aku menemukannya mengeong ditegalan yang gelap. kucing muda yang langsing dan tegap. bulunya berwarna gelap dan matanya menyala.
kami sedang dalam perjalanan menuju rumah penginapan Nisha. teman Khai yang sekarang jadi temanku juga. dia berdarah Singapore-Sri Lanka tapi sekarang menetap di Perth. malam tadi kami pulang dari menonton pertunjukan tari. aku mengantarnya pulang dan ikut masuk karena ingin tahu bagaimana penginapannya. pemilik penginapan ini aku kenal, Wayan Karja, seniman dan dosen di ISI Denpasar. jadi sebenarnya masih dalam lingkaran itu juga. tapi ini kali pertama aku ke rumahnya. bergelap-gelap pula.
tempat itu pastilah menyenangkan saat matahari terbit dan bersinar. tapi jadi spooky waktu malam begini. benar-benar minim cahaya. untunglah langit cukup terang dan bulan yang sepotong bekerja keras memantulkan cahaya. jadi sekurang-kurangnya, selain kunang-kunang yang melayang diatas sawah, masih ada cahaya yang bisa dijadikan pedoman untuk menemukan jalan.
aduh, Khai. aku jadi pengen mengomelinya sekarang. tempat ini cocok untuk orang yang ingin melarikan diri dari keramaian, atau tidak mau bertemu dengan orang-orang. untuk seniman yang mau bertekun-tekun berkarya tanpa gangguan, tapi bukan untuk ibu muda yang datang bersama anak umur tiga tahun yang nggak mau jalan dan terus menerus minta digendong...
dari jalan raya campuhan, kami harus naik lebih dari 30 anak tangga yang curam dan lumayan menguras napas. lalu harus berjalan lagi lebih kurang 200 meter melintasi sawah dan tegalan tempat kucing tadi kutemukan sebelum sampai di rumah itu.
jauh dari manapun. tidak ada toko atau restoran yang kulihat. kubayangkan bagaimana sulitnya buat Nisha untuk mencari makan. dia harus memasak. setidaknya untuk Aidan anaknya. memang rumah itu menyediakan dapur. tapi kalau harus sejauh ini hanya untuk keluar ke jalan raya, apa mau terus di kamar selama seminggu?
ini kan bukan perjalanan bulan madu...
kucing langsing itu sejak tadi mengikutiku. naik ke atas pangkuanku dan menjilati tanganku. sebenarnya ini agak jarang terjadi. kucing biasanya nggak langsung lulut waktu didekati, tapi kucing langsing ini lain. jadi waktu aku aku meninggalkan Nisha dna Aidan menjelang sepuluh malam. aku bilang pada Nisha yang mencemaskanku, kalau aku akan baik-baik aja.
"lagipula, kucing ini akan menemaniku. ya 'kan pusi?"
si kucing mengeong dan berjalan ke arahku. dan begitulah. sepanjang jalanan yang gelap, kucing langsing itu berlari-lari dibelakangku, mengeong kalau aku kehilangan dia. berhenti, lalu mengikutiku lagi, dan berjalan diantara kedua kakiku bikin aku nyaris kesandung. matanya nyalang. dia terus berlari di sekitarku. agak ragu di tangga yang curam, namun akhirnya terus maju. kucing yang manis...
aku memeluknya sebelum berpisah. sekali ketika dia mengeong di dekat patung penghias tangga. sekali diujung tangga terakhir sebelum turun di jalan raya campuhan. kukecup puncak kepalanya. dia mendongak memandangku.
"thank you for giving me company, kitty..."
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Sunday, March 20, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment