salah satu hal penting yang kulakukan tahun ini, yang pasti akan membuat nenekku bangga adalah berlatih membuat masakan Thai. bukan, bukan karena nenekku keturunan raja Bhumibol. bukan juga karena beliau sangat gemar masakan Thailand. aku malah sangsi apa ada masakan Thai yang pernah mampir ke piring beliau.
sebabnya karena buat beliau, perempuan yang nggak bisa masak itu adalah kesalahan sejarah yang harus dihapuskan. jauh di dalam hatinya, mungkin beliau agak-agak khawatir dan menduga bahwa penyebab cucunya yang cantik ini masih belum menikah di usia 28 tahun adalah karena kekurangan kemampuan dalam hal masak-memasak, sesuatu yang diramalkannya akan membuat seorang perempuan 'dibuang ke tempat sampah' oleh mertuanya.
jangan kuatir, nenekku sayang...
nah, waktu aku menemukan buku tebal bergambar berwarna yang judulnya Thai, The Essence of Asian Cooking, aku segera mempelajari bahan-bahannya dengan seksama. membaca apa itu fish sauce, apa gunanya oyster sauce, bedanya light soy sauce dengan sweet soy sauce, berapa macam vinegar yang dipakai, termasuk berbagai jenis curry paste. aku juga baru tahu kalau ada yang namanya magic paste, dan bahwa wijen itu ada dua macam, putih seperti yang biasa kukenal, dan hitam. penjelasan bahan dan teknik memasaknya aja 67 halaman.
aku mulai mencoba-coba berbagai resep secara intensif dalam dua bulan terakhir ini. dan dengan bangga kuumumkan bahwa yang telah mencoba masakanku, berdasarkan resep-resep dalam buku itu, sampai hari ini masih hidup dan berada dalam keadaan sehat wal afiat.
*grinning*
the problem is, sebulan terakhir ini aku mulai merasakan kebutuhan yang mendesak akan wajan anti lengket. seiring dengan makin rumitnya urusan goreng menggoreng, wajan alumuniumku di kos jadi tampak nggak memadai lagi. seringkali masakanku udah terlalu gelap bagian luarnya, sementara bagian dalam masih berair, terlalu cepat panas, atau terlalu lengket sampai masakan tinggal dua per tiga porsi karena yang sepertiga ketinggalan di wajannya, adalah masalah-masalah yang semakin sering aku alami setelah sekian resep aku coba.
maka aku membelinya!
setelah berkali-kali mengecek satu demi satu model dan ukuran wajan di supermarket, seperti orang mau membeli senjata andalan. mengambilnya dari gantungan, merasakannya di tangan, membolak-baliknya, mengecek apakah wajan ini cukup handy? cukup ringan? nggak terlalu besar? harganya nggak keterlaluan? well, aku juga baru tahu kalau ada wajan berdiameter 24 cm yang harganya 300 ribu lebih. dua wajan bisa dipakai untuk beli memori macbook 1G.
aku seperti Midori di Norwegian Wood.
dua hari ini, rasanya aku nggak bisa berhenti nyobain wajan baru.
mulai dari buat menggoreng bacem yang agak tricky karena mudah sekali gosong gara-gara kandungan gula-nya yang tinggi, tempe dan segala yang bergoreng tepung, telur dadar yang super tipis, omelet dengan isi yang biasanya jadi lengket sana-sini. oh! semuanya serba nggak lengket dan bisa menghiasi piringku dengan permukaan halus, rata dan licin. gaya sekali, masakanku jadi keren!
wah, penemu teflon ini harus punya villa khusus di surga.
dan kini aku, dengan wajanku, siap menghadapi dunia.
*berpose menghunus wajan teflon*
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Monday, October 27, 2008
Tuesday, October 21, 2008
ini adalah reminder
dari Butet Manurung aku tahu kalau airport tax di Bandara Sultan Thaha di Jambi adalah Rp 8000 waktu mengumpulkan bukti-bukti perjalanannya. dan aku jadi makin kagum setelah mengetahui kalau untuk keluar dari hutan tempatnya bekerja bersama Orang Rimba, setelah berjalan kaki berjam-jam Butet harus naik ojek cukup jauh, lalu naik travel lebih jauh lagi sebelum sampai ke bandara. Butet yang manis dan pembawaannya tenang ini benar-benar luar biasa.
Butet, adalah salah satu penulis Indonesia yang diundang dalam Ubud Writers and Readers Festival 2008. dan ia juga salah seorang yang setiap hari, minimal dua kali sehari, akan menerima sms-ku yang diawali dengan Ini adalah reminder. kata-kata berikutnya bisa apa aja. mulai dari sesi yang sebaiknya dihadiri, acara khusus yang mengundang beberapa penulis tertentu, sesi tambahan yang jadualnya berbeda dengan yang ada di buku program, dan lain sebagainya.
tugasku sebagai LO penulis Indonesia sebenarnya lebih seperti bergerak dari balik layar, kalo nggak bisa disebut kalong, karena mereka baru akan bertemu denganku setelah malam tiba, paling nggak setelah jam 6 sore. aku biasanya ikut serta di acara peluncuran buku, acara gratis untuk masyarakat, atau special events, karena jam-jam sesi utama terjadi saat jam kantor, yang tidak bisa kutinggalkan.
agak sayang sebenarnya, karena misalnya, aku jadi hanya menyaksikan hanya satu sesi-nya Guntur yang selalu penuh dipadati peminat dan kabarnya sempat berisi insiden soal penerjemahan yang membuat beberapa orang tersinggung berat. ah, aku kelewatan drama-drama yang seru begitu (maklum ya, yang aku tonton di TV cuma infotainment. kalau ingat)
pada hari pertama, dalam listku sebenarnya hanya ada 4 penulis saja. aku ketemu mereka secara singkat, tukeran nomor hp, lalu berpisah lagi dan sejak itu terhubung lewat sms dan telepon. tapi sejak hari pertama itu, sedikit demi sedikit daftarku berkembang. memasuki hari ke-3, aku sudah menjadi penghubung antara nyaris seluruh penulis Indonesia dengan manajer program Indonesia.
sejak itu, jempolku semakin miring karena kebanyakan mengetik sms. lalu mas Triyanto Triwikromo bisa berkomentar "smsmu selalu dimulai dengan 'ini adalah reminder'...".
tapi nggak sia-sia juga jempol miring ini. aku jadi tahu siapa saja yang akan datang memenuhi undangan dan jadual dan siapa saja yang berhalangan, seperti Reda Gaudiamo yang tiba-tiba mengalami masalah pencernaan, lalu harus istirahat setengah hari dan dengan terpaksa melewatkan Street Carnival di Jalan Gootama.
penting, karena dengan mengetahui siapa yang berhalangan, aku lantas bisa mengalokasikan penulsi lain untuk mengisi kekosongan itu. juga penting buat penulis karena mereka bisa mengirim pesan SOS jika sewaktu-waktu memerlukan sesuatu, mulai dari transportasi yang agak-agak susah diatur rapi karena di Ubud nyaris nihil transportasi umum, salah jalan dan keterusan seperti yang dialami Lily Farid waktu mencari SMP Ubud, atau saat Ayu Utami kesulitan menemukan tempat membeli oleh-oleh, sampai seruan untuk pertolongan pertama pada kesepian dan kebuntuan komunikasi.
seperti terjadi pada acara khusus In Praise of Wine and Women.
"apa nggak ada volunteer atau siapa yang bisa menemaniku? aku tenggelam dalam lautan orang asing" kata Dino Umahuk, penyair romantis-gombal (bisa juga disebut lebai) asal Ambon yang sekarang tinggal di Aceh, lewat sms. "aku mau menemanimu, tapi aku belum mandi" jawabku sebelum datang bersama tim SAR ke Casa Luna dua puluh menit kemudian.
agak mirip dengan kecemasannya tentang 'bagaimana cara pulang ke Ubud' waktu seharian berada di Denpasar untuk mempersiapkan acara pembacaan karya oleh Landung Simatupang di hadapan anak-anak SMU, dimana Dino harus menyanyikan musikalisasi puisinya. lagu yang kemudian mendadak jadi hits di kalangan penulis Indonesia, dan para penggembiranya.
Lagu doti-doti!
sejak itu, kami seperti menemukan bakat terpendam. para siswa SMU yang manis-manis merubungnya untuk berfoto bersama dan memintanya menandatangani antologi sastra UWRF. maka ia yang berangkat ke Ubud sebagai penyair, pulang ke Aceh dengan kemungkinan menjadi biduan, setidaknya kalau Linda Christanty jadi memproduseri-nya.
nah, waktu acara Street Carnival, secara tak sengaja, kupasangkan dia dengan Iyut Fitra, yang ternyata bisa menjadi tandem duet mautnya. kita bisa menyebutnya Fitra-Umahuk, seperti Abbot-Costello, atau Muller+Hess, atau bahkan Glenn Fredly-Dewi Persik (coba ketik 'duet maut ' di google). yang satu memainkan lagu sendu pada gitar, yang satu lagi berdiri membacakan puisi, baik itu puisinya sendiri, maupun puisi pasangan duetnya yang sedang menyanyi. pertunjukan ini ternyata digemari banyak orang. seluruh isi Jalan Gootama tumpah ruah ketika pertunjukan ini diteruskan, sampai akhirnya dihentikan.
hingga malam terakhir, ketika satu demi satu mereka mengkonfirmasi jadual penerbangan untuk meninggalkan Bali, aku masih dikirimi dan mengirim berbagai jenis sms dan menelepon kesana kemari. sampai lewat tengah malam dan dini hari menjelang waktu mereka mulai berpamitan. selamat jalan Mashuri, Faizi, kang Ahmad Tohari, Azhari, Dyah Merta, dan Andrea Hirata. terima kasih banyak, I'm having a great time!
Butet, adalah salah satu penulis Indonesia yang diundang dalam Ubud Writers and Readers Festival 2008. dan ia juga salah seorang yang setiap hari, minimal dua kali sehari, akan menerima sms-ku yang diawali dengan Ini adalah reminder. kata-kata berikutnya bisa apa aja. mulai dari sesi yang sebaiknya dihadiri, acara khusus yang mengundang beberapa penulis tertentu, sesi tambahan yang jadualnya berbeda dengan yang ada di buku program, dan lain sebagainya.
tugasku sebagai LO penulis Indonesia sebenarnya lebih seperti bergerak dari balik layar, kalo nggak bisa disebut kalong, karena mereka baru akan bertemu denganku setelah malam tiba, paling nggak setelah jam 6 sore. aku biasanya ikut serta di acara peluncuran buku, acara gratis untuk masyarakat, atau special events, karena jam-jam sesi utama terjadi saat jam kantor, yang tidak bisa kutinggalkan.
agak sayang sebenarnya, karena misalnya, aku jadi hanya menyaksikan hanya satu sesi-nya Guntur yang selalu penuh dipadati peminat dan kabarnya sempat berisi insiden soal penerjemahan yang membuat beberapa orang tersinggung berat. ah, aku kelewatan drama-drama yang seru begitu (maklum ya, yang aku tonton di TV cuma infotainment. kalau ingat)
pada hari pertama, dalam listku sebenarnya hanya ada 4 penulis saja. aku ketemu mereka secara singkat, tukeran nomor hp, lalu berpisah lagi dan sejak itu terhubung lewat sms dan telepon. tapi sejak hari pertama itu, sedikit demi sedikit daftarku berkembang. memasuki hari ke-3, aku sudah menjadi penghubung antara nyaris seluruh penulis Indonesia dengan manajer program Indonesia.
sejak itu, jempolku semakin miring karena kebanyakan mengetik sms. lalu mas Triyanto Triwikromo bisa berkomentar "smsmu selalu dimulai dengan 'ini adalah reminder'...".
tapi nggak sia-sia juga jempol miring ini. aku jadi tahu siapa saja yang akan datang memenuhi undangan dan jadual dan siapa saja yang berhalangan, seperti Reda Gaudiamo yang tiba-tiba mengalami masalah pencernaan, lalu harus istirahat setengah hari dan dengan terpaksa melewatkan Street Carnival di Jalan Gootama.
penting, karena dengan mengetahui siapa yang berhalangan, aku lantas bisa mengalokasikan penulsi lain untuk mengisi kekosongan itu. juga penting buat penulis karena mereka bisa mengirim pesan SOS jika sewaktu-waktu memerlukan sesuatu, mulai dari transportasi yang agak-agak susah diatur rapi karena di Ubud nyaris nihil transportasi umum, salah jalan dan keterusan seperti yang dialami Lily Farid waktu mencari SMP Ubud, atau saat Ayu Utami kesulitan menemukan tempat membeli oleh-oleh, sampai seruan untuk pertolongan pertama pada kesepian dan kebuntuan komunikasi.
seperti terjadi pada acara khusus In Praise of Wine and Women.
"apa nggak ada volunteer atau siapa yang bisa menemaniku? aku tenggelam dalam lautan orang asing" kata Dino Umahuk, penyair romantis-gombal (bisa juga disebut lebai) asal Ambon yang sekarang tinggal di Aceh, lewat sms. "aku mau menemanimu, tapi aku belum mandi" jawabku sebelum datang bersama tim SAR ke Casa Luna dua puluh menit kemudian.
agak mirip dengan kecemasannya tentang 'bagaimana cara pulang ke Ubud' waktu seharian berada di Denpasar untuk mempersiapkan acara pembacaan karya oleh Landung Simatupang di hadapan anak-anak SMU, dimana Dino harus menyanyikan musikalisasi puisinya. lagu yang kemudian mendadak jadi hits di kalangan penulis Indonesia, dan para penggembiranya.
Lagu doti-doti!
sejak itu, kami seperti menemukan bakat terpendam. para siswa SMU yang manis-manis merubungnya untuk berfoto bersama dan memintanya menandatangani antologi sastra UWRF. maka ia yang berangkat ke Ubud sebagai penyair, pulang ke Aceh dengan kemungkinan menjadi biduan, setidaknya kalau Linda Christanty jadi memproduseri-nya.
nah, waktu acara Street Carnival, secara tak sengaja, kupasangkan dia dengan Iyut Fitra, yang ternyata bisa menjadi tandem duet mautnya. kita bisa menyebutnya Fitra-Umahuk, seperti Abbot-Costello, atau Muller+Hess, atau bahkan Glenn Fredly-Dewi Persik (coba ketik 'duet maut ' di google). yang satu memainkan lagu sendu pada gitar, yang satu lagi berdiri membacakan puisi, baik itu puisinya sendiri, maupun puisi pasangan duetnya yang sedang menyanyi. pertunjukan ini ternyata digemari banyak orang. seluruh isi Jalan Gootama tumpah ruah ketika pertunjukan ini diteruskan, sampai akhirnya dihentikan.
hingga malam terakhir, ketika satu demi satu mereka mengkonfirmasi jadual penerbangan untuk meninggalkan Bali, aku masih dikirimi dan mengirim berbagai jenis sms dan menelepon kesana kemari. sampai lewat tengah malam dan dini hari menjelang waktu mereka mulai berpamitan. selamat jalan Mashuri, Faizi, kang Ahmad Tohari, Azhari, Dyah Merta, dan Andrea Hirata. terima kasih banyak, I'm having a great time!
Tuesday, October 14, 2008
Thursday, September 25, 2008
House and I
Dr. Gregory House adalah pahlawan baruku. dia yang berjalan terseok-seok dengan tongkat, yang bermata biru, berusia setengah baya, jarang bercukur dan menolak memakai jas putih serta bersikeras memakai sneakers, jeans dan kaos oblong adalah sosok yang sekarang kupuja dan mengisi relung hatiku. *duduk manis di pojokan buat fans Hugh Laurie bareng sama Henny*
aku nggak papa deh, biar dibilang aneh juga. tapi cowok yang sarkastik, nggak peka apakah jawabannya bikin orang lain sakit hati ato nggak, yang dengan segala cara berusaha menguras emosi lawan bicaranya -memojokkannya tanpa ampun sekaligus seenaknya ini... buatku tampak sexy. dalam banyak hal, aku pikir House ini sangat menarik. mungkin Allison Cameron adalah jenis perempuan yang sama dengan aku, makanya dia nekat tetap mencintai House, sementara yang ditaksir, walopun tau, tampak acuh tak acuh dan nggak memberi ruang buat Cameron untuk mendekat.
"...you look for excuses to be alone" gitu kata Boyd, salah satu pasien yang diselamatkan House tentang dokter yang nyentrik ini.
selain sexy, aku pikir House ini juga cerdas (jelas aja, dia memecahkan kasus-kasus penyakit yang udah bikin dokter-dokter lain nyerah), witty (ini aku nggak nemu padanan bahasa Indonesia-nya), sekaligus lucu! aku sering banget ketawa sendiri di depan TV gara-gara ngeliat caranya dia menjawab Lisa Cuddy, bos yang seringkali kehilangan sabar dan angkat tangan ngeliat kebandelan House plus kedewasaannya yang berhenti di umur 17 tahun.
joke-joke rasis yang dia lontarkan pada Eric Foreman juga harus diakui kocak-bandel sekaligus. yang bikin scriptwriter emang hebat, sih. misalnya di satu episode yang House merebut spidol yang dipakai Foreman menulis di papan (peran yang biasanya diambil oleh House) sambil bilang sama Foreman:
"Sorry, there's a reason they call it the Whiteboard. It's not my rule."
dan waktu Chase maupun Cameron nggak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan House, sementara Foreman punya jawaban, dengan lantang Foreman bilang sama House:
"OK, we can all stare at each other or we can investigate what caused the heart failure. Just the heart failure. You wanna give me that Black marker?"
kocak, kan?!
tapi, dibalik semua keserampangannya dan pemberontakannya yang sering bikin kepala geleng-geleng (seriously, kalo aku harus jadi pasiennya, aku mendingan nggak banyak ngelawan, tapi langsung menjawab semua pertanyaannya dengan jujur), Gregory House sebenarnya sangat perhatian, sensitif, sekaligus teman yang sangat menjaga perasaan. dia hanya jadi manipulatif untuk hal-hal yang berhubungan dengan usaha memecahkan misteri penyakit pasien, menyelamatkan nyawa dan mendapatkan tambahan Vicodin. dia seperti sanggup melakukan apa saja asal tujuan itu tercapai.
tentang Vicodin ini, sebabnya nggak lain adalah nyeri menahun yang dia alami, yang kalau tidak segera diatasi dengan painkiller akan bikin dia nggak bisa berfungsi dengan baik.
hanya sedikit orang yang bisa melihat sisi lain dirinya ini, maka tak heran masih ada James Wilson, kepala departemen Oncology, satu-satunya sahabat House. terlepas dari kebiasaan House meminjam uang, bikin Wilson repot untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang dibikin House dan mengambil makanan Wilson tanpa ijin, House yang paling paham kesusahan Wilson saat menghadapi perpisahan dengan istrinya. etapi jangan bayangin mereka curhat-curhatan berdua, tangis-tangisan nonton film drama sambil makan es krim loh, yaaa...
ini dua cowok yang seperti nggak ngaku kalo mereka sering curhat-curhatan satu sama lain. padahal tiap episode mereka curhat dan gosip terus!
House juga satu-satunya yang tahu usaha Cuddy untuk punya anak. dia nggak membocorkannya pada orang lain, dan nggak mengejek Cuddy tentang itu, sampai insiden ketika seorang inspektur polisi menekan Wilson dan tiga orang anggota tim departemen Diagnostic.
Cuddy bilang ke Wilson "I've seen House be rude a thousand times, usually to achieve something. I have never seen him be mean just because he can."
dan waktu Wilson nanya apa yang sebenarnya terjadi, karena dia nggak pernah liat Cuddy sampai nangis-nangis darah begitu, Cuddy bilang...
"People think House has no— inner censor. The fact is he holds himself back, because when he wants to hurt. He knows just where to poke a sharp stick."
House juga yang tau tentang penyakit ayah Robert Chase yang sudah sangat parah. dia juga yang mengetahui kekalutan hati Chase waktu ayahnya meninggal, sampai waktu Chase harus bekerja di waktu liburan karena kekurangan uang dan dia dicoret dari daftar warisan ayahnya.
House yang berusaha membuat Cameron lebih 'dingin', supaya dia tidak mudah disakiti orang-orang yang cenderung kejam dan mau menang sendiri. House juga yang menyadarkan Foreman akan kekurangan yang harus dia tutupi setelah ia bangun dari koma akibat tertular penyakit yang diderita seorang polisi yang menanam ganja di rumahnya.
tak heran, Foreman bilang
"he's the best doctor I've ever worked with"
Saturday, August 30, 2008
mutantmonkey
alkisah, setelah sekian tahun baru berlalu, dua sejoli ini akhirnya datang juga ke Bali, dalam sebuah acara wisata berdua yang katanya 'secon honeymoon'. karena sebelum datangnya udah heboh dulu, jadilah aku setuju mengantar mereka jalan-jalan keliling Ubud. untung aku masih boleh ikut foto-foto. makanya nggak terlalu terasa jadi obat nyamuk.
keliatan nggak kalo sebenarnya aku sama Tub kayak janjian pake baju yang warnanya sama, supaya Blub bisa jadi 'wanita lain' ditengah-tengah kami berdua?
berhubung hari itu adalah sehari sebelum Galungan, maka nasi ayam kedewatan tutup, dan aku nggak jadi bisa ngajakin mereka makan disana. we ended up eating at Nuri's. lalu setelah itu foto-foto di sekitar Pura Gunung Lebah, terus sempat juga nyari lulur Sekar Jagat, dan ke Kakiang makan mango tart.
yang ini, foto di area dekat Pura Gunung Lebah. tentu, aku sebenarnya lebih tertarik sama sungai dan rimbunan tanamannya, daripada sama dua orang yang jadi foreground ini. herannya, kameraku lebih suka kalo fokusnya jatuh di hidung Blub. jadi ya, apa boleh buat.
nah, waktu aku nganterin mereka ke Monkey Forest, suasana mendadak jadi seru. beberapa monyet mendekati kami. dua diantaranya jalan ke arahku. yang satu memeluk kaki kananku... berusaha memanjat kakiku. sementara yang satunya lagi, yang agak lebih gede, peluk-peluk betis kanan.
