Friday, May 05, 2006

maaf, straw-nya habis

jangan heran kalau mendengar kalimat itu diucapkan waktu kamu membeli minuman kotak di convenient store 24 jam yang bertebaran di Ubud. awalnya aku sendiri juga bingung. logikanya, setiap minuman kotak datang dari pabrik bersama dengan sedotan alias pipet alias straw-nya. bagaimana mungkin jumlah minuman kotaknya lebih banyak daripada sedotannya, dan sedotannya habis lebih dulu?
udah gitu, kalo sedotannya habis biasanya si penjaga toko nggak mau menjual minuman kotak itu padaku. hal yang pasti akan ditentang pebisnis dan marketer handal. uang kok ditolak!

suatu kali aku bertanya kenapa pada si penjaga toko, gara-gara dia mengambilkan sedotan Capri-Sonne dari bungkusnya, untuk Buavita Guava yang kubeli. alasannya karena dari pusat convenient store itu, semua sedotan udah dilepas dari kotaknya. tetapi bagian pengantaran nggak pernah ambil pusing untuk memastikan jumlah dan jenis sedotan yang disertakannya sama dengan jumlah minuman kotak yang dibawanya. kadang-kadang dibawakan, kadang-kadang nggak. kalau barang sudah sampai, maka tanggung jawab penjaga toko untuk ambil sedotan. meskipun itu kesalahan bagian pengantaran. aneh bener!

aku rasa di gudang pusat convenient store itu, ada seonggok sedotan tanpa minuman kotak. onggokan yang akan berubah jadi gundukan dalam waktu beberapa bulan saja. sekarang ini aku sedang mempertimbangkan untuk meminta pemilik usaha convenient store mencari penanggung jawab sedotan

sedotan lurus berwarna oranye yang diberikan penjaga toko itu tentu saja lebih pendek daripada kotak minumannya dan itu bikin aku harus menjungkirkan kotaknya supaya jus itu bisa kuminum habis tak bersisa.

6 comments:

Anonymous said...

harusnya ina bawa bencong..sedoooooottt ommmmm

Anonymous said...

Let's change 'sedotan' into 'straw' first.

Kegiatan mencabut straw dari inangnya ini diprakarsai oleh Alfa Toko Gudang Rabat Denpasar sekitar tahun 1999/2000-an, dimana pada saat itu banyak terjadi kenihilan straw pada kemasan minuman yang dipajang, yang sangat mengagetkan manajemen karena merupakan jenis modus kejahatan baru di Bali.

Penyebabnya adalah karena tangan-tangan imut nan usil yang gatal untuk mengumpulkan straw tersebut tanpa tujuan yang jelas dan pasti laksana hidup segan matipun tak mau dalam era globalisasi sarat kapitalisme ini.

Hal ini kemudian disiasati dengan mencabut straw dan mengonggokkannya di kasir-kasir, menunggu pembeli untuk dibawa pulang beserta minuman yang dibelinya. Yang mana akhirnya trik ini meluas dan digunakan hingga abad ini.

Menurut saya, kebijakan primitif tak berprikonsumenan ini seharusnya tidak perlu diperpanjang lagi karena secara tidak langsung akan menambah biaya operasional toko, dan tanpa profit.

Lagipula mengutil straw udah tidak jamannya lagi khan?




So, mari kita bersama-sama menandatangani petisi untuk merevisi kebijakan pencabutan straw ini!. Siapa yang mau maju duluan?

Anonymous said...

PINDAH KE DENPASAR.......
HAHAHAHA.......

kalo ga ada sedotan, biasanya tumpangin ke gelas... atou.. di KOKOP...

HAHAHAHA... TAU KOKOP KAN INA?

Anonymous said...

KOKOP itu sering sekali saya baca di menu restoran ikan bakar.

Sluurrpss.. jadi pengen maem padang.

Dian Ina said...

iya didats, aku tau kokop itu apa. itu kosakata jawa.hehehe...

Unknown said...

yoooi sedottt OOOMMM

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...