, aku nggak ngerti aku tuh siapa di cerita ini, dan ngapain aku keluyuran di kastil itu, begitupun kenapa aku nggak ditangkap sama para penjaga kastil. tapi yang jelas aku cukup nekat untuk ngedatengin si gembong mafia setelah nyasar-nyasar masuk ke ruangan yang nggak penting. si penjahat sedang main judi waktu aku sampai, dan dia setuju ngasih segelas air kalo aku menang judi.
aku ya, berjudi aja, asal nggak ditelanjangi kayak Drupadi di cerita Mahabharata itu. dan tentu saja aku menang! karena kayaknya dalam mimpi ini aku jadi jagoannya. tapi dasar penjahat, setelah aku menang dia mengingkari janji, dan malah ngasih benda-benda nggak berguna, bukannya air. huh!
aku betul-betul fristrasi dalam mimpi itu. this is actually a nightmare and a depressing dream.
mendekati jam 5 aku bangun. trus refleks aja ngecek hape.
pertama karena lagi di-charge dan mestinya udah penuh. kedua, karena kali aja ada fans yang kirim sms. secara saya ini bintang muda berbakat yang hampir naik daun (uhuk!)
dan ternyata memang ada yang sms. dan bagian akhir dari smsnya bikin aku kaget. dia bilang "aku haus" dan memang dalam mimpiku, dia yang aku perjuangkan supaya bisa dapat minum tadi malam.
tapi kok aku nggak berhasil menyelamatkannya ya?
pagi-pagi aku cerita ke Azlina, dan langsung tutup kuping waktu dia mulai menganalisis mimpi itu dengan cara seperti di The Interpretation of Dreams. ugh! aku kok pake lupa kalo dia ini Freudian. sigh!
I am struggling.
Daydreaming, bed scenes in... the corner cafe.
And then I'm left in bits recovering tectonic tremblings.
You get me every time.
Why'd ya have to be so cute?
It's impossible to ignore you.
Must you make me laugh so much?
It's bad enough we get along so well.
akhir-akhir ini semakin sering dengerin Imogen Heap. tapi khusus lagu ini saja. dan apalagi dalam dua tiga hari terakhir pas aku sedang kehabisan kosakata dan mati gaya buat ngobrol sama bapak-bapak dan ibu-ibu dari Kraftangan. aku lebih sering memilih jalan di belakang, duduk di belakang, atau agak menyamping dan memisah dari rombongan. menyenandungkan lagu ini.
keanehan itu dimulai tiga malam yang lalu.
aku seperti sedang ada di kastil tua berdinding batu seperti yang dipake buat film Harry Potter itu loh. dan entah kenapa, aku blusukan ke tempat ini. mana ruangannya gelap, hanya diterangi lilin yang ditaruh di plangkringannya di dinding, atau di dalam benda seperti cawan baja yang ada pegangannya, supaya bisa dibawa-bawa. ruangan disitu gelapnya kayak dungeon tempatnya anak-anak Slytherin hangout dan juga tempatnya Snape mengajar.
trus di salah satu ruangan, diatas kasur tak berseprei, aku lihat orang yang aku kenal, babak belur seperti habis dipukuli. aku dekati, dan sepertinya memang sudah mau mati. mungkin nyiksanya kebangetan. aku pikir, kasih air aja deh, karena bibirnya udah kering dan pecah-pecah. boro-boro kepikiran mau kasih Lip Therapy saat itu, aku langsung mencari-cari benda yang kira-kira menampung air. tapi dasar orang itu apes, teko apapun nggak ada yang berisi air. keran air juga mati. termos yang bertutup rapat semuanya kosong. halah! apa di kastil ini nggak ada yang perlu minum ya?
kastil ini dipunyai sama gembong mafia yang tampaknya jahat sekali pun. masa ada orang disiksa nggak dikasih minum? well, namanya juga disiksa ya? dan namanya penjahat pasti jahat to? hanya di film-film Hollywood penjahat dikasih perasaan halus.
sekali lagi, aku nggak ngerti aku tuh siapa di cerita ini, dan ngapain aku keluyuran di kastil itu, begitupun kenapa aku nggak ditangkap sama para penjaga kastil. tapi yang jelas aku cukup nekat untuk ngedatengin si gembong mafia setelah nyasar-nyasar masuk ke ruangan yang nggak penting. si penjahat sedang main judi waktu aku sampai, dan dia setuju ngasih segelas air kalo aku menang judi.
aku ya, berjudi aja, asal nggak ditelanjangi kayak Drupadi di cerita Mahabharata itu. dan tentu saja aku menang! karena kayaknya dalam mimpi ini aku jadi jagoannya. tapi dasar penjahat, setelah aku menang dia mengingkari janji, dan malah ngasih benda-benda nggak berguna, bukannya air. huh!
aku betul-betul fristrasi dalam mimpi itu. this is actually a nightmare and a depressing dream.
mendekati jam 5 aku bangun. trus refleks aja ngecek hape.
pertama karena lagi di-charge dan mestinya udah penuh. kedua, karena kali aja ada fans yang kirim sms. secara saya ini bintang muda berbakat yang hampir naik daun (uhuk!)
dan ternyata memang ada yang sms. dan bagian akhir dari smsnya bikin aku kaget. dia bilang "aku haus" dan memang dalam mimpiku, dia yang aku perjuangkan supaya bisa dapat minum tadi malam.
tapi kok aku nggak berhasil menyelamatkannya ya?
pagi-pagi aku cerita ke Azlina, dan langsung tutup kuping waktu dia mulai menganalisis mimpi itu dengan cara seperti di The Interpretation of Dreams. ugh! aku kok pake lupa kalo dia ini Freudian. sigh!
Wednesday, August 01, 2007
kuis feminis
Ina, apakah kamu seorang feminis?
iya, aku bisa menyebut diriku sebagai feminis.
Dari mana kamu tahu tentang feminisme?
ada beberapa buku yang kubaca. di tahun-tahun awal baca teori feminisme, yang aku baca tulisan-tulisannya Gloria Steinem. dan aku suka banget gayanya menulis. sarkastik, penuh sindiran, penuh semangat, tapi juga halus dan sensitif. dia penulis yang brilian. beberapa tulisannya juga lucu, dalam konteks satire. Seperti misalnya A Bunny's Tale. buku lain yang juga aku suka adalah karyanya Mary F. Rogers, Barbie Culture. setelah baca buku ini, aku terkagum-kagum dengan kemampuan orang-orang Mattel dalam mempromosikan boneka buatannya. sekaligus juga sebel karena keberhasilan mereka itu, sama sekali nggak mendidik, dan menimbulkan obsesi yang salah tentang tubuh perempuan, image dan kecantikan.
Kalo tokoh feminisme di Indonesia, ada yang kamu suka?
ada banget. tau Gadis Arivia kan? menurutku dia keren.
Kenapa?
karena, nggak seperti bayanganku, dan seperti kebanyakan aktivis feminis yang selalu bersikap sebagai angry women, berpendapat bahwa a woman needs a man like a fish needs a bicycle, Gadis justru wanita yang sangat menyejukkan. contoh-contoh yang dia ambil juga sangat domestik (mengingat betapa feminis anti dengan hal-hal yang berbau domestik) seperti misalnya mendongeng untuk anak, dan melakukan hal-hal bersama keluarga. and I think it's sweet. aku udah capek sama aktivis feminisme yang selalu mengutuk dunia, penuh dendam dan menyalahkan laki-laki terus menerus, tanpa melakukan sesuatu yang konstruktif. juga udah capek sama yang asal ngelawan, lalu nggak peduli lagi sama nilai-nilai keluarga, moral dan agama. walopun tentu penafsiran tiap-tiap orang berbeda, tapi aku males aja sama yang asal ngelawan tanpa punya alternatif pembanding, atau bahkan nggak tau kenapa dan apa hal-hal yang sesungguhnya dia lawan itu.
Ada yang mau ditambahkan? kayaknya kamu masih bersemangat mo ngomong...
yang paling parah yang sok meneriakkan teori-teori feminisme, tapi dalam prakteknya, iya-iya aja waktu mengalami situasi hubungan yang merugikan, dimana dia disakiti secara mental, dan nggak punya posisi tawar. harusnya lebih gigih mengadvokasi diri sendiri, dan punya prinsip sebelum meributkan orang lain.
Dalam konteks kehidupan keluarga, ada nggak perempuan yang kamu kagumi?
keluarganya Ali Hewson. itu istrinya Bono. dia bisa sangat mengerti dan menghormati profesi suaminya, dengan cara-cara yang nggak biasa. dan menurutku asyik.
Menurut kamu, apa yang paling penting dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan?
saling menghormati dan melengkapi. kalo bicara tentang hubungan (relationship) biasanya lebih banyak pake perasaan, cinta seperti yang ditulis dalam buku dan lagu dan film-film itu. tapi sebenarnya, semua hubungan itu diikat oleh komitmen dan tanggung jawab. dan yang seperti itu berat. nggak cukup satu orang aja dalam sebuah hubungan untuk melakukan dan menyeimbangkannya.
*benerin kacamata item, trus ambil pulpen buat menandatangani notes yang disodorkan penggemar*
iya, aku bisa menyebut diriku sebagai feminis.
Dari mana kamu tahu tentang feminisme?
ada beberapa buku yang kubaca. di tahun-tahun awal baca teori feminisme, yang aku baca tulisan-tulisannya Gloria Steinem. dan aku suka banget gayanya menulis. sarkastik, penuh sindiran, penuh semangat, tapi juga halus dan sensitif. dia penulis yang brilian. beberapa tulisannya juga lucu, dalam konteks satire. Seperti misalnya A Bunny's Tale. buku lain yang juga aku suka adalah karyanya Mary F. Rogers, Barbie Culture. setelah baca buku ini, aku terkagum-kagum dengan kemampuan orang-orang Mattel dalam mempromosikan boneka buatannya. sekaligus juga sebel karena keberhasilan mereka itu, sama sekali nggak mendidik, dan menimbulkan obsesi yang salah tentang tubuh perempuan, image dan kecantikan.
Kalo tokoh feminisme di Indonesia, ada yang kamu suka?
ada banget. tau Gadis Arivia kan? menurutku dia keren.
Kenapa?
karena, nggak seperti bayanganku, dan seperti kebanyakan aktivis feminis yang selalu bersikap sebagai angry women, berpendapat bahwa a woman needs a man like a fish needs a bicycle, Gadis justru wanita yang sangat menyejukkan. contoh-contoh yang dia ambil juga sangat domestik (mengingat betapa feminis anti dengan hal-hal yang berbau domestik) seperti misalnya mendongeng untuk anak, dan melakukan hal-hal bersama keluarga. and I think it's sweet. aku udah capek sama aktivis feminisme yang selalu mengutuk dunia, penuh dendam dan menyalahkan laki-laki terus menerus, tanpa melakukan sesuatu yang konstruktif. juga udah capek sama yang asal ngelawan, lalu nggak peduli lagi sama nilai-nilai keluarga, moral dan agama. walopun tentu penafsiran tiap-tiap orang berbeda, tapi aku males aja sama yang asal ngelawan tanpa punya alternatif pembanding, atau bahkan nggak tau kenapa dan apa hal-hal yang sesungguhnya dia lawan itu.
Ada yang mau ditambahkan? kayaknya kamu masih bersemangat mo ngomong...
yang paling parah yang sok meneriakkan teori-teori feminisme, tapi dalam prakteknya, iya-iya aja waktu mengalami situasi hubungan yang merugikan, dimana dia disakiti secara mental, dan nggak punya posisi tawar. harusnya lebih gigih mengadvokasi diri sendiri, dan punya prinsip sebelum meributkan orang lain.
Dalam konteks kehidupan keluarga, ada nggak perempuan yang kamu kagumi?
keluarganya Ali Hewson. itu istrinya Bono. dia bisa sangat mengerti dan menghormati profesi suaminya, dengan cara-cara yang nggak biasa. dan menurutku asyik.
Menurut kamu, apa yang paling penting dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan?
saling menghormati dan melengkapi. kalo bicara tentang hubungan (relationship) biasanya lebih banyak pake perasaan, cinta seperti yang ditulis dalam buku dan lagu dan film-film itu. tapi sebenarnya, semua hubungan itu diikat oleh komitmen dan tanggung jawab. dan yang seperti itu berat. nggak cukup satu orang aja dalam sebuah hubungan untuk melakukan dan menyeimbangkannya.
*benerin kacamata item, trus ambil pulpen buat menandatangani notes yang disodorkan penggemar*
Sunday, July 29, 2007
Midnight in Jakarta
siapa sih yang nggak tersentuh, kalo melihat wajah-wajah yang pada mulanya ceria
setelah menunggu selama hampir tiga jam berubah menjadi lesu karena kantuk dan jemu
dan yang mereka tunggu adalah aku.
benar-benar mengharukan. Neng Qudsi, Jeng Henny, mBu dan Deden menungguku di Mc Donalds Pondok Indah malam itu. berharap bisa bertemu walaupun hanya sebentar (dan emang sebentar banget) dimalam ketika aku singgah ke Jakarta sebelum meneruskan perjalanan ke Palembang.
mereka tau nggak ya, kalo aku nggak makan fastfood?
di bandara, aku disambut oleh wajah Jeng Ningsih yang ceria, secerah warna kausnya malam itu. pelukannya hangat dan penuh rindu. begitupun tatapan Bunjems waktu menyongsongku di gerbang kedatangan. sama sekali tak terlihat lelah ataupun bosan. padahal yang dijemput itu aku. aduh, aku jadi berkaca-kaca lagi...
nggak ada kalimat yang tepat, atau kata-kata yang cukup untuk mewakili perasaanku yang campur aduk malam itu. aku hanya bisa memeluk mereka. nggak bisa ngomong apa-apa lagi. antara senang dan terharu, sekaligus sedih, karena ketemunya betul-betul nggak lama. sopir kantornya Henny (makasih ya, Pak!) harus segera pulang karena jam 4 pagi berikutnya harus bertugas lagi. padahal waktu itu sudah sekitar jam 23. si Neng juga nggak bisa lama karena besoknya harus ngantor (pada hari yang ke-4).
maka rombongan kecil kami, Odyssey yang berisi Bunjems, Pito (ini nama yang bikin Jeng Ningsih sering dikira laki-laki. padahal dia wanita Jawa yang anggun dalam balutan rok batik dan kebaya) dan pak sopir; diiringi mBu dan Deden di mobil satunya lagi (yeah, kami tidak mau mengganggu kemesraan kalian) bertolak menuju Bintaro. disana, Bunjems akan menciptakan keajaiban di dapur mungilnya.
sehingga kami bisa menikmati Steak Ayam paling enak yang pernah kumakan seumur hidupku. bukan hanya karena ayam dan bumbunya, tapi juga karena kasih sayang yang dicurahkan Bunjems lewat masakannya.
*peluk Bunjems erat-erat*
kami ngobrol sampai menjelang Subuh. sampai terlalu lelah untuk tertawa, walaupun agak nggak rela menyia-nyiakan waktu bertemu untuk tidur, meskipun hanya satu atau dua jam saja.
Henny.
neng Qudsi.
Bunjems.
Pitoresmi Pujiningsih.
Deden.
Iman.
terima kasih banyak. aku bahagia pernah kenal dan sempat bertemu dengan kalian. somehow, you make my life more beautiful.
setelah menunggu selama hampir tiga jam berubah menjadi lesu karena kantuk dan jemu
dan yang mereka tunggu adalah aku.
benar-benar mengharukan. Neng Qudsi, Jeng Henny, mBu dan Deden menungguku di Mc Donalds Pondok Indah malam itu. berharap bisa bertemu walaupun hanya sebentar (dan emang sebentar banget) dimalam ketika aku singgah ke Jakarta sebelum meneruskan perjalanan ke Palembang.
mereka tau nggak ya, kalo aku nggak makan fastfood?
di bandara, aku disambut oleh wajah Jeng Ningsih yang ceria, secerah warna kausnya malam itu. pelukannya hangat dan penuh rindu. begitupun tatapan Bunjems waktu menyongsongku di gerbang kedatangan. sama sekali tak terlihat lelah ataupun bosan. padahal yang dijemput itu aku. aduh, aku jadi berkaca-kaca lagi...
nggak ada kalimat yang tepat, atau kata-kata yang cukup untuk mewakili perasaanku yang campur aduk malam itu. aku hanya bisa memeluk mereka. nggak bisa ngomong apa-apa lagi. antara senang dan terharu, sekaligus sedih, karena ketemunya betul-betul nggak lama. sopir kantornya Henny (makasih ya, Pak!) harus segera pulang karena jam 4 pagi berikutnya harus bertugas lagi. padahal waktu itu sudah sekitar jam 23. si Neng juga nggak bisa lama karena besoknya harus ngantor (pada hari yang ke-4).
maka rombongan kecil kami, Odyssey yang berisi Bunjems, Pito (ini nama yang bikin Jeng Ningsih sering dikira laki-laki. padahal dia wanita Jawa yang anggun dalam balutan rok batik dan kebaya) dan pak sopir; diiringi mBu dan Deden di mobil satunya lagi (yeah, kami tidak mau mengganggu kemesraan kalian) bertolak menuju Bintaro. disana, Bunjems akan menciptakan keajaiban di dapur mungilnya.
sehingga kami bisa menikmati Steak Ayam paling enak yang pernah kumakan seumur hidupku. bukan hanya karena ayam dan bumbunya, tapi juga karena kasih sayang yang dicurahkan Bunjems lewat masakannya.
*peluk Bunjems erat-erat*
kami ngobrol sampai menjelang Subuh. sampai terlalu lelah untuk tertawa, walaupun agak nggak rela menyia-nyiakan waktu bertemu untuk tidur, meskipun hanya satu atau dua jam saja.
Henny.
neng Qudsi.
Bunjems.
Pitoresmi Pujiningsih.
Deden.
Iman.
terima kasih banyak. aku bahagia pernah kenal dan sempat bertemu dengan kalian. somehow, you make my life more beautiful.
Saturday, July 28, 2007
dua fragmen Kundera
dia menatapku dengan penuh minat ketika aku menyebutkan 'The Unbearable Lightness of Being'. tersenyum sesaat dan berkata bahwa dia pernah membuat sebuah film tentang salah satu fragmen dalam novel itu. aku bertanya apakah fragmen yang dimaksudkannya mengenai Tomas dan Tereza, atau tentang Sabina dan Franz. dia menjawab dengan kutipan.
aku tersenyum semakin lebar. betapa menyenangkan menemukan orang lain yang menghargai fragmen dalam sebuah novel dengan serius. sehingga aku bisa memahami hal-hal macam apa yang dianggapnya penting. buatku, dalam beberapa hal, tulisan-tulisan Kundera setara dengan ensiklopedia, yang mampu memberi penjelasan untuk berbagai kebingungan. tentang cinta, tentang perasaan dan pikiran, hal-hal yang letaknya begitu dalam sehingga nyaris tak pernah bisa dikatakan kepada orang lain. dia lalu menceritakan film yang dibuatnya, lalu percakapan kami semakin meluas dan mengalir...
keesokan harinya, film maker dari Singapura yang baru kukenal itu memberiku 'Memories of My Melancholy Whores' karena ia menemukan bahwa aku menyukai Mrquez. katanya buku itu baru saja dia selesaikan. dan ia memberikannya padaku dengan keyakinan bahwa aku akan bisa menghargainya. di sampul bagian dalamnya, ia menuliskan "to find a Marquez lover in Ubud is just fantastic!..."
tadi siang, waktu membereskan buku-buku di rak, mataku tertumbuk pada 'The Unbearable Lightness of Being' dan teringat pada fragmen lain di dalamnya. sebuah pikiran Tereza yang pernah membuatku tertegun lama...
kali ini, aku tertegun lagi membaca kata-kata yang tercetak itu. tidakkah menakjubkan bahwa fragmen yang berbeda dalam novel yang sama akan mengingatkanku pada tokoh yang lain dalam hidupku baru-baru ini. apakah kali ini, ada ensiklopedia yang bisa menjelaskan padaku, apa yang sedang aku alami?
*colek-colek Milan Kundera*
kalo aku ke-ge-er-an gimana, Oom?
...making love with a woman and sleeping with a woman are two separate passions, not merely different but opposite.
Love does not make itself felt in the desire for copulation (a desire that extends to an infinite number of women) but in the desire for shared sleep (a desire limited to one woman).
aku tersenyum semakin lebar. betapa menyenangkan menemukan orang lain yang menghargai fragmen dalam sebuah novel dengan serius. sehingga aku bisa memahami hal-hal macam apa yang dianggapnya penting. buatku, dalam beberapa hal, tulisan-tulisan Kundera setara dengan ensiklopedia, yang mampu memberi penjelasan untuk berbagai kebingungan. tentang cinta, tentang perasaan dan pikiran, hal-hal yang letaknya begitu dalam sehingga nyaris tak pernah bisa dikatakan kepada orang lain. dia lalu menceritakan film yang dibuatnya, lalu percakapan kami semakin meluas dan mengalir...
keesokan harinya, film maker dari Singapura yang baru kukenal itu memberiku 'Memories of My Melancholy Whores' karena ia menemukan bahwa aku menyukai Mrquez. katanya buku itu baru saja dia selesaikan. dan ia memberikannya padaku dengan keyakinan bahwa aku akan bisa menghargainya. di sampul bagian dalamnya, ia menuliskan "to find a Marquez lover in Ubud is just fantastic!..."
tadi siang, waktu membereskan buku-buku di rak, mataku tertumbuk pada 'The Unbearable Lightness of Being' dan teringat pada fragmen lain di dalamnya. sebuah pikiran Tereza yang pernah membuatku tertegun lama...
What is flirtation? One might say that it is behavior leading another to believe that sexual intimacy is possible, while preventing that possibility from becoming a certainty. In other words, flirting is a promise of sexual intercourse without a guarantee.
kali ini, aku tertegun lagi membaca kata-kata yang tercetak itu. tidakkah menakjubkan bahwa fragmen yang berbeda dalam novel yang sama akan mengingatkanku pada tokoh yang lain dalam hidupku baru-baru ini. apakah kali ini, ada ensiklopedia yang bisa menjelaskan padaku, apa yang sedang aku alami?
*colek-colek Milan Kundera*
kalo aku ke-ge-er-an gimana, Oom?
Tuesday, July 24, 2007
drama AirAsia
selama ini, rekorku naik pesawat adalah immaculate.
tidak pernah terlambat. tidak pernah ketinggalan, tidak pernah terburu-buru di bandara. yang ada malah datang kepagian. sampe-sampe bandaranya belum buka.
dan sekali ini, perjalananku bersama AirAsia, bertebar drama dimana-mana.
18 Juli 2007
pesawatku dari DPS ke Cagkarta (baca: CGK) ditunda keberangkatannya selama 30 menit lebih. hmmm... betapa aku resah dan gelisah, karena tahu di CGK, beberapa warga Kampung Gajah akan menunggu kedatanganku. lebih gelisah lagi karena dengan penundaan ini, rencana kopdar yang mestinya pukul 22-an, bener-bener dimulai pada waktu tengah malam. kasihan yang udah nungguin aku sejak jam 20 di Pondok Indah. pasti mukanya udah pada bete dan ngantuk. sambil pasang wajah agak sebal, aku setengah berharap sedang naik Firebolt, karena siapa tahu, jalannya pesawat bisa lebih dikebut:D
19 Juli 2007
setelah kopdar semalaman, pagi-pagi aku udah siap pergi ke Bandara Sukarno-Hatta lagi. aku udah duduk manis di mobil, ditemani Deden di sebelah kananku, dan Bunjemsserta seorang teman yang berperan menjadi chauffeur pagi itu. sambil mengingat-ingat sms mBu yang bernada khawatir sok perhatian, aku mendengarkan orang-orang di dalam mobil membahas soal jalan belakang.
setengah jam berlalu dan kayaknya mobil belum begitu jauh perginya dari rumah Bunjems. ah, tapi kan aku nggak tau jalan di Jakarta. jadi ya, aku tetep duduk manis walopun hati semakin berdebar-debar.
lalu dramanya dimulai.
macet tidak terelakkan. sayangnya tidak ada helikopter untuk menyelamatkanku dari deretan mobil yang menyemut, membentang sepanjang jalan. bahkan meskipun Bunjems menelepon, tidak ada Kapolres yang sanggup membersihkan jalan dari kendaraan yang menghalangi jalannya mobil kami. satu-satunya yang bisa dilakukan adalah memastikan aku sudah dapat check in clearance setibaku di bandara.
well, kalo nggak sama Bunjems dan her magical persuasion over the phone, nggak akan bisa aku dapat privilege untuk bisa melakukan city check in dari dalam mobil. mungkin di Indonesia ini, aku aja yang pernah city check in di AirAsia. sesuatu yang membuatku merasa penting. halah!
dan aku sampai di airport hanya 25 menit sebelum pesawat diberangkatkan. semua penumpang sudah duduk rapi dalam pesawat. petugas ground naik ke atas pesawat untuk memohon pada kapten pilot untuk menungguku. sementara itu, aku lari dari satu koridor ke koridor lain, menembus antrian, melewati eskalator sambil setengah berlari ditemani seorang petugas AirAsia berseragam merah. dan dijemput di depan ruang tunggu oleh seorang petugas guest service berpakaian hitam-hitam dengan garis merah di kerahnya. senyumnya manis dan badannya tertunduk waktu mengucapkan permintaan maaf.
pesawatku sudah berangkat, karena kapten pilot menolak menungguku lebih dari 10 menit.
huh! kalo pesawat yang delay, aku nggak dapat kompensasi. tapi aku telat dikit aja, langsung ditinggal dan tiketku hangus. betul-betul tidak adil.
dengan lunglai dan shock aku kembali ke counter AirAsia untuk menemui duty manager yang bertugas hari itu, dan menanyakan kemungkinan untuk pindah ke penerbangan berikutnya. duty manager yang tampan itu bernama Aribowo. wajahnya agak malas waktu menemuiku pertama kali. dan aku bisa mengerti itu, pasti banyak orang yang seperti aku. terlambat, lalu harus dia tangani, dan orang yang terlambat itu panik dan marah-marah. tapi aku sama sekali tidak berniat memarahi wajah tampan yang nyaris membuatku meleleh itu. I don't want to give him a hard time.
masih dalam keadaan shock karena ketinggalan pesawat dan ketemu cowok ganteng dalam waktu yang bersamaan, aku pasrah saja dan mengiyakan apapun yang disarankan mas Ari. *wink*
justru dia yang menyadarkan bahwa penerbangan berikutnya adalah jam 3 sore, dan akan lama sekali kalau aku menunggu pesawat AirAsia yang berikutnya ke Palembang tanpa mencoba mencari pesawat lain yang berangkat lebih awal. oh, ini gara-gara tatapan dan senyumnya yang begitu memukau:))
oya, hampir lupa untuk kuceritakan, yang terlambat dari sekian banyak penumpang di pesawat itu ada dua, aku dan mempelai laki-laki yang sedianya akan menikah dengan sahabatku. ia adalah salah satu orang yang menyebabkan aku harus melakukan perjalanan ini. jadi kita berdua, keliling terminal A lagi untuk cari tiket paling cepat ke Palembang setelah jam 11 siang. dapatlah tiket Lion Air jam 13.15
dengan senyum ramah mas duty manager bilang kalau sebenarnya dia sudah membooking tiket lagi untukku dan Mas Didik, sang mempelai laki-laki. tapi aku bilang nggak perlu, karena kami dapat yang lebih cepat. lagipula, setelah sampai di Palembang kami masih harus menempuh perjalanan darat selama 5 jam untuk sampai ke Lahat. dan sebelum aku mengucapkan terimakasih secara berlebihan, aku buru-buru berlalu dari hadapannya. kalau terlambat, bisa-bisa mas Didik harus mengemasku dalam botol supaya nggak berceceran.
sampai di Palembang di ujung siang yang panas itu, aku sudah terlalu lelah untuk menjawab pertanyaan dari saudara-saudara dan keluarga besar sahabatku
"kok bisa telat? kami yang dari Surabaya dan Bandung aja nggak telat"
yeah rite.
*colek-colek mas Ari*
eh, kalo ke Bali harus jadi mampir ya?!
23 Juli 2007
pesawat Sriwijaya Air-ku terlambat mendarat di Bandara Sultan Badarrudin II Palembang. memang hanya 15 menit. tapi itu membuatku mendarat 30 menit lebih lambat dari yang dijadualkan di Jakarta, dan aku hanya punya setengah jam untuk lari dari tempat baggage claim di terminal B ke terminal A, menembus antrian pintu masuk terminal keberangkatan A, check in dan pergi ke ruang tunggu.
jantungku berdegup amatlah kencangnya.
akhirnya aku check in aja di counter depan AirAsia. itu loh, yang tempat jualan tiket. dan udah sekalian sama bayar pajak bandara. tapi kata mas-mas yang mengurus tiketku, aku harus masukin bagasiku ke loket check-in nomor 1, karena tasku terlalau besar untuk dimasukkan ke dalam kabin.
padahal antrian di loket itu begitu panjang. masih ada 15 orang di depanku yang hendak check-in untuk naik pesawat ke Batam. uh-oh! aku melihat jam tangan dengan gelisah.
tapi lalu kulihat ada orang-orang yang keluar dari antrian dan pergi ke bagian belakang counter. rupanya ini kebijakan Air Asia supaya para penumpang tidak tertahan karena bagasinya. aku bergabung bersama mereka, dan dalam waktu kurang dari 10 menit, barang-barangku sudah aman dalam perjalanan ke bagasi pesawat, dan aku bisa pergi ke ruang tunggu. sayup-sayup kudengar pengumuman dari Air Asia lewat megaphone untuk para penumpang ke Bali supaya pergi ke bagian belakang counter 1 untuk mendaftarkan bagasinya.
begitu sampai di deretan ruang tunggu, aku dengar pengumuman yang menyatakan kalau penumpang AirAsia ke Denpasar bisa naik pesawat dari gate A7. aku agak heran, karena di boarding pass tulisannya gate A6. tetapi lantas diyakinkan karena tulisan di layar monitor gate A7 sesuai dengan flight code-ku. sampai di depan petugas gate, sudah ada 6 orang yang sedang berdebat tentang A6 dan A7 ini.
"jangan khawatir Ibu" katanya sambil mengambil boarding pass-ku dan menuliskan tiga garis tebal di bawah tulisan Gate A6. "kami yang akan bertanggung jawab. percaya sama saya. ada kesalahan komunikasi sehingga pengumuman yang diberikan petugas bandara salah. tulisan di boarding pass yang benar"
aku lantas mengajak 6 orang yang terdiri dari 2 orang India dan 4 orang bule itu untuk pergi ke gate A6 dan segera bergegas naik pesawat.
hari itu aku sampai di Denpasar 15 menit lebih awal daripada yang dijadualkan, dan sudah terlalu lelah setibanya di Ubud. hanya punya tenaga untuk mandi sebelum tidur.
oya, tulisan ini adalah yang pertama dari beberapa tulisan mengenai perjalananku ke Sumatera, 18-23 Juli 2007.
tidak pernah terlambat. tidak pernah ketinggalan, tidak pernah terburu-buru di bandara. yang ada malah datang kepagian. sampe-sampe bandaranya belum buka.
dan sekali ini, perjalananku bersama AirAsia, bertebar drama dimana-mana.
18 Juli 2007
pesawatku dari DPS ke Cagkarta (baca: CGK) ditunda keberangkatannya selama 30 menit lebih. hmmm... betapa aku resah dan gelisah, karena tahu di CGK, beberapa warga Kampung Gajah akan menunggu kedatanganku. lebih gelisah lagi karena dengan penundaan ini, rencana kopdar yang mestinya pukul 22-an, bener-bener dimulai pada waktu tengah malam. kasihan yang udah nungguin aku sejak jam 20 di Pondok Indah. pasti mukanya udah pada bete dan ngantuk. sambil pasang wajah agak sebal, aku setengah berharap sedang naik Firebolt, karena siapa tahu, jalannya pesawat bisa lebih dikebut:D
19 Juli 2007
setelah kopdar semalaman, pagi-pagi aku udah siap pergi ke Bandara Sukarno-Hatta lagi. aku udah duduk manis di mobil, ditemani Deden di sebelah kananku, dan Bunjemsserta seorang teman yang berperan menjadi chauffeur pagi itu. sambil mengingat-ingat sms mBu yang bernada khawatir sok perhatian, aku mendengarkan orang-orang di dalam mobil membahas soal jalan belakang.
setengah jam berlalu dan kayaknya mobil belum begitu jauh perginya dari rumah Bunjems. ah, tapi kan aku nggak tau jalan di Jakarta. jadi ya, aku tetep duduk manis walopun hati semakin berdebar-debar.
lalu dramanya dimulai.
macet tidak terelakkan. sayangnya tidak ada helikopter untuk menyelamatkanku dari deretan mobil yang menyemut, membentang sepanjang jalan. bahkan meskipun Bunjems menelepon, tidak ada Kapolres yang sanggup membersihkan jalan dari kendaraan yang menghalangi jalannya mobil kami. satu-satunya yang bisa dilakukan adalah memastikan aku sudah dapat check in clearance setibaku di bandara.
well, kalo nggak sama Bunjems dan her magical persuasion over the phone, nggak akan bisa aku dapat privilege untuk bisa melakukan city check in dari dalam mobil. mungkin di Indonesia ini, aku aja yang pernah city check in di AirAsia. sesuatu yang membuatku merasa penting. halah!
