it was all messed up!
aku harus bolak balik tiga kali ke bank sebelum transaksiku settled. yang terakhir pada jam dua siang... gila.
jurnalis thailand yang kumasukkan dalam jadualku hari ini terlambat datang. dan meskipun aku udah berkali-kali memperingatkan orang-orang di front office, tidak seorangpun memberitahuku saat waktunya tiba. dan tahu-tahu jurnalis itu sudah check in dan mulai mengambil foto dan aku ditempatkan dalam posisi yang awkward. canggung untuk melakukan yang harus aku lakukan, namun tetap harus bertanggung jawab. benar-benar gila.
ini adalah kegagalan yang entah keberapa hari ini, selain gagal ke tanggayuda dan gagal ikut kelas yoga. apa yang salah dengan hari ini yah?
moodku tetap sangat buruk walaupun kaoru berusaha keras memberi berbagai alternatif. dan semua alternatif itu kedengaran sama tidak masuk akalnya.
kesal. kesal. kesal.
setetes akal sehat membuatku menelepon jurnalis itu ke kamarnya.
duh! dia nggak bisa bahasa inggris. hanya berbahasa thailand saja. sama-sama frustasi dengan telepon, kami bertemu di lobi hotel dan membuat kesepakatan untuk photo session esok harinya dengan bahasa inggris a la tarzan, campur pantomim.
tapi kaoru bilang aku tetap harus bersenang hati karena setidaknya kami berhasil bertemu dengan ida-san yang barusan pulang dari bagus jati. dia kelihatan segar karena habis pijat. dan dirayu habis-habisan sama tukang pijat yang waria itu. hmmm... ceritanya disimpen dulu buat besok.
selain itu juga bisa membereskan urusan rencana pembuatan cd contoh foto karya untuk pak koman. jadi setidaknya dua urusan berhasil dibereskan dari nyaris selusin yang berantakan. aku perlu mandi air dingin lalu cepat-cepat pergi tidur. berharap tanpa mimpi buruk. aku benar-benar kelelahan...
tapi sekarang beli bensin dulu. jangan sampai rabassa mati di jalan...
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment