sejak 1998 aku udah keluar dari rumah. praktis sesudah itu, keluargaku adalah 'keluarga teman-teman' yang menjaga dan menemaniku seperti saudara. atau bahkan lebih. kalau kuingat-ingat lagi, semakin banyak saja kejadian, baik itu sedih maupun senang yang hanya kubagi dengan teman-teman, bukan dengan keluargaku di rumah.
seperti kejadian di sabtu sore itu.
setelah kumatikan telepon, aku merasa sekujur tubuhku beku. lalu rasa sakit itu mulai merambat... pedih dan menusuk. nggak bisa dikeluarkan. namun, suka atau nggak suka, bisa atau nggak bisa, aku harus tetap memasang ekspresi kerja. ini masih di kantor. dan aku nggak boleh kehilangan kendali...
seluruh perasaan baru tumpah ruah waktu aku bicara pada WM dan pada casper malam itu. mereka berdua mendengarkanku dengan sabar dan mendukungku supaya tegar. aku, sepenuhnya tau apa yang akan mereka katakan, atau sikap apa yang sebaiknya diambil. yang nggak bisa aku berikan pada diriku sendiri adalah kalimat "semua akan baik-baik saja". dan mereka berdua yang mengucapkannya. ketika mereka menyatakan kalimat itu untukku, aku percaya. aku percaya sepenuhnya.
saat makan malam itu, dikelilingi lisa, mimi dan WM, aku merasa seperti sedang makan malam bersama keluarga. yang punya kepekaan tertentu untuk memastikan bahwa mereka ada bersamaku disaat-saat yang buruk.
dan seperti kata ido waktu kami (ditambah mas beny dan tony) pergi makan soto menjelang tengah malam itu... seburuk apapun masalah yang kita alami, betapapun parahnya keadaan, hancurnya hati, hidup harus tetap berjalan. harus punya nyali untuk berjalan dengan kepala tegak dan menyingkirkan kesedihan. duh, jarang-jarang lho, diobrolin serius sama ido karena biasanya ledek-ledekan rusuh melulu...
esoknya, aku ngejunk di id-gmail dengan perasaan yang lebih baik, walopun threadnya berjudul 'crushed... into thousand pieces...' yang nggak aku sangka adalah reaksi dari para gajah di kampung. reaksi pertama tentu saja berhubungan dengan casper. wah, casp... sori yah, aku nggak nyangka kalo mereka akan langsung menuduh kamu sementara kamu justru baik banget sama aku waktu itu.
reaksi berikutnya, datang dari salah satu gajah yang tinggal di surabaya, doni kristian dachi. dia yang mula-mula menanggapi threadku dengan 'hi hi hi hi' belakangan malah membuat post khusus di blognya, yang berisi sebelas lagu yang disebutnya kompilasi bunuh diri. setelah membaca thread dan blognya, aku meneteskan air mata sekali lagi.
sampai saat ini pun, waktu aku menulis post ini pun, aku sedang mendengarkan lagu-lagu yang dikumpulkan abang doni. dan merasakan lagi keramahan, kehangatan yang selalu bisa aku dapatkan dari 'keluarga teman-teman'
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Saturday, October 01, 2005
Monday, September 26, 2005
batubulan dan new orleans
seperti biasa, kalo malemnya tidur di warkop, pagi-pagi sekali aku akan sudah bangun dan kebut-kebutan ke ubud biar bisa ngantor tepat waktu. pagi di hari minggu itu, aku harus sedikit bersabar karena sadar nggak bawa jas hujan, sementara hujan turun sejak subuh.
jam 8 pagi aku take off dari warkop. di dekat tohpati, aku berteduh sebentar karena hujan yang mendadak turun lagi. di batubulan, aku juga sempat berteduh di sebuah warung yang dijaga oleh seorang nenek tua. hujan cukup deras, sampai akhirnya menipis, dan jadi gerimis seperti ribuan jarum. sejak memasuki batubulan, aku sempat bertanya-tanya dalam hati, kenapa lalu lintas macet sepagi ini?
jawabannya kutemukan setelah aku melewati tikungan persis setelah tapal batas antara denpasar dan batubulan. air membuncah di selokan besar dibawah jembatan aspal yang kulewati, dan air juga mengalir di sela-sela roda motorku. ini banjir.