dan aku sampai di airport hanya 25 menit sebelum pesawat diberangkatkan. semua penumpang sudah duduk rapi dalam pesawat. petugas ground naik ke atas pesawat untuk memohon pada kapten pilot untuk menungguku. sementara itu, aku lari dari satu koridor ke koridor lain, menembus antrian, melewati eskalator sambil setengah berlari ditemani seorang petugas AirAsia berseragam merah. dan dijemput di depan ruang tunggu oleh seorang petugas guest service berpakaian hitam-hitam dengan garis merah di kerahnya. senyumnya manis dan badannya tertunduk waktu mengucapkan permintaan maaf.
pesawatku sudah berangkat, karena kapten pilot menolak menungguku lebih dari 10 menit.
huh! kalo pesawat yang delay, aku nggak dapat kompensasi. tapi aku telat dikit aja, langsung ditinggal dan tiketku hangus. betul-betul tidak adil.
dengan lunglai dan shock aku kembali ke counter AirAsia untuk menemui duty manager yang bertugas hari itu, dan menanyakan kemungkinan untuk pindah ke penerbangan berikutnya. duty manager yang tampan itu bernama Aribowo. wajahnya agak malas waktu menemuiku pertama kali. dan aku bisa mengerti itu, pasti banyak orang yang seperti aku. terlambat, lalu harus dia tangani, dan orang yang terlambat itu panik dan marah-marah. tapi aku sama sekali tidak berniat memarahi wajah tampan yang nyaris membuatku meleleh itu. I don't want to give him a hard time.
masih dalam keadaan shock karena ketinggalan pesawat dan ketemu cowok ganteng dalam waktu yang bersamaan, aku pasrah saja dan mengiyakan apapun yang disarankan mas Ari. *wink*
justru dia yang menyadarkan bahwa penerbangan berikutnya adalah jam 3 sore, dan akan lama sekali kalau aku menunggu pesawat AirAsia yang berikutnya ke Palembang tanpa mencoba mencari pesawat lain yang berangkat lebih awal. oh, ini gara-gara tatapan dan senyumnya yang begitu memukau:))
oya, hampir lupa untuk kuceritakan, yang terlambat dari sekian banyak penumpang di pesawat itu ada dua, aku dan mempelai laki-laki yang sedianya akan menikah dengan sahabatku. ia adalah salah satu orang yang menyebabkan aku harus melakukan perjalanan ini. jadi kita berdua, keliling terminal A lagi untuk cari tiket paling cepat ke Palembang setelah jam 11 siang. dapatlah tiket Lion Air jam 13.15
dengan senyum ramah mas duty manager bilang kalau sebenarnya dia sudah membooking tiket lagi untukku dan Mas Didik, sang mempelai laki-laki. tapi aku bilang nggak perlu, karena kami dapat yang lebih cepat. lagipula, setelah sampai di Palembang kami masih harus menempuh perjalanan darat selama 5 jam untuk sampai ke Lahat. dan sebelum aku mengucapkan terimakasih secara berlebihan, aku buru-buru berlalu dari hadapannya. kalau terlambat, bisa-bisa mas Didik harus mengemasku dalam botol supaya nggak berceceran.
sampai di Palembang di ujung siang yang panas itu, aku sudah terlalu lelah untuk menjawab pertanyaan dari saudara-saudara dan keluarga besar sahabatku
"kok bisa telat? kami yang dari Surabaya dan Bandung aja nggak telat"
yeah rite.
*colek-colek mas Ari*
eh, kalo ke Bali harus jadi mampir ya?!
23 Juli 2007
pesawat Sriwijaya Air-ku terlambat mendarat di Bandara Sultan Badarrudin II Palembang. memang hanya 15 menit. tapi itu membuatku mendarat 30 menit lebih lambat dari yang dijadualkan di Jakarta, dan aku hanya punya setengah jam untuk lari dari tempat baggage claim di terminal B ke terminal A, menembus antrian pintu masuk terminal keberangkatan A, check in dan pergi ke ruang tunggu.
jantungku berdegup amatlah kencangnya.
akhirnya aku check in aja di counter depan AirAsia. itu loh, yang tempat jualan tiket. dan udah sekalian sama bayar pajak bandara. tapi kata mas-mas yang mengurus tiketku, aku harus masukin bagasiku ke loket check-in nomor 1, karena tasku terlalau besar untuk dimasukkan ke dalam kabin.
padahal antrian di loket itu begitu panjang. masih ada 15 orang di depanku yang hendak check-in untuk naik pesawat ke Batam. uh-oh! aku melihat jam tangan dengan gelisah.
tapi lalu kulihat ada orang-orang yang keluar dari antrian dan pergi ke bagian belakang counter. rupanya ini kebijakan Air Asia supaya para penumpang tidak tertahan karena bagasinya. aku bergabung bersama mereka, dan dalam waktu kurang dari 10 menit, barang-barangku sudah aman dalam perjalanan ke bagasi pesawat, dan aku bisa pergi ke ruang tunggu. sayup-sayup kudengar pengumuman dari Air Asia lewat megaphone untuk para penumpang ke Bali supaya pergi ke bagian belakang counter 1 untuk mendaftarkan bagasinya.
begitu sampai di deretan ruang tunggu, aku dengar pengumuman yang menyatakan kalau penumpang AirAsia ke Denpasar bisa naik pesawat dari gate A7. aku agak heran, karena di boarding pass tulisannya gate A6. tetapi lantas diyakinkan karena tulisan di layar monitor gate A7 sesuai dengan flight code-ku. sampai di depan petugas gate, sudah ada 6 orang yang sedang berdebat tentang A6 dan A7 ini.
"jangan khawatir Ibu" katanya sambil mengambil boarding pass-ku dan menuliskan tiga garis tebal di bawah tulisan Gate A6. "kami yang akan bertanggung jawab. percaya sama saya. ada kesalahan komunikasi sehingga pengumuman yang diberikan petugas bandara salah. tulisan di boarding pass yang benar"
aku lantas mengajak 6 orang yang terdiri dari 2 orang India dan 4 orang bule itu untuk pergi ke gate A6 dan segera bergegas naik pesawat.
hari itu aku sampai di Denpasar 15 menit lebih awal daripada yang dijadualkan, dan sudah terlalu lelah setibanya di Ubud. hanya punya tenaga untuk mandi sebelum tidur.
oya, tulisan ini adalah yang pertama dari beberapa tulisan mengenai perjalananku ke Sumatera, 18-23 Juli 2007.
Monday, July 09, 2007
berita dari rumah
tadi pagi adikku mengirim berita pendek yang bikin aku kaget lewat Y!M.
A: Ulfa kecelakaan udah tahu?
D: nggak tahu
A: tangan dan kakinya patah
D: ha? kapan? kecelakaan sepeda?
A: kira-kira dua hari yang lalu
D: duh...ketabrak apa?
A: naik motor, dibonceng Winta, ketabrak mobil
D: waaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh
A: operasi di Solo.
D: Winta-nya gimana?
A: itu dia, belum ada yang nanyain kabarnya Winta
sigh...
Ulfa dan Winta itu dua sepupuku di Pacitan. Winta umur 14 tahun, kelas 2 SMP, anak Oom Suhar, adiknya Mama. sementara Ulfa umurnya 11 tahun, anak Tante Ninik, juga adiknya Mama. jadi mereka berdua ini masih kecil-kecil, naik motornya juga rada belum beres, udah turun ke jalanan.
apesnya, hari itu mereka terserempet Kijang. dan akibatnya sangatlah serius. kaki dan lengan kiri Ulfa patah dan harus dioperasi di RS. Dr. Oen, Solo. Ulfa jadi parah gitu karena kakinya tersangkut di bemper mobil. kubayangkan, pasti banyak juga baret-baret bekas aspal di tubuhnya yang kurus.
Winta sendiri ternyata tidak apa-apa. tapi beban mental dan rasa bersalah yang dia tanggung pasti sangatlah berat. apalagi karena dia pasti udah ngerti betapa runyam situasi di rumah tante Ninik saat ini. anak kedua tanteku masih kecil, umurnya baru 7 tahun. udah gitu, di rumah tante Ninik juga tinggal Mbah Putri yang sudah hampir 6 bulan ini praktis harus dirawat ekstra setelah terkena stroke. padahal Tante harus ada di Solo menunggui Ulfa.
waktu kuhubungi, Tante Ninik bilang kalau Mbah Putri sekarang dirawat di rumah Oom Suhar untuk sementara. Papa dan Mama serta adik laki-lakiku juga rencananya ke Pacitan besok. aku cuma bisa nitip buku-buku cerita buat Ulfa. kebayang kan, anak umur 11 tahun harus berminggu-minggu terbaring di tempat tidur, pasti bosan dan rewel setengah mati.
sekarang aku ngerti kenapa dulu Papa dan Mama bersikeras aku nggak boleh belajar naik motor pas SMP, walopun teman-temanku sudah naik motor ke sekolah.
eh, dimana ya, sepeda hitam berkeranjang yang kupakai waktu SMP dulu?