"hmmm... kenapa sayang? cari mama? itu tuh... mama yang pake baju kuning dan berkacamata"
bad joke. karena si monyet di kaki kanan tiba-tiba menggigitku. terasa perih dan sakitnya kayak abis teriris pisau.
aku lantas mendatangi penjaga dan mengatakan kalau aku digigit monyet asuhannya. dengan ketenangan yang luar biasa, si penjaga memintaku menunjukkan bekas gigitan monyet itu, dan lantas berkomentar "oh... itu nggak papa. kalo berdarah, baru dikasih antiseptik"
karena dia kalem-kalem aja, aku juga jadi ikutan tenang kan, ya. biar bagaimanapun, kan si penjaga itu lebih berpengalaman. termasuk dalam soal gigitan monyet.
tapi dokter yang memeriksaku keesokan harinya, sama sekali nggak setuju. dia menjelaskan panjang lebar bagaimana gigi binatang itu seperti kebun binatang, tempat segala kuman dan bakteri merajalela. dia juga menjelaskan kemungkinan tetanus dan rabies. aku langsung diem. dan tetep diem lama sampe disuruh pulang setelah luka gigitan itu dibersihkan. di Monkey Forest nggak pernah ada kasus rabies, katanya.
sudah 11 hari berlalu sejak gigitan itu terjadi. bekasnya di betisku sudah hilang. awalnya, aku pikir aku akan jadi mutan, supermonkey atau wonder primata. ternyata sampai hari ini aku masih belum mengalami pertambahan populasi bulu yang terlebihan. aku cuma sering ngerasa pengen memanjat pohon kelapa.
tapi aku masih harus bersabar dan melihat apa yang akan terjadi 17 hari dari sekarang.
we wouldn't know before 28 days after.
berhubung hari itu adalah sehari sebelum Galungan, maka nasi ayam kedewatan tutup, dan aku nggak jadi bisa ngajakin mereka makan disana. we ended up eating at Nuri's. lalu setelah itu foto-foto di sekitar Pura Gunung Lebah, terus sempat juga nyari lulur Sekar Jagat, dan ke Kakiang makan mango tart.
yang ini, foto di area dekat Pura Gunung Lebah. tentu, aku sebenarnya lebih tertarik sama sungai dan rimbunan tanamannya, daripada sama dua orang yang jadi foreground ini. herannya, kameraku lebih suka kalo fokusnya jatuh di hidung Blub. jadi ya, apa boleh buat.
nah, waktu aku nganterin mereka ke Monkey Forest, suasana mendadak jadi seru. beberapa monyet mendekati kami. dua diantaranya jalan ke arahku. yang satu memeluk kaki kananku... berusaha memanjat kakiku. sementara yang satunya lagi, yang agak lebih gede, peluk-peluk betis kanan.
"hmmm... kenapa sayang? cari mama? itu tuh... mama yang pake baju kuning dan berkacamata"
bad joke. karena si monyet di kaki kanan tiba-tiba menggigitku. terasa perih dan sakitnya kayak abis teriris pisau.
aku lantas mendatangi penjaga dan mengatakan kalau aku digigit monyet asuhannya. dengan ketenangan yang luar biasa, si penjaga memintaku menunjukkan bekas gigitan monyet itu, dan lantas berkomentar "oh... itu nggak papa. kalo berdarah, baru dikasih antiseptik"
karena dia kalem-kalem aja, aku juga jadi ikutan tenang kan, ya. biar bagaimanapun, kan si penjaga itu lebih berpengalaman. termasuk dalam soal gigitan monyet.
tapi dokter yang memeriksaku keesokan harinya, sama sekali nggak setuju. dia menjelaskan panjang lebar bagaimana gigi binatang itu seperti kebun binatang, tempat segala kuman dan bakteri merajalela. dia juga menjelaskan kemungkinan tetanus dan rabies. aku langsung diem. dan tetep diem lama sampe disuruh pulang setelah luka gigitan itu dibersihkan. di Monkey Forest nggak pernah ada kasus rabies, katanya.
sudah 11 hari berlalu sejak gigitan itu terjadi. bekasnya di betisku sudah hilang. awalnya, aku pikir aku akan jadi mutan, supermonkey atau wonder primata. ternyata sampai hari ini aku masih belum mengalami pertambahan populasi bulu yang terlebihan. aku cuma sering ngerasa pengen memanjat pohon kelapa.
tapi aku masih harus bersabar dan melihat apa yang akan terjadi 17 hari dari sekarang.
we wouldn't know before 28 days after.
Monday, August 11, 2008
pelacakan mustahil
pagi-pagi, sesampai di kantor terima pesan yang isinya permintaan untuk mencarikan alamat seorang seniman bernama Alit Sembodo lalu mengirimnya ke klien melalui email.
merasa nggak punya data tentang seniman ini di database, aku lantas menghubungi Mikke Susanto, kamus berjalan pertama yang bisa ditanya-tanyai tentang seniman. karena sebagian besar seniman Indonesia kan sekolahnya di ISI Jogja. lalu Mas Mikke ini tinggal di Jogja, dulu kuliah di ISI dan sekarang ngajar di sekolah seni itu juga.
begitu mendengar pertanyaanku, Mas Mikke langsung bertanya balik
"kamu mau telepon dia?"
"iyah. aku mau telepon terus mau minta alamat studionya"
"kalo gitu, kamu harus menelepon alam baka" gubrak!
"eh, udah meninggal gitu, Mas?" aku bertanya balik dengan nada kaget
"iya, tahun berapa ya, aku udah (ngajar) di ISI kok. kalo nggak salah tahun 2003. udah berapa tahun itu?"
"uhm, 5 tahun ya...sekarang kan 2008." lalu diam sesaat. dan terus aku bicara lagi.
"Mas, kalo aku bisa telepon dia, berarti aku canggih ya?" kataku sambil cekikikan
"oh, iya! kamu kalo bisa telepon dia, bisa telepon Affandi juga"
"iyah, nanti aku bisa tanya ke Affandi 'apa kabar, Oom!' gitu ya?" aku pun makin ngawur.
setelah menutup telepon, aku masih kepikiran sama seniman ini. dan ternyata aku menemukan salah satu karyanya yang akan dilelang di Singapura tanggal 16 besok, tepat sehari sebelum ulang tahun Republik Indonesia. karyanya bagus, dan aku pasang bersama tulisan ini. sayang, seniman dengan karya sebagus ini harus pergi di usia yang masih sangat muda.
uhm, beneran belum ada provider telepon genggam yang punya BTS di daerah kekuasaan Hades, ya?
