went to their office and saw all of their products made me feel uneasy. went to the supermarket with them is even worst.
(yeah, I know I have to stop this gibberish and start to tell a story)
Jumat itu, sebenarnya aku hanya mau ketemu Vira. aku tau dia sedang ada di Bali. jadi waktu aku masih di Bisma dan dia sms, aku usulkan padanya untuk ketemu di Ubud aja. ternyata dia datang sama teman-teman kantornya. 5 dari 350 orang yang ada di divisi sales Unilever yang sedang bikin annual conference di Bali. mari kita absen lagi satu-satu...Irma, Freddy, Chris, Melda dan Tanti. tentu saja di awal obrolan masih banyak roamingnya. yang mereka bahas masih soal kerjaan. masih tentang apa yang mereka alami di acara yang barusan aja selesai. walopun begitu, tetep aja aku dan Vira nggak ngobrol banyak waktu ada diantara mereka.
pertama, karena kami terlalu baik hati untuk nggak bikin mereka ngalamin roaming karena denger cerita orang-orang yang mereka nggak tau, dengan referensi kejadian masa lalu yang kalo mo diceritain sejarahnya juga panjang banget.
kedua, karena kira-kira 15 menit setelah aku datang, aku mulai diinterogasi sama Chris, dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini;
kamu orang mana?
males banget jawab pertanyaan ini. tapi dia kekeuh minta dikasih tau dimana lahirku, orang tuaku lahir dimana, merasa jadi orang mana...*keluh*
kamu religious ato spiritual?
well, kayaknya ini semacam tes buat masuk uji nyali kali ya...
the rest of the group pada komentar kalo aku udah masuk daftarnya Chris. jadi dari tadi ini nih psikotest gitu? ato test wawancara?... sayangnya pertanyaan yang paling penting nggak ditanyakan. hihihi...
ketiga, ada pertanyaan-pertanyaan seperti...
pake shampoo apa?
(Sunsilk. yang mana? pink n ungu ganti-ganti. oh, yang straight n silky sama weighty and smooth ya?)
pake deterjen apa?
(Attack)
pake pasta gigi apa?
(Enzim)
makan es krim apa?
(dulu Walls sekarang Nestle)
tentu saja! kalo aku nggak pake produk Unilever, jawabanku akan dibahas.
*sigh*
keempat, mereka ini adalah orang-orang yang udah berkali-kali datang ke Bali. dan tentu saja, seperti halnya orang Indonesia (dan Jakarta) lainnya yang mainstream, mereka melulu hanya ngubek-ubek Kuta, Seminyak dan Legian. that's all. dan aku memandang mereka dengan prihatin karena itu:p
sisanya jadi seperti yang biasanya aku lakukan bersama teman-teman lain yang datang, atau tamu lain yang berkunjung ke Ubud. dan ke Komaneka. bercerita tentang sejarah Ubud, tentang Yoga, tentang dupa dan essence oil, upscale hotels and resorts, sedikit tentang upacara dan odalan dan ini dan itu. dan showing room (crossing my fingers that the guests are out of their room...). seperti biasa, aku menikmati saat-saat mereka masuk dari pintu. kamar 201 selalu jadi favoritku karena efeknya yang bekerja secara mencengangkan:D
setelah mereka check in di Teba House, aku mengantar mereka ke supermarket untuk membeli handuk dan lain sebagainya yang mereka perlukan. suatu hari, tahun lalu, aku ke gedungnya Unilever yang sebelahan sama Hoka-hoka Bento dan ngeliat semua produk mereka di lantai dasar. dan seketika aku merasa seperti dicengkeram sesuatu yang besar dan nggak keliatan, tapi bikin aku nggak bisa bergerak. mereka mengisi lebih dari separuh ruang yang ada di lemari persediaan ibuku! yayaya... salah juga aku cerita itu, karena langsung dijawab dengan bilang. memang... 99% rumah tangga di Indonesia begitu. oooh!kenapa fakta yang mengerikan itu dibilangin ke aku? kenapa?
dan sekarang aku pergi ke supermarket sama mereka. begitu nyampe, yang ada mereka langsung berkerumun di depan lemari kaca yang memajang contoh produk, mengomentari display-nya dan aaahh!! aku nggak kuat!
aku langsung kabur ke bagian yang lain. aku nggak mau dengar mereka membandingkan produk-produk itu dan seterusnya, dan seterusnya...
kayaknya ini akan jadi pengalaman traumatis, deh!oh, my eyes...oh, my brain...
dan kemarin pagi, waktu mereka udah pulang, aku ke toko untuk beli pantyliner. tiba-tiba aku melakukan sesuatu yang nggak pernah kulakukan sebelumnya. aku cek pabrik mana yang bikin pantyliner itu.
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
5 comments:
nitip dong!
:D
jadi, pantylinernya buatan unilever bukan? :p
panjangin rambut aaaah,..
panjangin rambut aaaah,..
panjangin rambut aaaah,..
Post a Comment