Monday, January 30, 2006

rumah untuk buku-ku

sudah lama aku berencana membeli rak buku. karena jumlah buku di kamarku semakin hari makin bertambah dan terlihat berantakan karena hanya ditumpuk diatas meja. waktu aku bilang sama wm dan mimi tentang ini, mereka menyarankan aku untuk memasang rak buku di dinding, seperti rak buku mereka di warkop. mimi bilang aku boleh pake papan yang masih tersisa, dan wm bilang dia akan ke ace hardware, jadi aku boleh nitip dibelikan besi untuk penyangga rak buku.

ketika akhirnya semua material terkumpul, warnanya jadi campur aduk. satu papan yang kuambil di warkop berwarna hitam. onet membelikanku papan lain berwarna cokelat. besi penahan papan dan besi rak buku yang menempel di dinding semua berwarna putih. ya udahlah gak papa... udah bagus aku nggak perlu jauh-jauh ke kuta untuk membeli semuanya sendiri, tapi tinggal duduk manis menunggu di ubud. karena setelah semua bahan terkumpul di warkop, phillipe yang membawa semuanya ke ubud.

sabtu kemarin, aku putuskan untuk memasang rak bukuku. mula-mula aku mengambil peralatan ke bee house. phillipe mengijinkan aku meminjam bor, obeng kembang dan meteran. udah gitu, aku masih boleh minta sekrup dan penahan sekrupnya, karena dia masih punya banyak. phillipe memasang rak yang sama denganku. bedanya, punya dia memanjang dari atas ke bawah dengan enam papan.

di bee house onet mengajariku cara memasang mata bor dan langkah-langkah pemasangan sekrupnya. di kosku, aku mengulangi semua yang diajarkan...pake kunci untuk mengendorkan mulut bor, pasang mata bor, eratkan lagi mulut bor dengan kunci. periksa dan pastikan semua udah kencang. colokin kabel ke sumber listrik dan bismillah... aku menekan tombol bor. susah juga ternyata... aku harus menjaga supaya bor tetap berada di satu titik dan menekan cukup kuat supaya mata bor bisa menembus dinding. naif bener aku karena berpikir ini akan gampang. hello, ina... ini kan dinding bata, bukannya kayu balsa.

belum jadi satu lubang, mata bornya bengkok. aku panik. lewat sms onet bilang padaku supaya pake mata bor yang berwarna hitam. "cari yang besarnya sama".
setengah khawatir, aku mencobanya sekali lagi. kali ini dengan mata bor yang berwarna hitam dan dengan persiapan tenaga yang lebih besar. konsentrasi...jangan hiraukan suara yang membahana ketika mata bor menembus dinding... mata bor ini nggak akan bengkok...dan oh, yeah! jadi satu lubang.

waktu mau pasang penahan sekrupnya, aku turun dulu untuk pinjam palu ke bapak kos. tatapannya menyelidik waktu aku meminta palu itu. tapi dia nggak bertanya. aku pasang penahan sekrup dengan palu, lalu membuat lubang berikutnya. setelah itu, aku mulai memasang besi penahan rak, dan menguatkan serup ke dinding. uh! ini bagian yang paling berat. obeng kuputar dan seketika itu juga keringat bercucuran di dahiku. aku bisa merasakan setiap tetesnya seiring masuknya sekrup ke dalam dinding.

akhirnya, ketika dua besi penahan dan empat sekrup terpasang rapi menempel ke dinding, dengan dua papan bertengger manis siap menahan buku-buku-ku, rambutku udah basah dan tubuhku bersimbah peluh. tapi rasa puas karena berhasil memasang rak buku sendiri bikin aku bahagia. sampai tidur pun aku menghadap rak buku malam itu.

5 comments:

Anonymous said...

MAKAN-MAKAN...!!!™

*kipas kipas buku tabungan*

lischantik said...

minuM2...... (susu coklat anget*

:)

Anonymous said...

dulu mamaku buat rak buku hanya dari batu bata dan papan kayu panjang. gak pake maku, ngebor atopun kerjaan lainnya. yg dilakukan hanya menyusun batu bata di samping kiri dan kanan setinggi buku, lalu taruh papannya melintang. lakukan lagi hingga tinggi. that's all :D

tomblos said...

scream shoot!nya mana!

cokelat said...

iya nih! tanpa sekrimsup adalah bambang!

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...