kehidupan di kota ini terpusat di mal dan mal terpusat di distrik bisnis dan sekitarnya. di mal yang berbeda-beda kita melihat toko-toko yang sejenis. merek dan gerai yang sama dipajang di berbagai tempat, seolah-olah sekedar di-copy-paste dari satu bangunan ke bangunan yang lain.
Plasa Senayan dan Senayan City yang berseberangan, ditambah FX. Grand Indonesia dan Plasa Indonesia yang bersebelahan, masih ditambah EX. lalu agak jalan sedikit ada Sarinah. di dekatnya juga ada Thamrin City. di seputar Kelapa Gading ada Mall of Indonesia, La Piazza, Mall Artha Gading dan Mal Kelapa Gading I, II, III dan V. ada pula Mal Puri Indah, Mal Taman Anggrek dan Central Park yang semuanya terletak di Jakarta Barat. belum lagi ditambah dengan Setiabudi One, Epicentrum Walk Rasuna, Pejaten Village, Pondok Indah Mal I, II dan II yang sebentar lagi berdiri, Blok M Mall, Mal Ambassador, Pacific Place dan Citos atau Cilandak Town Square. masih ada lagi Gandaria City dan City Walk Sudirman.
padahal daftar itu baru untuk tempat yang besar-besar, yang menyebut diri Mal. aku belum bicara soal ITC dan pusat perbelanjaan lainnya. dalam daftar wikipedia, semuanya berjumlah 88 buah.
dan karenanya, di mal kita juga menemukan binatu, kantor pos, bank, dan loket membayar pajak. maka mal juga harus agresif. tidak hanya menyediakan tampilan yang mewah dan berkesan modern, para pengelola juga memembawa suasana dan nuansa tradisional (bahkan pinggiran jalan) ke dalam mal. dan karenanya, mal mau tak mau jadi tujuan bagi mereka yang ingin merasakan masakan khas atau tradisional dari berbagai daerah.
promosi produk diadakan di mal. fashion show, bazaar makanan, acara pengumpulan dana, festival, acara musik, pemutaran film, peluncuran buku, sampai bakti sosial juga diselenggarakan di mal.
selain pusat kegiatan, mal juga jadi tujuan berlibur saat akhir pekan, dan dalam beberapa kasus, jadi tempat tujuan wisata. kemana sanak saudara yang sedang berkunjung ke jakarta dibawa berjalan-jalan? mal.
sampai akhirnya, para penduduk jakarta tidak punya ide lain untuk berwisata, saat mereka pergi ke kota lain. karena di bali dan bandung, mereka yang meenuhi mal adalah orang-orang jakarta.
dan di jakarta, orang akan berpikir lama kalau ditanya "di mana kita bisa ketemu dan ngobrol?" atau "di mana kita bisa bikin acara di ruang terbuka?" atau "kita mau jalan-jalan ke mana?" kalau dalam pertanyaan-pertanyaan itu ditambahkan variabel 'yang bukan mal'