it was all begin with a promise to meet again...
kemarin adalah hari minggu saat aku dan Oliver memutuskan menghabiskan satu waktu makan siang dan sesudahnya bersama. setelah lewat jam tiga sore dan nyaris seluruh toko di separuh jalan monkey forest kami jelajahi, kami berangkat ke desa pilan untuk sebuah pesta.
judul pesta itu sendiri sebenarnya tidak terlalu menarik. pesta ulang tahun, untuk seorang anak perempuan berusia satu tahun, bernama Isara. baik anak itu maupun orangtuanya, sama sekali tidak kukenal. informasi tambahannya adalah, the party is also a first open house for a weekend escape villa.
tempatnya cukup jauh. dari tanggayuda, masih harus jalan (naik motor besar dalam hal ini) kira-kira 16+1,9+2,6+0,5 km lagi. perjalanan itu membuatku paham benar arti kata melesat. naik motor berkekuatan 100 pk dengan kecepatan 100km/jam sampai jalanan dan pemandangan di sekitarnya terlihat seperti lukisan cat air yang sudah jadi dan terkena tetesan air sehingga bentuk gambarnya rusak dan warnanya berbaur mengabur.
kami membelok di jalan desa dan sampai di tempat yang lebih tepat disebut jalur trekking. jalanan sempit menanjak dan menurun, curam dan dikelilingi pemandangan yang luar biasa. aku jadi ingat tulisan di pinggir jalan di kedewatan 'nice view along the ayung river'. aku tau pasti ada sungai nun dibawah sana. tapi semuanya tertutup oleh kanopi yang terbentuk oleh pohon, semak, belukar, bermacam-macam pakis dan disela-selanya ada warna cerah bunga liar. akhirnya kami sampai di sebuah jembatan kayu dengan keyakinan bahwa kami tersesat.
seorang bapak yang naik sepeda motor berwarna putih dan merah dengan jaket hijau yang lusuh dan bernoda kotoran hewan ternak diluar kemeja kotak-kotak warna kuning dan cokelat yang hanya dikancingkan sebagian meyakinkan kami kalau jalan itu juga bisa menuju desa pilan dan akan lebih dekat.
entah karena pena di kantong kemejanya, atau karena ekspesinya yang begitu yakin, dengan dtimpali seorang remaja gembala yang sedang menghela dua anak sapi, kami akhirnya kembali ke jembatan itu, setelah sebelumnya berbalik arah karena merasa tersesat.
jembatan itu adalah bagian terbaik dari perjalanan menuju desa pilan.
melewati jembatan kayu yang melintas diatas sungai di ketinggian beberapa puluh meter, rasanya seperti terbang diantara dua tebing yang hijau oleh hutan. jembatan itu adalah jembatan kayu yang ditopang kawat tebal yang dijalin seperti tambang, dan yang berderak kalau dilewati. tapi benar-benar kuat, setidaknya di bagian atas mulut jembatan tertulis berkekuatan 400kg/m.
setelah jembatan, kami masih terus melewati jalan kecil dan Oliver dengan tanpa ragu mengambil satu arah setiap kali kami menemukan pertigaan. desa pilan akhirnya kami temukan dan segera saja kami menemukan titik parkir sebagaimana diterangkan dalam peta penunjuk jalan dengan dipandu dua pemuda desa. mereka tau dimana rumah pak Arjan.
rumah itu terletak persis diatas bukit seperti dalam kisah railway children. bedanya ini sebuah rumah kayu tradisional bali dengan tiang tinggi dan bertopang pada batu koral, dan bukannya rumah batu dengan atap merah dan cerobong asap. it's a see through house with stunningly beautiful view in every direction. nggak ada depan dan belakang. sejauh mata memandang adalah hamparan hijau dari tebing bukit di sekitarnya. ada hamparan sawah yang seperti tangga disebelah hutan, hamparan kebun yang memanjang menuju hutan di arah yang lain, sungai yang tetap tidak terlihat dan lagi-lagi rerimbunan pohon di hutan. betul-betul luar biasa...
Arjan dan Liv, para pemilik tanah dan rumah kayu itu masing-masing adalah GM alila ubud dan amankila. hanya ada sekitar tiga puluh orang yang ada di pesta itu, dan seekor anjing bernama Rimba. aku suka karena ini bukan seperti pembukaan pameran ketika ada begitu banyak orang dan semua percakapan adalah obrolan pendek-pendek dengan subjek yang berbeda-beda untuk orang yang lain dalam sebuah ruangan dimana berbagai karya juga berebut minta perhatian.
rumah kayu diatas bukit - pemandangan tiga ratus enam puluh derajat - pesta yang menyenangkan - bermacam makanan hasil karya chef hotel bertarif minimal enam ratus lima puluh dollar semalam - rich taste of chocolate birthday cake with coffee cream - percakapan tentang juliette binoche dan stanley kubrick - nyala obor yang berkelip dihembus angin senja - arjan yang tak pernah melewatkan kesempatan untuk menggodaku. dan oliver - lagu-lagu U2 dari iPod - taburan kelopak mawar merah dan kamboja putih di halaman - kabut yang turun perlahan...
waktu akhirnya kami meninggalkan tempat itu, bulan purnama yang bulat penuh dan berkilau menyeruak keluar dari mendung, mengiringi perjalanan kami kembali ke ubud.
it was a perfect day off. few chapters of george orwell in the morning, moderate lunch, noon walk under sunscreen protection, awesome motorbike ride, nice party in the house with beautiful view, coffee latte in a cozy cafe, a very nice company and double chocolate cake!
enough said.
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment