Friday, October 06, 2006

after Daniel Henney

Photobucket - Video and Image Hosting

he's a nearly perfect guy. what else can I say?
the internet quotes said: he is wowing mostly female audiences. he's been added in lists of hotties. he has reached heartthrob status in Korea. there were also comments on his yummylicious body (yes, you'll find this phrase in the net) and innocent smile, clean cut features... oh..oh...! this guy surely makes lots of women drool:D

and I met him for three straight days. day and night, I saw not just his outside appearence, but also his attitude. how he react and answer to questions, his professionalism in working, his discipline in working out, how he carefully choose what he eat. Daniel Henney isn't just good looking, but also a nice and smart person.

soon after he left, I look back to my own life and divide it like daily horoscope. how's my career, money and love? well, I couldn't find either outstanding or dramatic achievement. it's been a mundane and ordinary life. I don't have a lover and the only war I waged was a fierce battle against acne, in which I haven't win yet. suddenly, I feel like a loser, an example of failure. do I really have no life?

I brought this unhappy and blue feeling around for a while before Nelly shake it out of my head. she said I should be grateful for everything I have. I was blessed with a happy family, decent job with a great bos, surrounded by bestfriends and most of all, I always have a roof over my head and I never being hungry no matter how poor I am. Nelly reminds me that I have to be grateful too, because I can help her, when she was unemployed and penniless.

still, I want to travel and see the world like Daniel does, or have enough money to buy all the things that I like. but then again, Nelly said:
"have you ever thinking that maybe, it's difficult for Daniel to find someone honest and true? a person who want to be with him unconditionally, without his fame or money?"

hmmm... I don't want to live in a haunted house like him, either.

Wednesday, October 04, 2006

cerita hari selasa

kamu menghentikan mobil di jalan berbatu yang dibatasi pagar bambu dan rimbunan perdu. ditempat ini, di salah satu sudut Sanur yang belum pernah kukunjungi, asin aroma laut tercium dari jauh. hari ini panas sekali. punggung kemejaku lembab oleh keringat. angin yang berhembus menyusupkan sejuk untuk sesaat.

di hadapanku sebuah gerbang rumah Bali tegak berdiri. aku ragu-ragu untuk melangkah terus karena mendengar gonggongan anjing bersahutan dari balik gerbang itu.
"kamu punya anjing?"
"punya banyak. dan suka makan daging manusia"
"terima kasih banyak, informasi yang benar-benar melegakan"

kamu melangkah melewati gerbang, berhenti untuk menyapa salah satu anjing yang mendekat. gonggongan anjing itu berubah jadi geraman yang sama sekali tidak garang. lebih seperti lenguhan, keluhan untuk meluapkan rasa. mungkin anjing itu rindu pada kamu, tuannya yang sudah berhari-hari tidak pulang.

"masuklah!" kamu menyeru padaku.
takut-takut aku memberanikan diri masuk melintasi gerbang. baru lima langkah salah satu anjing mendekatiku. warna bulunya putih, hidungnya berair, mengendus-endus mendekati celanaku. dari sudut rumah di sebelah kananku, anjing berbulu cokelat menyalak-nyalak tak terkendali.
"anjingmu!" protesku
tapi kamu berlalu dan masuk ke dapur. si penjaga rumah yang buru-buru menarik anjing dari dekatku dan menyuruh anjing cokelat untuk diam.

kamu keluar dari dapur dengan sebuah pisang ambon ditangan. tersenyum. sambil mengupas pisang dengan tangan kanan, kamu bertanya
"kamu belum pernah kesini ya?"
"belum"
"sini. aku kasih kamu tur"
didalam kepalaku, kalimatmu jadi tercetak di layar komputer. aku akan menekan overtype button, lalu kuletakkan kursor di belakang kata aku. kalimat yang kuketik mulai tercetak di layar "sini. aku ajak kamu berkeliling". ah, lagi-lagi kamu menerjemahkan langsung kalimat dalam bahasa Inggris "I'll give you a tour"

sementara itu kamu sudah mulai berjalan ke halaman yang berpagar tembok pendek. bisa kulihat batas air laut yang biru keperakan memantulkan cahaya matahari siang yang terik. rumah ini terdiri dari beberapa paviliun. semua serba terbuka dan minim dinding. sebuah layang-layang tergeletak di dekat perdu.
"wanna fly a kite?"
tanpa menunggu jawabanku, kamu mendekati tembok.
"kalau kamu minum teh di rumah ini, lemongrass-nya segar, bisa dipetik langsung dari halaman" katamu sambil membungkuk menunjuk rumpun serai yang berjajar dengan beberapa pohon kemangi. surawung, kalo kata orang Sunda.