A: Ulfa kecelakaan udah tahu?
D: nggak tahu
A: tangan dan kakinya patah
D: ha? kapan? kecelakaan sepeda?
A: kira-kira dua hari yang lalu
D: duh...ketabrak apa?
A: naik motor, dibonceng Winta, ketabrak mobil
D: waaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh
A: operasi di Solo.
D: Winta-nya gimana?
A: itu dia, belum ada yang nanyain kabarnya Winta
sigh...
Ulfa dan Winta itu dua sepupuku di Pacitan. Winta umur 14 tahun, kelas 2 SMP, anak Oom Suhar, adiknya Mama. sementara Ulfa umurnya 11 tahun, anak Tante Ninik, juga adiknya Mama. jadi mereka berdua ini masih kecil-kecil, naik motornya juga rada belum beres, udah turun ke jalanan.
apesnya, hari itu mereka terserempet Kijang. dan akibatnya sangatlah serius. kaki dan lengan kiri Ulfa patah dan harus dioperasi di RS. Dr. Oen, Solo. Ulfa jadi parah gitu karena kakinya tersangkut di bemper mobil. kubayangkan, pasti banyak juga baret-baret bekas aspal di tubuhnya yang kurus.
Winta sendiri ternyata tidak apa-apa. tapi beban mental dan rasa bersalah yang dia tanggung pasti sangatlah berat. apalagi karena dia pasti udah ngerti betapa runyam situasi di rumah tante Ninik saat ini. anak kedua tanteku masih kecil, umurnya baru 7 tahun. udah gitu, di rumah tante Ninik juga tinggal Mbah Putri yang sudah hampir 6 bulan ini praktis harus dirawat ekstra setelah terkena stroke. padahal Tante harus ada di Solo menunggui Ulfa.
waktu kuhubungi, Tante Ninik bilang kalau Mbah Putri sekarang dirawat di rumah Oom Suhar untuk sementara. Papa dan Mama serta adik laki-lakiku juga rencananya ke Pacitan besok. aku cuma bisa nitip buku-buku cerita buat Ulfa. kebayang kan, anak umur 11 tahun harus berminggu-minggu terbaring di tempat tidur, pasti bosan dan rewel setengah mati.
sekarang aku ngerti kenapa dulu Papa dan Mama bersikeras aku nggak boleh belajar naik motor pas SMP, walopun teman-temanku sudah naik motor ke sekolah.
eh, dimana ya, sepeda hitam berkeranjang yang kupakai waktu SMP dulu?
Thursday, June 21, 2007
surreal, but nice
kalo kamu dapat email berisi pertanyaan seperti: kalo lagi demam, mimpimu apa?
apakah kamu akan menjawabnya dengan serius? ataukah kamu akan cepat-cepat menghapus email itu dan mengirimnya ke tempat sampah?
lalu kalau ada orang yang mengirimkan satu lagu berjudul "Rintihan Kunti" dengan lirik seperti ini:
Malam sunyi, ku sendiri
Duduk sepi, di atas pohon
Kubiarkan rambutku terurai
Tanpa kaki, Kelelawar, Anjing
Dan bulan purnama
Menanti kekasihku, yang belum mati
apakah kamu akan meluangkan waktu untuk mendengarkan lagu itu? apakah kamu akan ikut penasaran menanyakan siapa yang menyanyikannya? lalu kalau salah seorang teman yang juga menerima email itu minta supaya suara tawa kuntilanak itu saja yang dipotong untuk ringtone, apakah yang akan kamu lakukan?
dan jika seorang lelaki muda yang istrinya sedang hamil ingin membeli keyboard atau electone supaya istrinya punya kegiatan selama cuti hamil (yaya, kalo jaman dulu kegiatan ibu hamil adalah merajut, menyulam dan menjahit, tapi sekarang sudah tidak lagi), apakah kamu akan meluangkan waktu untuk mencari gambar keyboard yang paling ngetop sekitar 15 tahun yang lalu, terus mengupload lagu demo yang bersejarah itu?
aku yakin banyak diantara kamu akan berpikir, sangatlah nggak penting dan buang-buang waktu jika kita harus membahas kenapa seseorang pegawai di meja sebelah selalu mengambil tissue dari meja seorang pria tanpa permisi, atau bagaimana caranya menyuruh si orang di sebelah itu untuk minta ijin. sama tidak pentingnya dengan membahas perbedaan arah unyeng-unyeng, tinggi jari manis dan jari telunjuk, serta kerapatan garis sidik jari antara seorang homo dan hetero.
bagi kami, semuanya penting dan layak mendapat perhatian.
maka Joan di Jerman mengaku kalau dia sedang demam akan memanggill-manggil Mama dan neneknya. Ia bahkan menceritakan mimpi yang dialami suaminya saat sedang demam, walaupun suaminya tidak ikut menerima email. atau Suster di Jakarta bilang dia dikejar-kejar beruang sampai masuk jurang. hahahaha. sementara Venuz yang takut jarum (aduh Nuz, koen ki wis bujang, gedhe tuwo!) bermimpi dikejar-kejar dokter yang membawa jarum suntik (untuk kuda).
lalu beberapa orang mendownload lagu yang dikirim Oom Ganteng dan Kang Kiridit memotong suara tawa si kuntilanak untuk dijadikan ringtone sms. di Kampung Gajah semua penting. kami terlalu serius dalam bercanda sehingga dengan mudah dituduh terlibat konspirasi, dengan Yahudi, seperti kata si Luzi. karena tampaknya, hanya Yahudi yang bisa bersenang-senang diatas dunia ini.
kami begitu serius hingga tidak lagi memakai perasaan. toh semua hal yang kami tuliskan di dunia maya ini hanyalah teks. tidak ada darah yang ditumpahkan untuk memberinya nyawa. walaupun seringkali agak mengherankan melihat betapa tiap-tiap orang yang tergabung dalam organisasi tanpa bentuk (yang pada masa 90-an hal-hal serupa disinyalir terkait laten komunis) ini menganggap serius pertemanan yang dibangun lewat ketukan pada tuts keyboard, emoticon dan tawa tertahan di hadapan monitor komputer.
maka 15 dari 20 sms yang kuterima saat aku sakit berasal dari sesama warga Kampung Gajah. maka Mama bisa menitipkan lauk pauk padaku lewat Aryo tanpa ongkos kirim, maka aku bisa menikmati satu kardus jajanan beraneka rupa kiriman Mami Mira dari Bandung, mendapat setumpuk DVD dari Jay berisi lagu-lagu yang kupilih, serial Heroes, presentasi An Inconvenient Truth dari Idban, serta berbagai saran kalau mau membeli gaun pesta kebun, membuat kebaya, dan menjelaskan memar-memar tanpa sebab di kedua pahaku.
suatu hari aku tersadar, mereka yang bahkan belum pernah kutemui sebelumnya, mereka yang hanya kutahu nama julukan narsisnya, adalah keluargaku yang lain. yang berhasil membuatku mempercayai (lagi) hal-hal yang sudah nyaris hilang di dunia nyata. niat baik, keramahan, dan kebaikan hati yang tak bersyarat. atau mungkin kami semua sudah gila. sehingga semua ini bisa mungkin.
siapa sih yang mau memenuhi permintaan untuk mendownload dan mengupload ber-album-album lagu dengan begitu saja? kadang malah dia yang dimintai nggak kenal sama benda yang diminta. tak heran, waktu tersiar kabar bahwa Tub akan menjadi fakir bandwith dalam waktu dekat, dunia terasa jadi lebih suram.
karena hal yang tidak bisa dijelaskan ini juga, Markum harus diselamatkan dari tetangga sebelah yang suka minta tissue tanpa permisi. atau Neng Qudsi harus ditemani menggunakan kata 'kamu', atau Jeng Enda dan Pak Narsum harus dibiarkan saling berdebat mengenai asuransi dalam huruf kapital. toh asuransi itu tidak halal karena mengandung asu, kata Rony. dan jangan lupa mematuhi jadual kopdar Bunda Endhoot, karena terbukti EO lain is nothing. tapi kalau mau ketemu Bunjems, bawakan dia sebotol kecap sebelum ia memintanya.
kemudian dari pada itu, Kampung Gajah yang baru saja berusia 3 tahun sekitar seminggu yang lalu, juga memiliki sejumlah anggota dengan kemampuan maha dahsyat. misalnya Koh Fahmi, senior yang telah melewati berbagai tempaan jaman, sejak masa hidupnya dinosaurus sampai saat ini. kemampuannya bertahan dari kepunahan tampaknya ditunjang oleh penguasaan bahasa purba dan kepiawaian mengelola berbagai kepribadian yang ada dalam dirinya. selain itu ada juga Jim yang bisa menembus tembok berapi berapapun tebalnya, juga Heri yang selalu tidak kasat mata. ada pula Jeng Henny yang memiliki pengetahuan nyaris tak terbatas, setara dengan gabungan ensiklopedia dan kamus bikinan Webster, atau Didik yang nggak pernah jelas sedang berada dimana, karena lebih sering nyasar daripada nggaknya. tapi yang paling hebat tentu Deden. dia satu-satunya yang bisa membuat segala sesuatu di sekitarnya melambat. kutukannya akan membuat sambungan internet, adegan dalam film, bahkan hembusan angin, mengurangi kecepatannya.
aku merasa beruntung menjadi bagian dari komunitas tak berbentuk yang penuh kegilaan ini. dan kalau kamu mengernyitkan dahi setelah membaca tulisanku, itu karena ada banyak lelucon internal yang kutuliskan disini. mungkin perlu juga kamu membaca wiki sampai khatam.
oya, buat yang mengharapkan aku membahas Notting Hill, tulisan ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan film itu. aku kan lagi ikut-ikutan Oom Emil posting tentang Kampung Gajah yang abis ulang tahun.
apakah kamu akan menjawabnya dengan serius? ataukah kamu akan cepat-cepat menghapus email itu dan mengirimnya ke tempat sampah?
lalu kalau ada orang yang mengirimkan satu lagu berjudul "Rintihan Kunti" dengan lirik seperti ini:
Malam sunyi, ku sendiri
Duduk sepi, di atas pohon
Kubiarkan rambutku terurai
Tanpa kaki, Kelelawar, Anjing
Dan bulan purnama
Menanti kekasihku, yang belum mati
apakah kamu akan meluangkan waktu untuk mendengarkan lagu itu? apakah kamu akan ikut penasaran menanyakan siapa yang menyanyikannya? lalu kalau salah seorang teman yang juga menerima email itu minta supaya suara tawa kuntilanak itu saja yang dipotong untuk ringtone, apakah yang akan kamu lakukan?
dan jika seorang lelaki muda yang istrinya sedang hamil ingin membeli keyboard atau electone supaya istrinya punya kegiatan selama cuti hamil (yaya, kalo jaman dulu kegiatan ibu hamil adalah merajut, menyulam dan menjahit, tapi sekarang sudah tidak lagi), apakah kamu akan meluangkan waktu untuk mencari gambar keyboard yang paling ngetop sekitar 15 tahun yang lalu, terus mengupload lagu demo yang bersejarah itu?
aku yakin banyak diantara kamu akan berpikir, sangatlah nggak penting dan buang-buang waktu jika kita harus membahas kenapa seseorang pegawai di meja sebelah selalu mengambil tissue dari meja seorang pria tanpa permisi, atau bagaimana caranya menyuruh si orang di sebelah itu untuk minta ijin. sama tidak pentingnya dengan membahas perbedaan arah unyeng-unyeng, tinggi jari manis dan jari telunjuk, serta kerapatan garis sidik jari antara seorang homo dan hetero.
bagi kami, semuanya penting dan layak mendapat perhatian.
maka Joan di Jerman mengaku kalau dia sedang demam akan memanggill-manggil Mama dan neneknya. Ia bahkan menceritakan mimpi yang dialami suaminya saat sedang demam, walaupun suaminya tidak ikut menerima email. atau Suster di Jakarta bilang dia dikejar-kejar beruang sampai masuk jurang. hahahaha. sementara Venuz yang takut jarum (aduh Nuz, koen ki wis bujang, gedhe tuwo!) bermimpi dikejar-kejar dokter yang membawa jarum suntik (untuk kuda).
lalu beberapa orang mendownload lagu yang dikirim Oom Ganteng dan Kang Kiridit memotong suara tawa si kuntilanak untuk dijadikan ringtone sms. di Kampung Gajah semua penting. kami terlalu serius dalam bercanda sehingga dengan mudah dituduh terlibat konspirasi, dengan Yahudi, seperti kata si Luzi. karena tampaknya, hanya Yahudi yang bisa bersenang-senang diatas dunia ini.
kami begitu serius hingga tidak lagi memakai perasaan. toh semua hal yang kami tuliskan di dunia maya ini hanyalah teks. tidak ada darah yang ditumpahkan untuk memberinya nyawa. walaupun seringkali agak mengherankan melihat betapa tiap-tiap orang yang tergabung dalam organisasi tanpa bentuk (yang pada masa 90-an hal-hal serupa disinyalir terkait laten komunis) ini menganggap serius pertemanan yang dibangun lewat ketukan pada tuts keyboard, emoticon dan tawa tertahan di hadapan monitor komputer.
maka 15 dari 20 sms yang kuterima saat aku sakit berasal dari sesama warga Kampung Gajah. maka Mama bisa menitipkan lauk pauk padaku lewat Aryo tanpa ongkos kirim, maka aku bisa menikmati satu kardus jajanan beraneka rupa kiriman Mami Mira dari Bandung, mendapat setumpuk DVD dari Jay berisi lagu-lagu yang kupilih, serial Heroes, presentasi An Inconvenient Truth dari Idban, serta berbagai saran kalau mau membeli gaun pesta kebun, membuat kebaya, dan menjelaskan memar-memar tanpa sebab di kedua pahaku.
suatu hari aku tersadar, mereka yang bahkan belum pernah kutemui sebelumnya, mereka yang hanya kutahu nama julukan narsisnya, adalah keluargaku yang lain. yang berhasil membuatku mempercayai (lagi) hal-hal yang sudah nyaris hilang di dunia nyata. niat baik, keramahan, dan kebaikan hati yang tak bersyarat. atau mungkin kami semua sudah gila. sehingga semua ini bisa mungkin.
siapa sih yang mau memenuhi permintaan untuk mendownload dan mengupload ber-album-album lagu dengan begitu saja? kadang malah dia yang dimintai nggak kenal sama benda yang diminta. tak heran, waktu tersiar kabar bahwa Tub akan menjadi fakir bandwith dalam waktu dekat, dunia terasa jadi lebih suram.
karena hal yang tidak bisa dijelaskan ini juga, Markum harus diselamatkan dari tetangga sebelah yang suka minta tissue tanpa permisi. atau Neng Qudsi harus ditemani menggunakan kata 'kamu', atau Jeng Enda dan Pak Narsum harus dibiarkan saling berdebat mengenai asuransi dalam huruf kapital. toh asuransi itu tidak halal karena mengandung asu, kata Rony. dan jangan lupa mematuhi jadual kopdar Bunda Endhoot, karena terbukti EO lain is nothing. tapi kalau mau ketemu Bunjems, bawakan dia sebotol kecap sebelum ia memintanya.
kemudian dari pada itu, Kampung Gajah yang baru saja berusia 3 tahun sekitar seminggu yang lalu, juga memiliki sejumlah anggota dengan kemampuan maha dahsyat. misalnya Koh Fahmi, senior yang telah melewati berbagai tempaan jaman, sejak masa hidupnya dinosaurus sampai saat ini. kemampuannya bertahan dari kepunahan tampaknya ditunjang oleh penguasaan bahasa purba dan kepiawaian mengelola berbagai kepribadian yang ada dalam dirinya. selain itu ada juga Jim yang bisa menembus tembok berapi berapapun tebalnya, juga Heri yang selalu tidak kasat mata. ada pula Jeng Henny yang memiliki pengetahuan nyaris tak terbatas, setara dengan gabungan ensiklopedia dan kamus bikinan Webster, atau Didik yang nggak pernah jelas sedang berada dimana, karena lebih sering nyasar daripada nggaknya. tapi yang paling hebat tentu Deden. dia satu-satunya yang bisa membuat segala sesuatu di sekitarnya melambat. kutukannya akan membuat sambungan internet, adegan dalam film, bahkan hembusan angin, mengurangi kecepatannya.
aku merasa beruntung menjadi bagian dari komunitas tak berbentuk yang penuh kegilaan ini. dan kalau kamu mengernyitkan dahi setelah membaca tulisanku, itu karena ada banyak lelucon internal yang kutuliskan disini. mungkin perlu juga kamu membaca wiki sampai khatam.
oya, buat yang mengharapkan aku membahas Notting Hill, tulisan ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan film itu. aku kan lagi ikut-ikutan Oom Emil posting tentang Kampung Gajah yang abis ulang tahun.