Friday, August 08, 2008
tentang tidur
wajah pucat. mata melebar. sedikit garis hitam dibawah mata yang terasa pedas sepanjang hari. kadang-kadang terasa kalau wajah ini memanas. panas seperti kalau baru saja bertemu dengan kekasih yang lama tak dijumpai. sayangnya ini bukan karena pipi merona.
juga bukan karena debar-debar tak karuan di dada.
jadual tidurku benar-benar kacau minggu ini.
tidur jam 4.30, jam 3, jam 01.30 itu kayaknya yang paling awal dan paling cepat.
tapi bangunnya paling siang tetap jam 7 lewat.
jadi selama seminggu ini, saran yang paling sering aku dengar adalah "tidur, jeng"
dan yang paling ekstrem adalah "kamu harus tidur 72 jam terus menerus"
ternyata sleep deprivation alias kurang tidur yang bisa jadi berkepanjangan ini banyak sekali akibatnya. wikipedia mencatat nggak kurang dari 33 dampak buruk kekurangan tidur. belum termasuk akibatnya pada otak, pada pertumbuhan, gangguan kemampuan, pengaruh pada proses penyembuhan dan kegemukan.
aku menemukan nystagmus sebagai salah satu tanda kurang tidur. dan barangkali ini bisa jadi sebuah sinyal palsu yang keluarnya nggak sengaja, seolah main mata pada cowok ganteng di sekitar kita. ahaha, kita... padahal yang kurang tidur aku.
herannya, kurang tidur juga dianggap sebagai salah satu penyebab peningkatan hasrat untuk melakukan aktivitas seksual. uhm... kayaknya setiap pagi begitu bangun yang terpikir adalah kopi. kopi. kopi. tapi aku mungkin harus meneliti akibat ini lebih lanjut. hihihi...
dan emang serem juga sih. karena kurang tidur ini bisa juga menyebabkan buta warna! entah dimana kaitan antar keduanya. barangkali kemudian bagian-bagian dalam mata jadi terlalu lelah, sehingga kerjanya jadi asal-asalan. lantas warna yang mirip dianggap sama gitu aja.
OK, aku nggak ngeyel lagi. aku akan tidur lebih cepat malam ini.
juga bukan karena debar-debar tak karuan di dada.
jadual tidurku benar-benar kacau minggu ini.
tidur jam 4.30, jam 3, jam 01.30 itu kayaknya yang paling awal dan paling cepat.
tapi bangunnya paling siang tetap jam 7 lewat.
jadi selama seminggu ini, saran yang paling sering aku dengar adalah "tidur, jeng"
dan yang paling ekstrem adalah "kamu harus tidur 72 jam terus menerus"
ternyata sleep deprivation alias kurang tidur yang bisa jadi berkepanjangan ini banyak sekali akibatnya. wikipedia mencatat nggak kurang dari 33 dampak buruk kekurangan tidur. belum termasuk akibatnya pada otak, pada pertumbuhan, gangguan kemampuan, pengaruh pada proses penyembuhan dan kegemukan.
aku menemukan nystagmus sebagai salah satu tanda kurang tidur. dan barangkali ini bisa jadi sebuah sinyal palsu yang keluarnya nggak sengaja, seolah main mata pada cowok ganteng di sekitar kita. ahaha, kita... padahal yang kurang tidur aku.
herannya, kurang tidur juga dianggap sebagai salah satu penyebab peningkatan hasrat untuk melakukan aktivitas seksual. uhm... kayaknya setiap pagi begitu bangun yang terpikir adalah kopi. kopi. kopi. tapi aku mungkin harus meneliti akibat ini lebih lanjut. hihihi...
dan emang serem juga sih. karena kurang tidur ini bisa juga menyebabkan buta warna! entah dimana kaitan antar keduanya. barangkali kemudian bagian-bagian dalam mata jadi terlalu lelah, sehingga kerjanya jadi asal-asalan. lantas warna yang mirip dianggap sama gitu aja.
OK, aku nggak ngeyel lagi. aku akan tidur lebih cepat malam ini.
Tuesday, July 29, 2008
lagu lintah
Minggu malam:
aku pergi ke supermarket cuma sebentar. tapi pengalaman selama 5 menit terakhirnya sangat mengguncangkan jiwa. aku sedang mengambil satu-satunya barang yang mau kubeli waktu lagu itu tiba-tiba terdengar...
"coba kau pikirkan... coba kau renungkan..."
sontak aku kabur ke depan kasir. berusaha membayar secepatnya. oh! tapi laki-laki di depanku ini kok ya malah ngambil barang yang lain lagi setelah di depan kasir. rokok-lah, batere-lah, permen dan cokelat dari rak di sebelah kasir. haduh! apa nggak tau aku sedang gawat darurat? duh! duh!
and I end up being tortured by that damn song. whole of it.
padahal lagu itu kan seperti lintah. sekali terdengar nggak akan begitu saja lepas dari kepalamu. baru mau lupa, udah ada yang muter lagi dan bakalan jadi inget lagi. haduuuuuhh!!!
waktu aku mengadu berkeluh kesah ke Abi karena "kenapa sih mereka harus muter lagu itu sekarang? waktu aku disini?", jawabannya begini:
:) mungkin mereka emang ingin kamu menikmati lagu itu:)
ouch! aku langsung bales lagi
ada nggak sih, supermarket yang muternya lagu klasik? lagu kematian Chopin waktu lagi sepi dan muter Vivaldi di hari Sabtu dan Minggu...
dan Abi lantas menceritakan kisahnya, naik taksi yang sopirnya memutar Mozart, sambil bercerita tentang Mozart sepanjang jalan, dan juga tentang komposisi-komposisi yang diputarnya. kata Abi, dia justru berpikir kalo si sopir taksi ini adalah seorang psikopat. yang barangkali... kalau dia salah ngasih jawaban, di satu bagian jalan yang sepi, akan menghentikan taksinya, terus... horor! yang aku bayangkan malah adegan film thriller dengan tokoh serial killer.
errr...
Senin malam:
aku terima sms Abi yang bunyinya begini:
Ok. Sekarang aku yang denger lagu ini... udah 3 jam... "coba kau pikirkan... coba kau renungkan... apa yang kau inginkan" ...It's painful
sms yang baru dua-tiga jam kemudian aku balas, yang disusul dengan sms berikutnya:
Dari tadi pagi aku udah nggak enak badan. Sekarang aku gak berdaya di tempat tidur, demam. Aku yakin lagu tadi punya andil sangat besar bikin badanku jadi gak stabil
aku pergi ke supermarket cuma sebentar. tapi pengalaman selama 5 menit terakhirnya sangat mengguncangkan jiwa. aku sedang mengambil satu-satunya barang yang mau kubeli waktu lagu itu tiba-tiba terdengar...
"coba kau pikirkan... coba kau renungkan..."
sontak aku kabur ke depan kasir. berusaha membayar secepatnya. oh! tapi laki-laki di depanku ini kok ya malah ngambil barang yang lain lagi setelah di depan kasir. rokok-lah, batere-lah, permen dan cokelat dari rak di sebelah kasir. haduh! apa nggak tau aku sedang gawat darurat? duh! duh!
and I end up being tortured by that damn song. whole of it.
padahal lagu itu kan seperti lintah. sekali terdengar nggak akan begitu saja lepas dari kepalamu. baru mau lupa, udah ada yang muter lagi dan bakalan jadi inget lagi. haduuuuuhh!!!
waktu aku mengadu berkeluh kesah ke Abi karena "kenapa sih mereka harus muter lagu itu sekarang? waktu aku disini?", jawabannya begini:
:) mungkin mereka emang ingin kamu menikmati lagu itu:)
ouch! aku langsung bales lagi
ada nggak sih, supermarket yang muternya lagu klasik? lagu kematian Chopin waktu lagi sepi dan muter Vivaldi di hari Sabtu dan Minggu...
dan Abi lantas menceritakan kisahnya, naik taksi yang sopirnya memutar Mozart, sambil bercerita tentang Mozart sepanjang jalan, dan juga tentang komposisi-komposisi yang diputarnya. kata Abi, dia justru berpikir kalo si sopir taksi ini adalah seorang psikopat. yang barangkali... kalau dia salah ngasih jawaban, di satu bagian jalan yang sepi, akan menghentikan taksinya, terus... horor! yang aku bayangkan malah adegan film thriller dengan tokoh serial killer.
errr...
Senin malam:
aku terima sms Abi yang bunyinya begini:
Ok. Sekarang aku yang denger lagu ini... udah 3 jam... "coba kau pikirkan... coba kau renungkan... apa yang kau inginkan" ...It's painful
sms yang baru dua-tiga jam kemudian aku balas, yang disusul dengan sms berikutnya:
Dari tadi pagi aku udah nggak enak badan. Sekarang aku gak berdaya di tempat tidur, demam. Aku yakin lagu tadi punya andil sangat besar bikin badanku jadi gak stabil
Thursday, July 24, 2008
rasa jogja
buat orang-orang yang punya ingatan fotografis seperti Karl Lagerfeld, sangatlah mudah untuk merekam segala hal yang terjadi di sekitar mereka melalui mata. maka tak heran, Lagerfeld menghabiskan hari-harinya di usia dua puluhan dengan duduk manis dalam penampilan yang selalu overdressed di salah satu meja di Café de Flore, membalik-balik majalah fashion sambil terus menerus membuat sketsa, merekam setiap orang yang lalu-lalang, matanya mencatat pakaian yang dikenakan setiap orang yang ditemuinya, mengamati setiap perubahan, setiap nuansa.
aku penasaran apakah dia pernah mengalami keadaan otak yang berkelimpahan gambar seperti yang kualami beberapa hari yang lalu saat berada di Jogja?
selama tiga hari itu, aku melihat terlalu banyak karya, membaca terlalu banyak ulasan tentang seni, bertemu terlalu banyak orang (baca seniman) baru, dan akhirnya, prosesor otak ini seperti kehilangan kecepatan bergerak.
dan saat perekam gambarku agak malas bekerja, justru perekam rasa yang jadi lebih aktif.
di pagi saat kedatanganku, aku disambut oleh nasi putih hangat yang ditemani tumis pare bercampur tempe, ikan nila goreng kering dan tempe goreng. siangnya, di dekat ISI Jogja aku makan gado-gado yang enak banget. katanya sih, gado-gado ini adalah cabang dari penjual yang sama, yang sudah lebih dulu beroperasi di Colombo. daerah Colombo, maksudnya, bukan di Sri Lanka.
malemnya, berpedas-pedas makan bawal dan tempe penyet. sambelnya itu loh, tak terlupakan. pedas yang menendang dan sangat mengena di lidah, apalagi ditambah dengan sariawan yang waktu itu lagi nempel di sisi kanan lidah. lengkaplah sudah.
eh, setelah itu terima sms kalo ada yang badannya solider sama aku. dan ikutan sariawan juga. *terharu*
hari berikutnya, sarapan paginya nggak kalah seru.
tau daun pepaya 'kan? mungkin banyak yang nggak suka karena rasanya yang pahit luar biasa. tapi pagi itu, aku makan buntil daun pepaya, bersama dengan sate sapi yang manis gurih, dan telur mata sapi. sapi yang kedua nggak ada hubungannya sama sapi yang pertama. tapi kenapa telur ceplok namanya mata sapi yah? kenapa bukan mata hewan lain? macan atau jerapah, misalnya.
lalu siangnya, aku ada meeting marathon di Jalan Kaliurang. ditemani oleh Thai beef salad, jus semangka dan iga bakar bumbu kecap, sambel ijo dan sup sayuran. obrolan yang berat-ringan dengan berganti-ganti orang nggak mengurangi kenikmatan makan siang itu. yang jadi masalah hanya satu. pisau yang diberikan padaku lebih tepat disebut pisau roti.
malamnya aku makan soto ayam kampung yang katanya bikinan surabaya, sambil nungguin waktu masuk ke dalam bioskop untuk nonton Kung Fu Panda.
di hari terakhir, aktivitas pagi dimulai dengan gudeg lengkap. suwiran ayam opor, sambel goreng krecek, cabe utuh yang memudar jadi oranye karena panas selama terjerang di atas api... semua yang mengingatkan kita pada gudeg, dan kelezatannya.
siangnya, aku menemukan soto ayam kampung lagi. kalo yang ini sih gaya Jogja, dengan berbagai tambahannya seperti sate telur puyuh, tempe goreng, dan juga potongan paha serta dada ayam yang digoreng. enak juga!
*ngelirik ke atas*
akibat lapar yang menyerang setiap dua jam sekali ini, segala makanan terasa enak, enak juga dan enak banget. uhm, apa sebaiknya makan cookies dan minum susu hangat sebelum tidur malam ini yah?
aku penasaran apakah dia pernah mengalami keadaan otak yang berkelimpahan gambar seperti yang kualami beberapa hari yang lalu saat berada di Jogja?
selama tiga hari itu, aku melihat terlalu banyak karya, membaca terlalu banyak ulasan tentang seni, bertemu terlalu banyak orang (baca seniman) baru, dan akhirnya, prosesor otak ini seperti kehilangan kecepatan bergerak.
dan saat perekam gambarku agak malas bekerja, justru perekam rasa yang jadi lebih aktif.
di pagi saat kedatanganku, aku disambut oleh nasi putih hangat yang ditemani tumis pare bercampur tempe, ikan nila goreng kering dan tempe goreng. siangnya, di dekat ISI Jogja aku makan gado-gado yang enak banget. katanya sih, gado-gado ini adalah cabang dari penjual yang sama, yang sudah lebih dulu beroperasi di Colombo. daerah Colombo, maksudnya, bukan di Sri Lanka.
malemnya, berpedas-pedas makan bawal dan tempe penyet. sambelnya itu loh, tak terlupakan. pedas yang menendang dan sangat mengena di lidah, apalagi ditambah dengan sariawan yang waktu itu lagi nempel di sisi kanan lidah. lengkaplah sudah.
eh, setelah itu terima sms kalo ada yang badannya solider sama aku. dan ikutan sariawan juga. *terharu*
hari berikutnya, sarapan paginya nggak kalah seru.
tau daun pepaya 'kan? mungkin banyak yang nggak suka karena rasanya yang pahit luar biasa. tapi pagi itu, aku makan buntil daun pepaya, bersama dengan sate sapi yang manis gurih, dan telur mata sapi. sapi yang kedua nggak ada hubungannya sama sapi yang pertama. tapi kenapa telur ceplok namanya mata sapi yah? kenapa bukan mata hewan lain? macan atau jerapah, misalnya.