air keruh setinggi tiga puluh senti itu mengalir ke arah denpasar, yang letaknya lebih rendah, jadilah aku melawan arus air. aku harus tetap berada di bagian tengah badan jalan supaya tidak terseret ke sisi kiri maupun kanan, tempat dimana air yang lebih deras dan lebih dalam menggenang. juga harus menjaga agar tidak bersenggolan dengan motor dan mobil lain, baik yang masih jalan, maupun yang sudah dituntun, karena mesinnya mati.
kendaraan menyemut di sepanjang jalan yang tiba-tiba berombak itu. ingatanku melayang pada artikel di majalah newsweek yang baru saja selesai aku baca. apakah banjir di louisiana juga seperti banjir di batubulan pagi ini? yang terpikir olehku hanyalah new orleans... new orleans...
setelah sejam lebih berjuang melawan arus, aku menyerah. kuputuskan untuk minggir dan berteduh disalah satu rumah dipinggir jalan. seorang perempuan yang belakangan kuketahui bekerja di travel agent dan seorang laki-laki yang bekerja di pet shop juga ikut berteduh bersamaku. sembari menunggu air sedikit surut. orang-orang di jalan sibuk mencongkel lempengan beton trotoar, supaya air lebih cepat mengalir meninggalkan badan jalan. barulah kusadari, sepanjang jalan di batubulan, selokannya terletak dibawah trotoar, dan lubang tempat air mengalir dari jalan ke selokan sangatlah kecilnya sehingga saat hujan besar datang, air tetap menggenang di jalan. di beberapa tempat bahkan selokan mampet.
setelah dua jam menunggu, air akhirnya surut, dan aku bisa meneruskan jalanku lagi ke ubud. selepas tengah hari, aku baru sampai di kos. rekor kali ini, jarak denpasar-ubud kutempuh dalam waktu 5 jam. jauh lebih lambat daripada waktu biasa yang cuma 30 menit.
jam 8 pagi aku take off dari warkop. di dekat tohpati, aku berteduh sebentar karena hujan yang mendadak turun lagi. di batubulan, aku juga sempat berteduh di sebuah warung yang dijaga oleh seorang nenek tua. hujan cukup deras, sampai akhirnya menipis, dan jadi gerimis seperti ribuan jarum. sejak memasuki batubulan, aku sempat bertanya-tanya dalam hati, kenapa lalu lintas macet sepagi ini?
jawabannya kutemukan setelah aku melewati tikungan persis setelah tapal batas antara denpasar dan batubulan. air membuncah di selokan besar dibawah jembatan aspal yang kulewati, dan air juga mengalir di sela-sela roda motorku. ini banjir.
air keruh setinggi tiga puluh senti itu mengalir ke arah denpasar, yang letaknya lebih rendah, jadilah aku melawan arus air. aku harus tetap berada di bagian tengah badan jalan supaya tidak terseret ke sisi kiri maupun kanan, tempat dimana air yang lebih deras dan lebih dalam menggenang. juga harus menjaga agar tidak bersenggolan dengan motor dan mobil lain, baik yang masih jalan, maupun yang sudah dituntun, karena mesinnya mati.
kendaraan menyemut di sepanjang jalan yang tiba-tiba berombak itu. ingatanku melayang pada artikel di majalah newsweek yang baru saja selesai aku baca. apakah banjir di louisiana juga seperti banjir di batubulan pagi ini? yang terpikir olehku hanyalah new orleans... new orleans...
setelah sejam lebih berjuang melawan arus, aku menyerah. kuputuskan untuk minggir dan berteduh disalah satu rumah dipinggir jalan. seorang perempuan yang belakangan kuketahui bekerja di travel agent dan seorang laki-laki yang bekerja di pet shop juga ikut berteduh bersamaku. sembari menunggu air sedikit surut. orang-orang di jalan sibuk mencongkel lempengan beton trotoar, supaya air lebih cepat mengalir meninggalkan badan jalan. barulah kusadari, sepanjang jalan di batubulan, selokannya terletak dibawah trotoar, dan lubang tempat air mengalir dari jalan ke selokan sangatlah kecilnya sehingga saat hujan besar datang, air tetap menggenang di jalan. di beberapa tempat bahkan selokan mampet.
setelah dua jam menunggu, air akhirnya surut, dan aku bisa meneruskan jalanku lagi ke ubud. selepas tengah hari, aku baru sampai di kos. rekor kali ini, jarak denpasar-ubud kutempuh dalam waktu 5 jam. jauh lebih lambat daripada waktu biasa yang cuma 30 menit.
Friday, September 23, 2005
dalam daftar
this morning, I recall one of the nightmares I had during my early days in komaneka. it was when I found out that all of the staffs at komaneka already knew who I am, and I don't even remember their names! even worse, I was the manager on duty during Nyepi Day and there were twenty staffs under my supervision and only six or seven of them who I had known exactly their names, faces and positions. I had to peep into the scrambled list that I make and sneaking around them during work shifts so that I can look at the name on their uniform while make sure that they didn't know it.
now that those times are passed, I have another list to put on my head. it was the list of the suppliers, carpenters, mechanics, and all of those support groups I'm working with...here's the list will looks like now...
pak darta; developer
pak ngajiman; pool expert
agung dewata; pest control
bu eva; material controller (ordinary face)
bu eva; abn amro bank (very pretty)
wayan; florist
pak sukir; marble man
pak heri; wood finishing
pak yudi; goods supplies
pak datuk; goldfish and garden expert
victor; frames
bu eka; shipping (by air)
pak eka; shipping (by land)
bu lestari; ups
gung aji; immediate driver
mok tut slow; uniform tailor
mok tut andong; households tailor
bu tini; pearl jewels
bu ambar; half-printing batiks
pak ardi; hand made batiks
bu asih; printing
pande; custom made items
tari; bedding and nomade supplies
and the list surely will continue...
now that those times are passed, I have another list to put on my head. it was the list of the suppliers, carpenters, mechanics, and all of those support groups I'm working with...here's the list will looks like now...
pak darta; developer
pak ngajiman; pool expert
agung dewata; pest control
bu eva; material controller (ordinary face)
bu eva; abn amro bank (very pretty)
wayan; florist
pak sukir; marble man
pak heri; wood finishing
pak yudi; goods supplies
pak datuk; goldfish and garden expert
victor; frames
bu eka; shipping (by air)
pak eka; shipping (by land)
bu lestari; ups
gung aji; immediate driver
mok tut slow; uniform tailor
mok tut andong; households tailor
bu tini; pearl jewels
bu ambar; half-printing batiks
pak ardi; hand made batiks
bu asih; printing
pande; custom made items
tari; bedding and nomade supplies
and the list surely will continue...
Thursday, September 22, 2005
pulang dan rumah
tadi malam di dapur merah kami berempat ngobrol setelah makan malam. aku, pak koman, bu mansri dan mas hanafi. kami makan malam bersama karena mas hanafi baru saja datang sore itu.
bu mansri tiba-tiba menanyakan rencana kepulanganku ke malang beberapa hari yang akan datang. setelah aku menjelaskan rencanaku, mas hanafi bertanya sudah berapa lama aku nggak pulang. aku bilang padanya sudah sepuluh bulan, sejak pertama kali aku datang ke bali, akhir tahun lalu.
dan pak koman angkat bicara. katanya:
"tapi mama dan adiknya sudah datang dua bulan yang lalu. jadi sebetulnya sama saja seperti pulang 'kan?"
lalu entah darimana, aku bilang pada mereka bertiga...bahwa mungkin suatu saat nanti, pulang buatku adalah ke bali, dan bukan ke tempat yang lain. memang sebelum ini , pulang berarti berada di jogja. tapi sekarang ini muncul kesadaran baru... sewaktu aku di jogja, betapapun cintaku pada kota itu, masih tetap mama yang membayar ini itu untuk hidupku. sekarang di bali, semuanya kutanggung dan kuhadapi sendiri, lalu yang mandiri itu berarti milikku, dan perasaan itu berarti pulang...
dan kami bicara tentang perasaan-perasaan atas pulang, dan rumah...
tentang orang-orang seperti mas hanafi, yang membangun rumah dari dalam pikirannya, mencari tempatnya, menggambarnya, menunggui pembangunannya, sehingga rumah itu betul-betul miliknya... dan membuatnya selalu ingin pulang. ke rumah...