Wednesday, June 20, 2007
aduh, film ini...
tadi malem aku nonton My Best Friend's Wedding di Trans7. film sedih yang dibintangi oleh Julia Roberts, Cameron Diaz dan satu cowok yang entahlah, aku juga sudah lupa siapa namanya. aku sudah pernah menontonnya dulu dan film itu sedih sekali deh. sebenarnya aku nggak suka film sedih, dan biasanya kalo aku menonton ulang satu film sedih, aku sering berharap kalau jalan ceritanya akan berubah jadi lebih menggembirakan. walopun aku tau itu nggak mungkin. jangan heran, otakku kadang-kadang emang suka absurd.
tapi sebelumnya...
*injek-injek Trans7 yang muter film ini disaat pikiran dan perasaanku sedang kacau*
sedikit banyak aku bisa membayangkan bagaimana perasaan Julia Roberts dalam film itu. mencintai orang itu kan seringkali bikin otak kita nggak bisa bekerja secara normal. ada kegilaan-kegilaan yang hidup dan menjalar dalam kepala kita, seperti tanaman liar. menghisap sel-sel otak yang masih bisa berfungsi dengan baik dan menggerogoti kewarasan kita dari dalam. perhatikan aja lirik-lirik dalam berbagai lagu cinta yang sudah ditulis orang beberapa ratus tahun terakhir. pendeknya, yang jatuh cinta dan mencintai itu bisa merubah yang nggak mungkin jadi mungkin, deh.
you do all the crazy things that you can't explain, kata Bryan Adams sambil mendesah...
makanya kalau Julia Roberts dalam film itu jadi melakukan hal-hal yang tidak sebaiknya dia lakukan itu lebih karena dorongan perasaan. memang sih, itu nggak bisa dibenarkan. tapi bisa dipahami. trus waktu Julia Roberts mengaku sama Cameron Diaz di kamar ganti wanita kalo dia kalah karena si cowok cakep itu lebih memilih Cameron daripada dia, itu adalah adegan yang paling bikin sedih. aku seperti bisa melihat sebuah tembok batu bata yang rubuh dalam waktu singkat. batu-batu batanya berhamburan secara tiba-tiba.
jadi, kalau nanti tidak terjadi apa-apa diantara kita, tolong jangan tempatkan aku dalam posisi tokoh yang dimainkan Julia Roberts karena aku pasti nggak akan tahan.
anyway, kalo cuma homok sebagai pengganti dan penghibur lara dalam duka, aku punya stok sekampung banyaknya.
tapi sebelumnya...
*injek-injek Trans7 yang muter film ini disaat pikiran dan perasaanku sedang kacau*
sedikit banyak aku bisa membayangkan bagaimana perasaan Julia Roberts dalam film itu. mencintai orang itu kan seringkali bikin otak kita nggak bisa bekerja secara normal. ada kegilaan-kegilaan yang hidup dan menjalar dalam kepala kita, seperti tanaman liar. menghisap sel-sel otak yang masih bisa berfungsi dengan baik dan menggerogoti kewarasan kita dari dalam. perhatikan aja lirik-lirik dalam berbagai lagu cinta yang sudah ditulis orang beberapa ratus tahun terakhir. pendeknya, yang jatuh cinta dan mencintai itu bisa merubah yang nggak mungkin jadi mungkin, deh.
you do all the crazy things that you can't explain, kata Bryan Adams sambil mendesah...
makanya kalau Julia Roberts dalam film itu jadi melakukan hal-hal yang tidak sebaiknya dia lakukan itu lebih karena dorongan perasaan. memang sih, itu nggak bisa dibenarkan. tapi bisa dipahami. trus waktu Julia Roberts mengaku sama Cameron Diaz di kamar ganti wanita kalo dia kalah karena si cowok cakep itu lebih memilih Cameron daripada dia, itu adalah adegan yang paling bikin sedih. aku seperti bisa melihat sebuah tembok batu bata yang rubuh dalam waktu singkat. batu-batu batanya berhamburan secara tiba-tiba.
jadi, kalau nanti tidak terjadi apa-apa diantara kita, tolong jangan tempatkan aku dalam posisi tokoh yang dimainkan Julia Roberts karena aku pasti nggak akan tahan.
anyway, kalo cuma homok sebagai pengganti dan penghibur lara dalam duka, aku punya stok sekampung banyaknya.
Sunday, June 10, 2007
junkie
berikut ini adalah beberapa alasan mengapa aku memutuskan untuk tidak mencoba drugs, atau mendaftar jadi pecandu:
pertama, aku gampang sayang sama orang lain. apalagi kalo ganteng dan gondrong. kalo ada pengedar yang cakep, nanti salah-salah aku malah beli drugs dari dia satu setengah kali lipat harga yang seharusnya. makin cepat miskin lah aku.
kedua, sejak duluuuu sampai sekarang, duitku pas-pasan. bisa makan dan bayar kos tiap bulan aja udah bagus banget deh. jadi memang nggak ada disposable income buat drugs. tapi mungkin kalau cicilan motor udah beres, dan nggak perlu keluar banyak uang untuk obat jerawat... bisa clubbing lebih sering. hehehe...
aku gampang banget kecanduan. makan dua kali di Mangga Madu, langsung kecanduan makan disana terus hampir tiap hari selama sebulan. makan pepesnya Mbak Siti, seminggu makan pepes terus. join Kampung Gajah sebentar aja ... udah kecanduan, ini udah dua tahun nggak bisa ngilanginnya.
terus, aku juga parah dalam membaca peta, menghapal jalan dan berhitung. pasti akan ada banyak masalah dengan nyasar, ketangkap waktu razia, dan salah menghitung dosis obat yang harusnya dikonsumsi, karena pake ukuran gram, dan harus dicampur-campur. hihihihi...
tulisan ini aku buat karena tadi pagi liat ibu Ani Yudhoyono mengepalkan tangan di iklan kampanye anti narkoba. "Hentikan sekarang juga!"
pertama, aku gampang sayang sama orang lain. apalagi kalo ganteng dan gondrong. kalo ada pengedar yang cakep, nanti salah-salah aku malah beli drugs dari dia satu setengah kali lipat harga yang seharusnya. makin cepat miskin lah aku.
kedua, sejak duluuuu sampai sekarang, duitku pas-pasan. bisa makan dan bayar kos tiap bulan aja udah bagus banget deh. jadi memang nggak ada disposable income buat drugs. tapi mungkin kalau cicilan motor udah beres, dan nggak perlu keluar banyak uang untuk obat jerawat... bisa clubbing lebih sering. hehehe...
aku gampang banget kecanduan. makan dua kali di Mangga Madu, langsung kecanduan makan disana terus hampir tiap hari selama sebulan. makan pepesnya Mbak Siti, seminggu makan pepes terus. join Kampung Gajah sebentar aja ... udah kecanduan, ini udah dua tahun nggak bisa ngilanginnya.
terus, aku juga parah dalam membaca peta, menghapal jalan dan berhitung. pasti akan ada banyak masalah dengan nyasar, ketangkap waktu razia, dan salah menghitung dosis obat yang harusnya dikonsumsi, karena pake ukuran gram, dan harus dicampur-campur. hihihihi...
tulisan ini aku buat karena tadi pagi liat ibu Ani Yudhoyono mengepalkan tangan di iklan kampanye anti narkoba. "Hentikan sekarang juga!"
Saturday, June 09, 2007
lagi
kamu pulang ke Bali.
dan aku bisa melihat matamu yang berwarna cokelat lagi.
dan aku bisa melihatmu tersenyum padaku lagi
dan aku bisa mendengar suaramu yang halus dan ramah lagi.
dan aku bisa menoleh untuk melihat garis wajahmu, ketika kita duduk bersisian sambil berbincang-bincang. lagi.
aku sangat senang mendapatimu kembali
tapi hanya bosku yang bisa menyatakannya dengan tepat.
"nah... setelah potong rambut, kamu keliatan cakep lagi"
dan aku bisa melihat matamu yang berwarna cokelat lagi.
dan aku bisa melihatmu tersenyum padaku lagi
dan aku bisa mendengar suaramu yang halus dan ramah lagi.
dan aku bisa menoleh untuk melihat garis wajahmu, ketika kita duduk bersisian sambil berbincang-bincang. lagi.
aku sangat senang mendapatimu kembali
tapi hanya bosku yang bisa menyatakannya dengan tepat.
"nah... setelah potong rambut, kamu keliatan cakep lagi"
Subscribe to:
Posts (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...