kamu berjalan menuju salah satu paviliun terbuka, yang berisi sebuah meja dan satu set sofa.
"ini ruang kerjaku. aku biasa bekerja di meja ini"
aku ingat kamu pernah bercerita tentang paviliun ini. tapi apa yang aku lihat ini berbeda dengan apa yang aku bayangkan waktu kamu bercerita. didalam kepalaku, paviliun ini hanya terisi meja dan sebuah kursi, tanpa sofa.

kamu terus berjalan melintasi jalan setapak yang dibentuk dari batu bulat tersusun sedemikian rupa membentuk jalur melintas halaman. menunjuk ke arah kanan kamu berkata
"ini kamarnya Bob"
"siapa itu?"
"teman Ibu. sudah satu setahun dia menginap disini dan nggak pulang-pulang"
kamu terus berjalan dan aku mengikuti di belakang. sempat kulihat kamar Bob yang salah satu sisinya tak berdinding. sebuah ranjang dengan kelambu di kamar itu. buku dan barang-barang pribadi lainnya terserak berantakan di kamar itu.

kamu mendekati paviliun yang lain. ada sebuah meja bertutup disitu.
"ini tempatku bekerja kalau sedang tidak mau diganggu" tutup mejanya kamu angkat.
"jadi kamu bisa membayangkan seperti apa aku bekerja disini?"
aku mengangguk dan tersenyum.

kamu naik tiga anak tangga untuk sampai di pintu sebuah paviliun.
"masuklah"
aku memasuki sebuah kamar dengan tegel berselang-seling warna putih dan hijau. sebuah ranjang berkaki tinggi dengan kelambu putih terletak di sisi kiri ruangan itu. di sebelahnya ada lemari kecil. tumpukan DVD terletak diatas lemari. di sisi kanan ada meja dengan buku-buku bertumpuk tak teratur diatasnya. dari kursi di depan meja itu kamu mengambil setumpuk pakaian bersih, lalu menjejalkannya ke dalam tas yang kamu bawa.
"mau aku bawa ke Ubud semuanya"
lalu kamu membuka pintu ke ruangan lain di sebelah kamar itu.
"ini kamar mandiku. tropical bathroom yang terbuka" aku melongokkan kepala dari pintu.
"smells like you" kataku.

keluar dari ruangan itu, kamu mengajakku berjalan sepanjang halaman, menjauhi kamarmu.
"ini jalan untuk ke pantai" katamu sambil menunjuk laut di kejauhan.
"hey! you're lucky! ada jambu yang matang" kamu meloncat dan mengambilkan jambu yang masak di pohon, mengulurkannya padaku.
"mau?"
"boleh juga"
aku menimang jambu di tanganku.
"ini jambu merah?"
"bukan, jambu kuning" kamu mendekati pohon jambu dan mengambil jambu yang lain, lalu menggigitnya dan menunjukkan padaku
"kuning seperti ini"

kamu berhenti di bagian halaman yang dekat dengan rumah utama.
"dulu disini ada proyek penggusuran besar-besaran untuk taman hiburan. tempat ini sudah hampir jadi lapangan parkir. lalu banyak arwah gentayangan yang datang kesini, bilang mau tinggal disini. menemani Ibu. dulu disini ada pohon besar, tapi sudah meninggal" katamu sambil menunjuk sebuah lubang. di sekitar lubang itu ada tempat menaruh sesajen dan beberapa canang sari tergeletak disekitarnya.
"dimana kamar Ibu?" tanyaku
"disitu" katamu sambil menunjuk keatas. ke jendela di lantai dua bangunan rumah utama.

kamu berjalan lagi, sekali ini mendekati dapur. lalu berhenti dibawah tanaman merambat yang berbuah banyak. mengambilnya satu, lalu mengulurkannya padaku.
"apa ini?"
"markisa pantai. ini udah matang juga. cuma agak asam sedikit. ada macam-macam tanaman buah disini."

perjalanan pulang ke Ubud siang itu kamu isi dengan cerita tentang hidupmu di sekolah. bagaimana kamu pindah SD karena selalu terlibat kesulitan, siapa yang pertama kali memupuk minatmu pada sastra...
ah! ada banyak pertanyaan di kepalaku. tapi semuanya kusimpan. hasil rapat hari ini sudah cukup membebanimu. tak perlu kutambah lagi.

***

sorenya beberapa pertanyaanku terjawab karena sepanjang jalan berangkat dan pulang dari Alila, Ibu menceritakan perjalanan hidupnya padaku. tentang pernikahannya, ayahmu, keluarga kalian dan kisah-kisahnya.

aku bisa membayangkan kamu yang berusia tujuh tahun, anak laki-laki berkulit putih yang chubby, pulang sekolah dengan baju seragam robek dan kumal, wajah coreng-moreng karena peluh dan debu, dengan air mata mengalir di pipi kananmu.

"batu bisa menghancurkan tulangmu. tapi kata-kata tidak bisa"

untunglah mataku yang sebak terlindung kaca mata hitam yang kukenakan.

Sunday, September 17, 2006

I am SAM

I often find myself getting this odd syndrome in the middle of a work day. I get distracted very easily, so difficult to pay attention or being focus on something in particular, and the worst is staring at my computer, planning to write an article or release, or email, or something like that, but end up loosing my words and uselessly chasing my vanished sentences. what a stressful condition.

I did a small investigation only to find that my special syndrome happens when I'm hungry. if I forget to have breakfast and too busy receiving guests after phone calls so that lunch almost skipped, the syndrome escalated even more. recently I stop visiting id kuliner because those cursed members of this damned mailing list are addicted to send pictures of mouth-watering delicious food. huh!

but if you see me when my belly full, you'll meet the most creative, smart girl with high dose of common sense ever! feel free to compare to the other girls in my office. during an emotionally tiring plus overtime assignment few days ago, I mentioned this syndrome to my dependable IT-man partner -Indra, when we're stuck and run out of ideas.
I said "I promise. I'll be smarter after dinner"

right after, Indra calls me SAM. smart after meal.
but now I'm hungry. I have to stop writing.
Oh, I'm craving for Oxtail Soup!

Friday, September 15, 2006

the day when you're leaving on a jetplane

I don't like to cry
but I cry
I don't like to say goodbye
but
I have to say goodbye

ini mungkin terakhir kali gue chat di rumah ini
beberapa jam lagi kita chat dari different continent
thanks for everything yaaa
wish me all the best
aku sedih bgt baca statusmu

*and that's how much I love you*

Wednesday, September 13, 2006

why must we grow up so fast?

"saya lihat kamu seperti anak umur belasan yang terjebak dalam tubuh berumur 25 tahun"
...

"saya seperti sedang berurusan dengan anak SMA umur tujuhbelas tahun. padahal kamu kan udah 26 tahun. kamu harus lebih dewasa sedikit."
... *tersenyum*
"iya, Dian?"
"iya"

dua hari berturut-turut ada yang ngomong kalo aku belum dewasa. masih seperti remaja. hmmm... jangan-jangan ini sebabnya kalo pergi kemana-mana masih suka dikira mahasiswa, ato ditanya sekolahnya dimana. karena kelakuannya. bukan karena betapa baby face wajahku. sigh.

apa sih dewasa?
bagaimana caranya supaya jadi dewasa?
kenapa harus jadi dewasa?

selama ini aku pikir, ini menurutku sebelum ada yang bilang kalo aku belum dewasa loh yaa... hal-hal yang aku lakukan dalam hidupku sekarang ini udah menunjukkan kedewasaan. kalau aku merasa senang dengan apa yang aku jalani sekarang, mengekspresikan kegembiraanku dengan caraku yang... yah... kayaknya tidak dilakukan oleh orang-orang dewasa yang aku lihat dulu waktu aku kecil...itu berarti nggak dewasa yah?
aku curiga kedewasaan itu berisi hal-hal yang suram dan membosankan.

hmmm... boleh jadi sebabnya lebih dari itu. lebih pada hal-hal yang semestinya aku lakukan dengan tanggung jawab. tapi bagaimana menandai alurnya? bagaimana supaya aku bisa menangkap desain yang utuh tentang apa-apa yang harus dilakukan untuk disebut sebagai dewasa. apakah itu tentang cara menghadapi hal-hal yang mengejutkan? atau petunjuk menjalani hari-hari supaya tidak tersesat kembali ke masa remaja? ada nggak sih handbook of being adult for dummies?

ataukah selama ini aku menolak untuk menjadi dewasa?

Saturday, September 09, 2006

how are you - apa kabar?

aku sering heran sama cara teman-teman bule atau mestizo-ku menyapaku diawal pembicaraan telepon atau bertemu. selama ini, kalimat 'apa kabar' itu hanya kuucapkan pada orang yang minimal udah tiga hari nggak ketemu. jadi kalo sama Pak Yudi ato Pak Swabawa yang setiap hari berseliweran ke ruanganku, menyapa lewat MSN dan telepon antar ruangan, aku jarang sekali bilang 'apa kabar?'
nah, teman-teman bule dan mestizo itu, selalu menanyakan kabar di awal percakapan. berapapun seringnya kita ketemu, langsung ataupun tidak.

yang bikin aku ngerasa lebih aneh lagi misalnya, kalo ngeliat Thor sama Noel atau anggota keluarga mereka yang lain ketemu. mereka semua tinggal serumah, tapi kalau bertemu di luar rumah, akan menyempatkan untuk menyapa. bersalaman, lalu bertanya. apa kabar? padahal mungkin baru dua atau tiga jam sebelumnya mereka makan bersama di rumah.

ada hari-hari ketika aku sama Krishna bicara di telepon sampai 4 kali sehari, dalam selang waktu yang sangat dekat. tapi tetep aja, kalo mengangkat telepon, dia akan tanya 'apa kabar?'. waktu aku protes dan bilang "hari ini udah tiga kali kita bicara di telepon dan kamu masih terus tanya apa kabar" dengan ringan dia jawab "apa salahnya tanya kabar?" aku terus diem. ya, nggak salah juga sih...

waktu aku ngobrol sama Wine, barulah aku dapat penjelasan mengapa mereka begitu. menanyakan kabar itu berarti mereka peduli. pertanyaan itu sebenarnya setara dengan "kamu sedang apa?" atau "kamu ngapain aja hari ini?" yang digabung dengan "bagaimana perasaanmu saat ini?" dan itu salah satu pertanyaan yang sangat penting. mereka bisa tersinggung dan akan jadi masalah besar kalau pertanyaan itu nggak dijawab. beda banget sama 'apa kabar'-ku yang seringkali cuma basa-basi ajah. makanya kalo ada bule ato mestizo yang tanya kabar, aku harus jawab. walopun cuma "baik" atau mengacungkan jempol sambil senyum.

pantesan... kapan itu, Courtney tanya kabarku, dan waktu aku jawab sambil lalu "fine", dia langsung nanya sekali lagi dengan penekanan "really, how are you?" dan aku yang lagi sedih waktu itu akhirnya jadi cerita dan curhat sama dia walopun awalnya nggak mau. ato... apa mungkin Courtney berbakat jadi cenayang?

sekarang aku sering membalik keadaan. sebelum ditanya kabar, aku akan tanya lebih dulu ke mereka "apa kabar?" dan biasanya aku menerima jawaban yang rinci tentang apa yang sedang terjadi saat itu pada yang bersangkutan. "aku sedang diburu beberapa deadline" atau "aku sedang siap-siap mau pergi latihan sama teman-temanku"

and how are you?

Friday, September 08, 2006

a man like penguin

aku sayang padamu. bahkan lebih sayang padamu daripada bosku, yang memberiku makan setiap hari. aku yakin kamu juga sudah tau itu. jadi nggak perlu aku ulang-ulang lagi. perasaan ini terbentuk sejak kita bertemu tiga tahun yang lalu dan semakin mendalam selama kebersamaan kita di Ubud. di desa yang jauh dari tempat asal kita dan kita tidak kenal siapa-siapa. lalu kita saling menemani, mengurai masa lalu dihadapan matahari yang bergulir di batas cakrawala. untuk pertama kalinya kulihat matamu berkaca-kaca.

demikian besar rasa sayangku sehingga aku tidak memikirkan lagi siapa kamu, dari mana kamu berasal atau bagaimana latar belakang hidupmu. kesalahan apapun yang pernah kamu lakukan di masa lalu adalah sesuatu yang tidak perlu aku ungkit lagi. kamu sudah membayar mahal akibat dari kesalahanmu itu, mungkin sampai sekarang.

melihatmu pilu sekarang ini, ada yang menyesak dalam dadaku. andai kamu tahu betapa hatiku hancur setiap kali kamu datang dengan luka baru. andai kamu bisa merasakan panas membakar yang ditinggalkan air matamu yang membasahi bajuku, setiap kali aku memelukmu yang terguncang dalam tangis. kalau ada sesuatu yang aku punya, yang bisa membuatmu lebih kuat, lebih berdaya menghadapi masalah-masalah dalam hubunganmu, pasti akan kuberikan. kalau ada yang bisa kulakukan, untuk menghentikan kata-kata tajam itu, untukmu yang sudah mengorbankan segalanya bagi laki-laki yang tidak pernah bisa menghargaimu, pasti akan kulakukan.

kita sama-sama terharu waktu menonton March of the Penguins, lalu kita mulai menginginkan laki-laki yang seperti penguin. yang penyayang dan sabar. bersedia menanggung musim dingin yang ganas dalam keadaan lapar sambil mengerami telur, sampai bayi-bayi penguin menetas dan induk betina kembali membawa makanan untuk mereka. melihatmu yang sedang sakit sekarang ini, aku mengingat hari itu lagi.

kamu ingat Hans Bengtsson?
ya, dia laki-laki Swedia yang mengajak Farideh Radis mengarungi separuh bumi untuk berbulan madu ke Ubud, lalu merencanakan upacara pernikahan rahasia dalam adat Bali karena tau istrinya itu ingin punya foto upacara dalam adat Bali. aku teringat betapa matanya berbinar waktu kami bertemu untuk merencanakan semua acaranya. gelak tawanya seperti anak kecil jahil yang menyiapkan kejutan nakal di sekolah. dan waktu istrinya menangis melihat dekorasi di tepi kolam renang untuk upacara pernikahan mereka, aku melihat cinta yang mendalam di matanya.

mungkin aku juga pernah bercerita tentang Ottmar. istrinya, Elena- adalah pemain piano klasik di sebuah orkestra di Swiss. aku menemani mereka dalam dua hari persiapan resital piano di lantai dua galeriku. semua perhatian tumpah ruah untuk Elena. untuk piano yang akan dimainkannya, untuk repertoarnya, untuk gaun yang akan dikenakannya. dan selama itu, Ottmar mendampingi dengan senyum dan tatapan penuh kasih sayang dan kekaguman. mengingatkan Elena untuk makan, membantunya mengurus barang-barang yang dia bawa, walaupun itu berarti menjinjing tas tangan wanita.

kamu juga pernah mendengar tentang Mark Giglio. waktu aku menemani Carleen Sheehan -istrinya, berbelanja...dia terus ada di belakang kami. meskipun dia sama sekali tidak suka shopping. dia akan berhenti di sana sini, memotret objek yang menarik sepanjang jalan Monkey Forest dan Hanoman yang kami lalui. mengecek keberadaan kami di antara toko-toko di sepanjang jalan. aku sempat kehilangan Mark untuk beberapa saat setelah kami melewati jembatan dimana seekor anak anjing terkapar sekarat. dengan yakin, Carleen bilang kalau Mark pasti sedang mencari makanan buat anak anjing itu. seketika itu juga aku melihat kedalaman perasaan diantara mereka berdua. hatiku melembut oleh aura hangat yang mereka pancarkan.

terlukalah sekarang, lalu hiduplah dengan kenyataan. suatu hari nanti, kamu akan mendapatkan penguin jantanmu. yang akan membantumu membawa belanjaan dari supermarket dan mengobati luka di kakimu dengan sentuhan tangannya. yang mengajakmu membeli pot kecil berisi tanah, menaburkan benih bunga dan bersamamu menyiraminya setiap hari, meletakkan pot bunga itu di jendela, lalu mengajakmu menyaksikannya tumbuh. sampai saat itu tiba, aku akan selalu bersama hatimu. dimanapun kamu berada.

Tuesday, September 05, 2006

The Office

udah beberapa minggu ini kedamaian mejaku terganggu. kalo biasanya aku menghadapi meja dan Bob-komputer tersayang, dengan pikiran jernih dan perasaan nyaman, akhir-akhir ini kok berasa nggak sreg aja yah... gampang sekali konsentrasi jadi buyar, nggak fokus sama apa yang dilakukan, dan aku terus jadi lambatttt... seperti larinya Six Million Dollar Man yang rasanya nggak akan pernah sampai ke tujuan...ugh!.
kalo dihitung-hitung, kok ya aku ini jadi banyakan ngobrolnya daripada ngeberesin kerjaan. hati dan perasaan jadi berat, kepala rasanya penuh sama suara-suara negatif yang entah bagaimana cara mengeluarkannya.

buat yang nggak mau baca aku berkeluh kesah, mendingan berhenti aja membaca postingan ini. soalnya ceritanya masih panjang dan aku nggak mau menyerap energi positif kalian. kalo lagi pada kerja, mendingan diberesin dulu kerjaannya. halah, ini kok malah jadi sok bijak begini.

aku harus mengakui kalau sebagai pekerja, aku juga seringlah, uring-uringan sendiri sama masalah-masalah dalam kerjaan. ngomyang atau cerita panjang lebar pada siapapun yang mau dengerin (biasanya yang jadi korban tuh Onet, Wine, Siti Aminah teman kosku, WM, Naomi atau Nelly). entah karena lagi sebel sama salah satu teman kerja atau pengen nginjek-injek orang yang ngasih tugas mendadak dan sukanya pake kata urgent. semuanya serba urgent. hari ini ngasih besok harus beres.

tapi biasanya aku mencari penyelesaian. sebisa-bisanya, aku bereskan masalah itu, walopun itu berarti harus menyampaikan protes dan kritik. sesuatu yang nggak semua orang bisa terima dengan lapang dada. tapi baru sekarang ini aku mengalami situasi yang membingungkan; seperti dalam 1984, ketika orang sudah nggak tau mana yang benar, karena kebenaran setiap hari dikoreksi, serta teman dan lawan sudah nggak bisa dikelompokkan dalam himpunannya masing-masing.

aku ketemu dengan complainer, yang selalu berkeluh kesah tentang kebijakan yang digariskan oleh atasan. kalo ngeluhnya sekali-sekali sih, ya nggak papa kali. tapi kalo hampir tiap hari... lalu ditambahin pula dengan segala macam analisa yang semuanya bernada negatif... duh! bener-bener bikin jadi males dan nggak semangat. kenapa ya, nggak berpikir positif aja atas segala perubahan yang terjadi. memang awalnya pasti nggak enak. tapi kalo mau direnungkan dan dipertimbangkan baik-baik, hal-hal yang nggak enak itu justru sebenarnya bisa menunjukkan kualitas kerja kita. kalo memang biji besi yang bagus, ditempa pake palu bentuk apapun, akan tetap bertahan, dan nggak hancur kayak batu pasir.

diantara sekian banyak orang itu, ada juga yang addicted to exaggeration. semua hal dibesar-besarkan. kalo abis mengerjakan suatu hal, semua orang dapat laporannya. kalo menghadapi masalah, semua orang dari segala departemen akan dengar. kalo dia harus menunda libur karena ada janji meeting sama tamu, yang nggak bisa dilakukan di hari yang lain, seolah-olah nggak ada orang lain di seluruh perusahaan yang pernah melakukan itu. dan kalo diberi teguran sama bos besar, yang kalo kata orang Jawa dituturi alias diberi wejangan, disebut sebagai marah-marah... padahal kalo bosmu masih mau menunjukkan mana yang salah dan mana yang harus diperbaiki, lalu bicara langsung menegur kesalahanmu itu, bukan lewat orang lain, atau digosipin di belakang, berarti kamu masih diberi kesempatan memperbaiki diri. harusnya malah diterima dengan baik, dipikir pake akal sehat!