lalu siangnya, aku ada meeting marathon di Jalan Kaliurang. ditemani oleh Thai beef salad, jus semangka dan iga bakar bumbu kecap, sambel ijo dan sup sayuran. obrolan yang berat-ringan dengan berganti-ganti orang nggak mengurangi kenikmatan makan siang itu. yang jadi masalah hanya satu. pisau yang diberikan padaku lebih tepat disebut pisau roti.
malamnya aku makan soto ayam kampung yang katanya bikinan surabaya, sambil nungguin waktu masuk ke dalam bioskop untuk nonton Kung Fu Panda.
di hari terakhir, aktivitas pagi dimulai dengan gudeg lengkap. suwiran ayam opor, sambel goreng krecek, cabe utuh yang memudar jadi oranye karena panas selama terjerang di atas api... semua yang mengingatkan kita pada gudeg, dan kelezatannya.
siangnya, aku menemukan soto ayam kampung lagi. kalo yang ini sih gaya Jogja, dengan berbagai tambahannya seperti sate telur puyuh, tempe goreng, dan juga potongan paha serta dada ayam yang digoreng. enak juga!
*ngelirik ke atas*
akibat lapar yang menyerang setiap dua jam sekali ini, segala makanan terasa enak, enak juga dan enak banget. uhm, apa sebaiknya makan cookies dan minum susu hangat sebelum tidur malam ini yah?
Wednesday, June 18, 2008
kecelakaan
pernah nggak sih, mengalami saat-saat seperti gerakan lambat? waktu semuanya seperti jelas akan jadi apa, dan selama beberapa saat, kamu berusaha meraih dan menyelamatkan segalanya, meskipun di kesadaran bagian bawah kepalamu, kamu tau kalau sesuatu yang buruk akan terjadi? dan nggak bisa dihindari?
tadi pagi, aku pergi sama adikku ke supermarket. jam 8 pagi. kami sepertinya adalah salah satu konsumen pertama yang seperti biasanya, akan mendapatkan senyum ekstra dari wajah-wajah bertata rias segar milik para pelayan supermarket yang baru masuk kerja.
ini belain pagi-pagi buta udah kesini karena nggak punya air minum sama sekali. jadilah beli aqua galon. yang diangkat dengan agak sempoyongan menuju motor, dan sebaliknya dari motor ke rumah.
adikku bilang, dia nggak bisa masang galon itu di dispenser sendirian.
aku bilang, aku biasa melakukannya, jadi biar aku aja. jangan dibantu, karena malah bikin aku bingung, kebanyakan tangan.
tapi pagi ini, gerakanku jadi kurang mantap gara-gara tangan ini abis pegang-pegang olive oil. masih rada licin gimana, tampaknya. lalu si galon juga terasa kurang stabil. sampai aku hampir menggulingkan dispensernya. dan terhenyak oleh beban aqua galon, yang tiba-tiba meleset di tanganku.
lalu seperti adegan lambat, aku bisa melihat galon itu terlepas, airnya membuncah seperti ombak memecah di permukaan papan selancar. sayang nggak ada Pamela Anderson lari-lari dalam bikini merah.
dan ketika pantatnya membentur lantai dengan sempurna, galon itu nyaris terbelah. gelombang air, yang tadinya bisa diminum itu, melanda lantai. keluar dari pintu kamar, memercik pada berbagai benda yang ada di kamar kosku yang berukuran sekitar 12 meter persegi itu.
versi adegan lambatnya masih bisa kuputar di kepalaku sampai sekarang.
tadi pagi, aku pergi sama adikku ke supermarket. jam 8 pagi. kami sepertinya adalah salah satu konsumen pertama yang seperti biasanya, akan mendapatkan senyum ekstra dari wajah-wajah bertata rias segar milik para pelayan supermarket yang baru masuk kerja.
ini belain pagi-pagi buta udah kesini karena nggak punya air minum sama sekali. jadilah beli aqua galon. yang diangkat dengan agak sempoyongan menuju motor, dan sebaliknya dari motor ke rumah.
adikku bilang, dia nggak bisa masang galon itu di dispenser sendirian.
aku bilang, aku biasa melakukannya, jadi biar aku aja. jangan dibantu, karena malah bikin aku bingung, kebanyakan tangan.
tapi pagi ini, gerakanku jadi kurang mantap gara-gara tangan ini abis pegang-pegang olive oil. masih rada licin gimana, tampaknya. lalu si galon juga terasa kurang stabil. sampai aku hampir menggulingkan dispensernya. dan terhenyak oleh beban aqua galon, yang tiba-tiba meleset di tanganku.
lalu seperti adegan lambat, aku bisa melihat galon itu terlepas, airnya membuncah seperti ombak memecah di permukaan papan selancar. sayang nggak ada Pamela Anderson lari-lari dalam bikini merah.
dan ketika pantatnya membentur lantai dengan sempurna, galon itu nyaris terbelah. gelombang air, yang tadinya bisa diminum itu, melanda lantai. keluar dari pintu kamar, memercik pada berbagai benda yang ada di kamar kosku yang berukuran sekitar 12 meter persegi itu.
versi adegan lambatnya masih bisa kuputar di kepalaku sampai sekarang.
Tuesday, June 17, 2008
tragis dan romantis
teriakan NO! yang melolong dan panjang dan paling terkenal barangkali adalah milik the Darth Vader di akhir cerita Star Wars.
dua hari yang lalu, aku menyaksikan versi lain teriakan itu, dalam suasana yang sama tragis dan menyedihkannya. teriakan Angelina Jolie yang berperan sebagai Mariane Pearl dalam film A Mighty Heart. ketika mendapat kabar bahwa suaminya meninggal setelah dipenggal oleh para penculiknya. akting Jolie dalam film itu memang bagus banget. walaupun masih tetap sensual dan cantik, tapi dia sama sekali tidak membuat tokoh Mariane Pearl jadi seseorang yang glamor, atau standing out melebihi tokoh-tokoh yang lainnya.
kesan yang ditimbulkan dari caranya memerankan Mariane adalah, tokoh ini cerdas dan tegar. sangat bisa menguasai dirinya sendiri, dan nggak jadi drama queen walopun situasi sangat memungkinkan dia jadi begitu. bayangkan... hamil, suaminya diculik, dan hidup tanpa kepastian mengusahakan kembalinya sang suami dalam keadaan hidup. tapi toh semuanya nggak membuat Mariane jadi uring-uringan, nggak rasional, atau bahkan nangis-nangis nggak jelas. dia mengikuti semua proses pencarian suaminya dengan tenang.
aku seneng banget sama caranya memarahi pewawancara yang menanyakan tentang apakah dia sudah melihat video pemenggalan kepala suaminya.
"don't you have decency?"
"how can you asked me a question like that?"
waktu aku sampai di adegan yang menyatakan suami Mariane meninggal, aku teringat pada artikel tentang mesatya yang baru saja selesai aku terjemahkan.
sampai awal abad ke-20, ada satu ritual yang biasanya dilakukan oleh istri raja yang suaminya meninggal. saat suaminya akan diperabukan, sang istri menunjukkan tanda kesetiaannya dengan cara mengorbankan diri. biasanya dengan terjun ke dalam api atau ditusuk dengan keris sampai meninggal. atau gabungan dari keduanya. setelah ditusuk kemudian terjun ke dalam api.
sampai paragraf ke-5 dari essay sepanjang 23 halaman itu, aku masih merasa sangat sebal dan menganggap ide self-sacrifice itu bodoh sekali. lalu memasuki halaman 5, waktu satu demi satu dituliskan penjelasan secara filosofis apa yang dimaksud dengan mesatya, bagaimana kedudukan satya itu dan seterusnya, aku jadi mulai bisa mengerti, kenapa ada orang-orang yang menganggap ini sebagai an ultimate action in life. the highest achievement you can get.
memang tidak dijelaskan apa yang terjadi pada perempuan yang tidak melakukan pengorbanan diri waktu suaminya meninggal. apakah mereka akan kehilangan status sebagai istri raja? apakah mereka dibuang dan diasingkan? hal-hal ini memang bukan tidak mungkin akan terjadi mengingat situasi pada masa itu. tidak diterangkan juga apakah suami akan melakukan hal yang sama seandainya istrinya yang meninggal duluan.
kalo yang ini sih kayaknya cenderung si suami segera menikah lagi. gimana ya, punya istri lebih dari satu aja dianggap umum, kok. kata Mahén "yang mau meneruskan memerintah kerajaan siapa kalau rajanya mati juga ngikutin istrinya?"
dan waktu aku udah sampai di halaman 20, setelah membaca kisah-kisah pengorbanan diri dan ilustrasi peristiwa mesatya yang dilakukan oleh tiga (TIGA!) istri Raja Gianyar, aku agak-agak bisa melihat sisi romantisnya tradisi ini. sang istri tidak sanggup meneruskan hidup karena sangat mencintai suami yang semasa hidupnya sangat mencintai tiga istrinya. bahwa ini adalah keinginan untuk bersama sehidup dan semati. di dunia fana maupun di alam baka.
tapi yang lebih bikin aku tercengang, tradisi ini datangnya bukan dari kitab suci, atau ajaran para pendeta. tapi justru dari karya sastra. para pendeta malah bertugas memberi penjelasan filosofi dan mempersiapkan para istri sebelum mengorbankan diri. nah, kan! seniman itu memang ditakdirkan menguasai dunia.
dari kakawin (kitab) Bharatayudha dan Sutasoma serta Bomantaka-lah tradisi ini berasal. para raja kemudian menghidupkannya, sebagai bagian dari kultus kekuasaan. menambahkan kharisma pada masa kepemimpinan raja itu, agar jadi buah bibir dan kenangan sepanjang zaman.
aku lega Mariane Pearl memilih menulis memoar. dan kemudian membuat film.
dua hari yang lalu, aku menyaksikan versi lain teriakan itu, dalam suasana yang sama tragis dan menyedihkannya. teriakan Angelina Jolie yang berperan sebagai Mariane Pearl dalam film A Mighty Heart. ketika mendapat kabar bahwa suaminya meninggal setelah dipenggal oleh para penculiknya. akting Jolie dalam film itu memang bagus banget. walaupun masih tetap sensual dan cantik, tapi dia sama sekali tidak membuat tokoh Mariane Pearl jadi seseorang yang glamor, atau standing out melebihi tokoh-tokoh yang lainnya.
kesan yang ditimbulkan dari caranya memerankan Mariane adalah, tokoh ini cerdas dan tegar. sangat bisa menguasai dirinya sendiri, dan nggak jadi drama queen walopun situasi sangat memungkinkan dia jadi begitu. bayangkan... hamil, suaminya diculik, dan hidup tanpa kepastian mengusahakan kembalinya sang suami dalam keadaan hidup. tapi toh semuanya nggak membuat Mariane jadi uring-uringan, nggak rasional, atau bahkan nangis-nangis nggak jelas. dia mengikuti semua proses pencarian suaminya dengan tenang.
aku seneng banget sama caranya memarahi pewawancara yang menanyakan tentang apakah dia sudah melihat video pemenggalan kepala suaminya.
"don't you have decency?"
"how can you asked me a question like that?"
waktu aku sampai di adegan yang menyatakan suami Mariane meninggal, aku teringat pada artikel tentang mesatya yang baru saja selesai aku terjemahkan.
sampai awal abad ke-20, ada satu ritual yang biasanya dilakukan oleh istri raja yang suaminya meninggal. saat suaminya akan diperabukan, sang istri menunjukkan tanda kesetiaannya dengan cara mengorbankan diri. biasanya dengan terjun ke dalam api atau ditusuk dengan keris sampai meninggal. atau gabungan dari keduanya. setelah ditusuk kemudian terjun ke dalam api.
sampai paragraf ke-5 dari essay sepanjang 23 halaman itu, aku masih merasa sangat sebal dan menganggap ide self-sacrifice itu bodoh sekali. lalu memasuki halaman 5, waktu satu demi satu dituliskan penjelasan secara filosofis apa yang dimaksud dengan mesatya, bagaimana kedudukan satya itu dan seterusnya, aku jadi mulai bisa mengerti, kenapa ada orang-orang yang menganggap ini sebagai an ultimate action in life. the highest achievement you can get.
memang tidak dijelaskan apa yang terjadi pada perempuan yang tidak melakukan pengorbanan diri waktu suaminya meninggal. apakah mereka akan kehilangan status sebagai istri raja? apakah mereka dibuang dan diasingkan? hal-hal ini memang bukan tidak mungkin akan terjadi mengingat situasi pada masa itu. tidak diterangkan juga apakah suami akan melakukan hal yang sama seandainya istrinya yang meninggal duluan.
kalo yang ini sih kayaknya cenderung si suami segera menikah lagi. gimana ya, punya istri lebih dari satu aja dianggap umum, kok. kata Mahén "yang mau meneruskan memerintah kerajaan siapa kalau rajanya mati juga ngikutin istrinya?"
dan waktu aku udah sampai di halaman 20, setelah membaca kisah-kisah pengorbanan diri dan ilustrasi peristiwa mesatya yang dilakukan oleh tiga (TIGA!) istri Raja Gianyar, aku agak-agak bisa melihat sisi romantisnya tradisi ini. sang istri tidak sanggup meneruskan hidup karena sangat mencintai suami yang semasa hidupnya sangat mencintai tiga istrinya. bahwa ini adalah keinginan untuk bersama sehidup dan semati. di dunia fana maupun di alam baka.
tapi yang lebih bikin aku tercengang, tradisi ini datangnya bukan dari kitab suci, atau ajaran para pendeta. tapi justru dari karya sastra. para pendeta malah bertugas memberi penjelasan filosofi dan mempersiapkan para istri sebelum mengorbankan diri. nah, kan! seniman itu memang ditakdirkan menguasai dunia.
dari kakawin (kitab) Bharatayudha dan Sutasoma serta Bomantaka-lah tradisi ini berasal. para raja kemudian menghidupkannya, sebagai bagian dari kultus kekuasaan. menambahkan kharisma pada masa kepemimpinan raja itu, agar jadi buah bibir dan kenangan sepanjang zaman.
aku lega Mariane Pearl memilih menulis memoar. dan kemudian membuat film.
Subscribe to:
Posts (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...