selama ini, rekorku naik pesawat adalah immaculate.
tidak pernah terlambat. tidak pernah ketinggalan, tidak pernah terburu-buru di bandara. yang ada malah datang kepagian. sampe-sampe bandaranya belum buka.
dan sekali ini, perjalananku bersama AirAsia, bertebar drama dimana-mana.
18 Juli 2007pesawatku dari DPS ke Cagkarta (baca: CGK) ditunda keberangkatannya selama 30 menit lebih. hmmm... betapa aku resah dan gelisah, karena tahu di CGK, beberapa warga Kampung Gajah akan menunggu kedatanganku. lebih gelisah lagi karena dengan penundaan ini, rencana kopdar yang mestinya pukul 22-an, bener-bener dimulai pada waktu tengah malam. kasihan yang udah nungguin aku sejak jam 20 di Pondok Indah. pasti mukanya udah pada bete dan ngantuk. sambil pasang wajah agak sebal, aku setengah berharap sedang naik Firebolt, karena siapa tahu, jalannya pesawat bisa lebih dikebut:D
19 Juli 2007setelah kopdar semalaman, pagi-pagi aku udah siap pergi ke Bandara Sukarno-Hatta lagi. aku udah duduk manis di mobil, ditemani
Deden di sebelah kananku, dan
Bunjemsserta seorang teman yang berperan menjadi chauffeur pagi itu. sambil mengingat-ingat sms
mBu yang bernada khawatir sok perhatian, aku mendengarkan orang-orang di dalam mobil membahas soal jalan belakang.
setengah jam berlalu dan kayaknya mobil belum begitu jauh perginya dari rumah Bunjems. ah, tapi kan aku nggak tau jalan di Jakarta. jadi ya, aku tetep duduk manis walopun hati semakin berdebar-debar.
lalu dramanya dimulai.
macet tidak terelakkan. sayangnya tidak ada helikopter untuk menyelamatkanku dari deretan mobil yang menyemut, membentang sepanjang jalan. bahkan meskipun Bunjems menelepon, tidak ada Kapolres yang sanggup membersihkan jalan dari kendaraan yang menghalangi jalannya mobil kami. satu-satunya yang bisa dilakukan adalah memastikan aku sudah dapat check in clearance setibaku di bandara.
well, kalo nggak sama Bunjems dan her magical persuasion over the phone, nggak akan bisa aku dapat privilege untuk bisa melakukan city check in dari dalam mobil. mungkin di Indonesia ini, aku aja yang pernah city check in di AirAsia. sesuatu yang membuatku merasa penting. halah!
dan aku sampai di airport hanya 25 menit sebelum pesawat diberangkatkan. semua penumpang sudah duduk rapi dalam pesawat. petugas ground naik ke atas pesawat untuk memohon pada kapten pilot untuk menungguku. sementara itu, aku lari dari satu koridor ke koridor lain, menembus antrian, melewati eskalator sambil setengah berlari ditemani seorang petugas AirAsia berseragam merah. dan dijemput di depan ruang tunggu oleh seorang petugas guest service berpakaian hitam-hitam dengan garis merah di kerahnya. senyumnya manis dan badannya tertunduk waktu mengucapkan permintaan maaf.
pesawatku sudah berangkat, karena kapten pilot menolak menungguku lebih dari 10 menit.
huh! kalo pesawat yang delay, aku nggak dapat kompensasi. tapi aku telat dikit aja, langsung ditinggal dan tiketku hangus. betul-betul tidak adil.
dengan lunglai dan shock aku kembali ke counter AirAsia untuk menemui duty manager yang bertugas hari itu, dan menanyakan kemungkinan untuk pindah ke penerbangan berikutnya. duty manager yang tampan itu bernama Aribowo. wajahnya agak malas waktu menemuiku pertama kali. dan aku bisa mengerti itu, pasti banyak orang yang seperti aku. terlambat, lalu harus dia tangani, dan orang yang terlambat itu panik dan marah-marah. tapi aku sama sekali tidak berniat memarahi wajah tampan yang nyaris membuatku meleleh itu. I don't want to give him a hard time.
masih dalam keadaan shock karena ketinggalan pesawat dan ketemu cowok ganteng dalam waktu yang bersamaan, aku pasrah saja dan mengiyakan apapun yang disarankan mas Ari. *wink*
justru dia yang menyadarkan bahwa penerbangan berikutnya adalah jam 3 sore, dan akan lama sekali kalau aku menunggu pesawat AirAsia yang berikutnya ke Palembang tanpa mencoba mencari pesawat lain yang berangkat lebih awal. oh, ini gara-gara tatapan dan senyumnya yang begitu memukau:))
oya, hampir lupa untuk kuceritakan, yang terlambat dari sekian banyak penumpang di pesawat itu ada dua, aku dan mempelai laki-laki yang sedianya akan menikah dengan sahabatku. ia adalah salah satu orang yang menyebabkan aku harus melakukan perjalanan ini. jadi kita berdua, keliling terminal A lagi untuk cari tiket paling cepat ke Palembang setelah jam 11 siang. dapatlah tiket Lion Air jam 13.15
dengan senyum ramah mas duty manager bilang kalau sebenarnya dia sudah membooking tiket lagi untukku dan Mas Didik, sang mempelai laki-laki. tapi aku bilang nggak perlu, karena kami dapat yang lebih cepat. lagipula, setelah sampai di Palembang kami masih harus menempuh perjalanan darat selama 5 jam untuk sampai ke Lahat. dan sebelum aku mengucapkan terimakasih secara berlebihan, aku buru-buru berlalu dari hadapannya. kalau terlambat, bisa-bisa mas Didik harus mengemasku dalam botol supaya nggak berceceran.
sampai di Palembang di ujung siang yang panas itu, aku sudah terlalu lelah untuk menjawab pertanyaan dari saudara-saudara dan keluarga besar sahabatku
"kok bisa telat? kami yang dari Surabaya dan Bandung aja nggak telat"
yeah rite.
*colek-colek mas Ari*
eh, kalo ke Bali harus jadi mampir ya?!
23 Juli 2007pesawat Sriwijaya Air-ku terlambat mendarat di Bandara Sultan Badarrudin II Palembang. memang hanya 15 menit. tapi itu membuatku mendarat 30 menit lebih lambat dari yang dijadualkan di Jakarta, dan aku hanya punya setengah jam untuk lari dari tempat baggage claim di terminal B ke terminal A, menembus antrian pintu masuk terminal keberangkatan A, check in dan pergi ke ruang tunggu.
jantungku berdegup amatlah kencangnya.
akhirnya aku check in aja di counter depan AirAsia. itu loh, yang tempat jualan tiket. dan udah sekalian sama bayar pajak bandara. tapi kata mas-mas yang mengurus tiketku, aku harus masukin bagasiku ke loket check-in nomor 1, karena tasku terlalau besar untuk dimasukkan ke dalam kabin.
padahal antrian di loket itu begitu panjang. masih ada 15 orang di depanku yang hendak check-in untuk naik pesawat ke Batam. uh-oh! aku melihat jam tangan dengan gelisah.
tapi lalu kulihat ada orang-orang yang keluar dari antrian dan pergi ke bagian belakang counter. rupanya ini kebijakan Air Asia supaya para penumpang tidak tertahan karena bagasinya. aku bergabung bersama mereka, dan dalam waktu kurang dari 10 menit, barang-barangku sudah aman dalam perjalanan ke bagasi pesawat, dan aku bisa pergi ke ruang tunggu. sayup-sayup kudengar pengumuman dari Air Asia lewat megaphone untuk para penumpang ke Bali supaya pergi ke bagian belakang counter 1 untuk mendaftarkan bagasinya.
begitu sampai di deretan ruang tunggu, aku dengar pengumuman yang menyatakan kalau penumpang AirAsia ke Denpasar bisa naik pesawat dari gate A7. aku agak heran, karena di boarding pass tulisannya gate A6. tetapi lantas diyakinkan karena tulisan di layar monitor gate A7 sesuai dengan flight code-ku. sampai di depan petugas gate, sudah ada 6 orang yang sedang berdebat tentang A6 dan A7 ini.
"jangan khawatir Ibu" katanya sambil mengambil boarding pass-ku dan menuliskan tiga garis tebal di bawah tulisan Gate A6. "kami yang akan bertanggung jawab. percaya sama saya. ada kesalahan komunikasi sehingga pengumuman yang diberikan petugas bandara salah. tulisan di boarding pass yang benar"
aku lantas mengajak 6 orang yang terdiri dari 2 orang India dan 4 orang bule itu untuk pergi ke gate A6 dan segera bergegas naik pesawat.
hari itu aku sampai di Denpasar 15 menit lebih awal daripada yang dijadualkan, dan sudah terlalu lelah setibanya di Ubud. hanya punya tenaga untuk mandi sebelum tidur.
oya, tulisan ini adalah yang pertama dari beberapa tulisan mengenai perjalananku ke Sumatera, 18-23 Juli 2007.