ada satu lagi yang kayak batu. ada apa-apa nggak pernah mau koordinasi. baik itu secara lisan maupun secara tertulis. semuanya disimpen sendiri. apa dikira yang kerja disini semuanya menguasai ilmu kebatinan?
iya deh... dia lebih tinggi jabatannya daripada aku. tapi apa ya nggak bisa kalo perlu apa-apa bicara langsung. ada telepon, ada komputer dengan internet 24 jam. kalau memang mau, kapanpun bisa chatting, bisa kirim email kalo malas denger suaraku yang kata orang empuk... (minimal waktu masih jadi radio DJ). dia nggak tau apa ya, kalo bersikap stone cold kayak gini, yang rugi tetep aja dia sendiri. mendingan kalo enak kayak es krim Cold Stone, seperti pernah dikatakan Pak Hadi Husni, PHD jurusan Tata Boga. apa dikiranya segala-gala bisa dia selesaikan sendiri? coba kalau semua orang disuruh libur dan dia aja yang jagain kantor. apa bener bisa ngrantasi gawean? (translation: accomplish the mission)

yang sempat bikin aku geleng-geleng kepala juga adalah yang kekeuh banget jadi benteng pertahanan di tempat yang nggak seharusnya. kalo di klub olahraga, posisi defender itu sangat penting. tapi kalo dalam teamwork, mana bisa selalu defensif begitu. bikin salah itu udah mengacaukan kerja. makin parah kalau ditambah dengan nggak mau mengakui kesalahan yang diperbuat. berusaha dengan segala macam cara mempertahankan sesuatu yang udah nggak benar. kalau pun dianggap menang dalam perdebatan, pasti menangnya maksa dan babak belur. aku kasih tau yaa... kalo orang mengakui kesalahannya, ngeberesin masalah akan lebih gampang. lagipula, bikin salah itu kodratnya manusia. kalo kamu nggak pernah salah, bener terus... sempurna terus... jangan-jangan kamu siluman...

tapi sampai hari ini, belum ada yang bisa mengalahkan manipulator. ditangannya, yang buruk jadi baik, yang kemilau jadi berkarat, yang fakta diputar balikkan... orang-orang kayak gini memang mestinya jadi penulis skenario sinetron atau film ajah. biar tokoh antagonisnya nggak membosankan. khayalannya tentang kebenaran dalam ukuran miliknya sendiri benar-benar mengagumkan. beda orang ngomongnya bisa lain, dan dampak yang ditimbulkan bisa bikin takjub. kalo dia kasih aporan, yang denger paling belakangan bisa menerima informasi yang 180° letaknya dari posisi awal.

sekarang ini yang bikin aku paling nggak suka adalah karena kepalaku jadi berisi hal-hal negatif juga. tolong berhenti... jangan bicara apa-apa lagi padaku tentang urusan-urusan kalian yang nggak penting banget itu! aku mau pikiranku jernih dan kepalaku bersih! biar otakku bisa dipakai buat mikirin hal-hal lain. Hayden Christensen, misalnya.

sayang, aku nggak sekantor sama FHM. aku bayangkan dia akan masuk ke ruangan membawa karton putih besar dengan gaya seperti gadis pembawa papan ronde di pertandingan tinju. di kartonnya tertulis; BUBAR! BUBAR! ADA KAMTIB!!

Monday, September 04, 2006

{proof}

Jake Gyllenhaal is soooooo handsome.
Dengan mata sendu dan bibir yang menggiurkan.
Although I couldn't forget how he kissed another guy in Brokeback Mountain.
*sigh*

Photobucket - Video and Image Hosting

Tapi aku tetep pengen jadi Gwyneth Paltrow biar bisa berduaan sama Jake.
Kan aku udah sama kurusnya dengan dia.
*tersenyum penuh keyakinan*

Thursday, August 24, 2006

yet another coincidence

"are you superstitious?"
of all questions, that's what he asked me once he got on my bike. I take some moment weighed the question before decided to answer "I never think about that".

I met Nick Hogan, twenty-something-year-old-man with sharp eyes and curly hair from Singapore, at the book launching two weeks ago. he and his dad stopped by to my office when I went to Bandung, and I thought that we won't meet again. but he popped in to the gallery when I was there to send a fax and answering two urgent emails on my day off. he said that he wanted to say goodbye before leaving tomorrow. and I said that he was lucky, because I'm about to leave when he walked in.

after we settled ourselves in a warung for lunch, he told me about a numerologist he went to before he came to Bali. he said that this numerologist asked him not to wear certain colors, to write his name 77 times every morning and other things. believe it or not, after he did that, more and more positive things happen. meeting me is one of it, he said. I smiled. he didn't add the fact that I make him losing his hat.
*feel guilty*

Nick plays guitar and plan to pursue a career as musician, after dropping off computer game somewhere. I found talking to him is so easy and fun. I'm sure it's because he come to the Ministry of Sound frequently. his family been traveling to Bali for long time and I think they always stay in the same place. a small guest house in Nyuh Kuning where I took him after lunch. his room in the second floor is overlooking the field. from the facade, I saw a man picking Bunga Pacah with a basket in his hands. birds chirping in a nearby tree, the wind blowing softly. such a calming scene.

he played a sweet song for me the that noon. sweet enough to make me smile while seeing his fingers dancing on the finger board and strings. whether that song bring me a good luck or not, I don't know. all I know is the coincidence unexpectedly continued. soon after the song finished, Ivo called me to say that he's in Ubud! yay! and I can meet him at Monkey Forest. yay again! I'm so happy because earlier that day, I thought that I won't be able to meet him until the day after. and that I will have to go down all the way to Kuta. but now he's here. he's here!

and when I talked to Ivo under a Banyan Tree, it was Anand, one of my friend in Jakarta, walking toward my directions. turned out that Ivo and Anand working in the same place, and they're in the same group that visiting Ubud after shopping in Sukawati. aha!
oooh, so many surprises packed in one day! more than enough to make me smile for the rest of the week. this is my independence day gift!

*dancing*
--I made this post in English so that Nick will understand

Wednesday, August 23, 2006

intergalactic conversation

I listen to this song on the way to the Airport with Ido and Oscar. it was 5 am and I'm sooo... sleeepy I couldn't lift my eyelids. but then the song is started and I got sober immediately after the intro.

"Good evening. This is the intergalactic operator. Can I help you?"
"Yes. I'm trying to reach flight commander P.R. Johnson, on Mars, flight 2-4-7"
"Very well, hold on please [beeping] you're through!"
"Thank you operator!"

Hi darlin' ! How are you doing ?
Hey baby, where're your sleeping ?
Oh I'm sorry, but I've been really missing you !

Hi darlin' ! How's the weather?
Say baby, is that cold better now ?
Oh I'm sorry, is there someone there with you??

Ooooh...since you went away, there's nothing goin' right !
I just can't sleep alone at night... I'm not ashamed to say
I badly need a friend...or it's the end.

Now, when I look at the cloud's across the moon.
Here in the night I just hope and pray that soon.
Oh baby, you'll hurry home to me.

Hi darlin', the kids say they love you.
Hey baby, is everything fine with you?
Please forgive me, but I'm trying not to cry...

Ooooh...I've had a million different lovers on the phone.
But I just stayed right here at home.
I don't think that I can take it anymore this crazy war.

"I'm sorry to interrupt your conversation, but we are
experiencing violent storm conditions in the asteriod belt at this
time. We may lose this valuable deep space communication link.
Please, be as brief as possible.
Thank you."

or it's...or it's..."Hello?" "Hello operator?"
" Yes, we've lost the connection! Could you try again please?"
-"I'm sorry, but I'm afraid we've lost contact with Mars 2-4-7
at this time."

"Ok. Thank you very much...
I'll...I'll try again next year...next year...next year...next year..."

Yes, it's RAH Band, Clouds Across the Moon. The lyric is so fun, I didn't recognize that it was made in 1985, despite the old sound effect they use. I posted it on my beloved Kampung Gajah, hoping that one of the member have the song and willing to give it to me. and I got it!!!
thanks banget yah, Tukang Kiridit!

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...