tentang orang-orang seperti walter spies, yang ayahnya diplomat sehingga ia berpengalaman menjadikan setiap tempat yang ia datangi sebagai rumahnya. sehingga ia tetap bisa merasa pulang,walaupun sedang dibuang ke nias setelah diketahui berorientasi homoseksual. jaman dulu gitu lho!
spies, yang menemukan rumah di nias, membuat ratusan sket yang menunjukkan kekayaan zoologi dan plasma nutfah nias, selama ia pulang kesana.
juga tentang suami-istri shioda, yang sepanjang sepuluh bulan terakhir telah empat kali! menginap di komaneka dan udah booking lagi untuk bulan november dan mei tahun depan!
suami-istri shioda telah pulang. ia menemukan rumahnya di komaneka.
lalu bisakah kita pulang, saat kita tidak betul-betul berada di rumah?
bagaimana memasukkan pintu kamar kedalam jantung, menjejalkan perabotan ke dalam benak, menghirup suasana rumah dalam setiap helaan nafas, sehingga dimanapun kita berada, kita selalu merasa aman, merasa nyaman...merasa berada di tempat yang tepat. berada di rumah. dan selalu pulang...
bu mansri tiba-tiba menanyakan rencana kepulanganku ke malang beberapa hari yang akan datang. setelah aku menjelaskan rencanaku, mas hanafi bertanya sudah berapa lama aku nggak pulang. aku bilang padanya sudah sepuluh bulan, sejak pertama kali aku datang ke bali, akhir tahun lalu.
dan pak koman angkat bicara. katanya:
"tapi mama dan adiknya sudah datang dua bulan yang lalu. jadi sebetulnya sama saja seperti pulang 'kan?"
lalu entah darimana, aku bilang pada mereka bertiga...bahwa mungkin suatu saat nanti, pulang buatku adalah ke bali, dan bukan ke tempat yang lain. memang sebelum ini , pulang berarti berada di jogja. tapi sekarang ini muncul kesadaran baru... sewaktu aku di jogja, betapapun cintaku pada kota itu, masih tetap mama yang membayar ini itu untuk hidupku. sekarang di bali, semuanya kutanggung dan kuhadapi sendiri, lalu yang mandiri itu berarti milikku, dan perasaan itu berarti pulang...
dan kami bicara tentang perasaan-perasaan atas pulang, dan rumah...
tentang orang-orang seperti mas hanafi, yang membangun rumah dari dalam pikirannya, mencari tempatnya, menggambarnya, menunggui pembangunannya, sehingga rumah itu betul-betul miliknya... dan membuatnya selalu ingin pulang. ke rumah...
tentang orang-orang seperti walter spies, yang ayahnya diplomat sehingga ia berpengalaman menjadikan setiap tempat yang ia datangi sebagai rumahnya. sehingga ia tetap bisa merasa pulang,walaupun sedang dibuang ke nias setelah diketahui berorientasi homoseksual. jaman dulu gitu lho!
spies, yang menemukan rumah di nias, membuat ratusan sket yang menunjukkan kekayaan zoologi dan plasma nutfah nias, selama ia pulang kesana.
juga tentang suami-istri shioda, yang sepanjang sepuluh bulan terakhir telah empat kali! menginap di komaneka dan udah booking lagi untuk bulan november dan mei tahun depan!
suami-istri shioda telah pulang. ia menemukan rumahnya di komaneka.
lalu bisakah kita pulang, saat kita tidak betul-betul berada di rumah?
bagaimana memasukkan pintu kamar kedalam jantung, menjejalkan perabotan ke dalam benak, menghirup suasana rumah dalam setiap helaan nafas, sehingga dimanapun kita berada, kita selalu merasa aman, merasa nyaman...merasa berada di tempat yang tepat. berada di rumah. dan selalu pulang...
Tuesday, September 20, 2005
everyday is ngejunk day
udah hampir sebulan ini bikin account baru di gmail, setelah account yang waktu itu dibuat atas undangan dari titis. yang satu ini account khusus untuk ikut di milis yang namanya indonesian gmail. casper yang ngasih tau aku tentang milis ini. dan ternyata ada juga orang-orang yang aku tau dan ikut di milis ini juga. salah satunya rony.
nah...
setiap kali suntuk, atau sedang malas atau sedang 'busy doing nothing' mode turn on, aku akan nge-junk, begitu istilahnya di milis ini. nge-junk artinya menulis tanggapan, atau bikin thread atau apa sajalah di milis ini. aku bilang apa saja karena bahkan kamu boleh aja nggak nulis apa-apa yang secara signifikan berguna buat orang lain. bener-bener kirim sampah deh!
di milis yang anggotanya ada lebih dari 500 ini (demikian yang tercatat), setiap orang nggak boleh nomail, dan itu berarti harus siap alamat emailnya kebanjiran thread, rata-rata 50-75 thread baru dibuat dalam satu hari.
jadi bisa dibayangkan, kalo berusaha baca semua thread yang ada, pasti gak bakalan ada kerjaan lain selain ngejunk di id-gmail yang juga punya nickname kampung gajah.
smua penghuni milis ini dianggap homo. kalo yang perempuan ya... homowati. setiap beberapa waktu, ada aja yang bikin istilah baru, atau trade mark baru, sehingga istilah-istilah macam-macam berseliweran. misalnya baru-baru ini istilah homo ditukar dengan fajri (which is sebenarnya nama salah satu anggota milis ini juga). maka kemudian, kata homo yang sudah ditukar dengan fajri menjadikan, warga kampung gajah sebagai fajriwan dan fajriwati. hum...
tadi siang...
casper memberitahuku sesuatu yang menarik...
bualn ini, aku tercatat masuk 10 besar daftar pengirim email terbanyak ke milis itu. tepatnya nangkring di posisi 8. ah-ah... tampaknya semua perasaan nggak enak sudah tersalurkan dan terlampiaskan. nge-junk sering bikin moodku jadi lebih baik, dan jadi semakin malas pulang dari kantor... malas berpisah dengan internet broadband!
skarang aku sedang berpikir-pikir untuk nungging buat mereka.
mmm... itu istilah untuk kegiatan buka-buka kartu dengan mencantumkan alamat email untuk account di FS, YM id, blog, dan seterusnya...
nungging nggak ya?
nah...
setiap kali suntuk, atau sedang malas atau sedang 'busy doing nothing' mode turn on, aku akan nge-junk, begitu istilahnya di milis ini. nge-junk artinya menulis tanggapan, atau bikin thread atau apa sajalah di milis ini. aku bilang apa saja karena bahkan kamu boleh aja nggak nulis apa-apa yang secara signifikan berguna buat orang lain. bener-bener kirim sampah deh!
di milis yang anggotanya ada lebih dari 500 ini (demikian yang tercatat), setiap orang nggak boleh nomail, dan itu berarti harus siap alamat emailnya kebanjiran thread, rata-rata 50-75 thread baru dibuat dalam satu hari.
jadi bisa dibayangkan, kalo berusaha baca semua thread yang ada, pasti gak bakalan ada kerjaan lain selain ngejunk di id-gmail yang juga punya nickname kampung gajah.
smua penghuni milis ini dianggap homo. kalo yang perempuan ya... homowati. setiap beberapa waktu, ada aja yang bikin istilah baru, atau trade mark baru, sehingga istilah-istilah macam-macam berseliweran. misalnya baru-baru ini istilah homo ditukar dengan fajri (which is sebenarnya nama salah satu anggota milis ini juga). maka kemudian, kata homo yang sudah ditukar dengan fajri menjadikan, warga kampung gajah sebagai fajriwan dan fajriwati. hum...
tadi siang...
casper memberitahuku sesuatu yang menarik...
bualn ini, aku tercatat masuk 10 besar daftar pengirim email terbanyak ke milis itu. tepatnya nangkring di posisi 8. ah-ah... tampaknya semua perasaan nggak enak sudah tersalurkan dan terlampiaskan. nge-junk sering bikin moodku jadi lebih baik, dan jadi semakin malas pulang dari kantor... malas berpisah dengan internet broadband!
skarang aku sedang berpikir-pikir untuk nungging buat mereka.
mmm... itu istilah untuk kegiatan buka-buka kartu dengan mencantumkan alamat email untuk account di FS, YM id, blog, dan seterusnya...
nungging nggak ya?
Monday, September 19, 2005
circle life of ceremony
hari ini mencoba menelepon agus pande lagi, setelah seminggu sebelumnya kirim sms, dan jawabannya adalah "sekarang sedang saya kerjakan. nanti kalau udah selesai akan saya kabari"
me: "hi mas agus! ini dian ina, komaneka"
ap: "hi mbak dian! gimana kabarnya?"
me: "saya baik... lagi sibuk ya? aku ganggu nih... lagi ada dimana?"
ap: "saya lagi di gianyar...iya nih... aduh sori yah... masih belum sempat dikerjain"
me: *terbelalak. whattt?*
ap: "nenek saya meninggal. jadinya harus ada disini terus buat persiapan upacara."
me: "oh... iya sih, kemarin pak koman juga bilang sama saya. neneknya agus pande meninggal, gitu"
ap: "iya, ini juga untung banget lagi off motret"
me: "mau langsung diaben ya, mas?"
ap: "iya, ini rencananya memang mau langsung diabenin. jadi masih agak lama disini"
me: "sampe kapan upacaranya, mas agus?"
ap: "ngabennya sekitar 10 hari lagi. sekitar tanggal 5 oktober baru selesai"
me: "wah masih lama yah?"
ap: "iyah...hari ini rencananya juga mau ambil komputer supaya bisa kerja. kalo pas begadang juga nggak ada apa yang dikerjain..."
me: *hmmm*
ap: "aduh, sori banget ya, mbak dian...saya pasti kerjakan. ini juga kemarin waka mau minta saya motret harus saya tolak. secepatnya akan saya kabari"
me: "ok deh. ditunggu ya mas agus... makasih!"
ok. semua deadline yang perlu foto-foto dari agus pande akan mundur paling nggak seminggu lagi. itu juga kalo cepet. gimana nggak, upacara ngaben itu adalah upacara yang paling lavish dalam hidup orang bali. paling besar, paling rumit, paling lama dan paling banyak makan biaya. bandingkan saja. kalo upacara pernikahan sederhana, habisnya sekitar 7 juta, upacara ngaben dalam skala yang sama bisa menghabiskan sekurangnya 13 juta.
agus pande mendapatkan gelar BFA untuk fotografi dari santa barbara. tapi hal itu nggak mengubah kedudukannya dalam kebudayaan dan adat istiadat bali. kebudayaan itu nggak pandang bulu. untuk yang pendidikannya minim atau maju, untuk yang gaya hidupnya tradisional maupun kontemporer, untuk yang miskin ataupun yang kaya. semua aturannya berlaku sama.
aku selalu tertarik dengan segala jenis upacara yang dibuat di bali. apapun jenisnya, seberapapun skalanya. tapi yang paling merepotkan adalah, seringkali musim upacara datangnya bersamaan dengan high season. pekerjaan menumpuk, sementara staf dan kolega menghilang satu demi satu karena upacara. operasional jadi timpang, deadline mundur nggak karuan, dan pekerjaan apapun rasanya jadi nggak selesai-selesai...
yang paling menyebalkan adalah... semua itu nggak bisa dilawan, dan nggak bisa dilarang. kalopun aku melawannya, yang aku lawan adalah sebuah peradaban. itu berarti...sebelum menang, aku udah mati dulu. nggak mungkin melarang orang untuk cuti kalo alasannya adalah upacara. sekacau apapun keadaan kantor.
then I said to myself;
"welcome to bali, dian ina"
me: "hi mas agus! ini dian ina, komaneka"
ap: "hi mbak dian! gimana kabarnya?"
me: "saya baik... lagi sibuk ya? aku ganggu nih... lagi ada dimana?"
ap: "saya lagi di gianyar...iya nih... aduh sori yah... masih belum sempat dikerjain"
me: *terbelalak. whattt?*
ap: "nenek saya meninggal. jadinya harus ada disini terus buat persiapan upacara."
me: "oh... iya sih, kemarin pak koman juga bilang sama saya. neneknya agus pande meninggal, gitu"
ap: "iya, ini juga untung banget lagi off motret"
me: "mau langsung diaben ya, mas?"
ap: "iya, ini rencananya memang mau langsung diabenin. jadi masih agak lama disini"
me: "sampe kapan upacaranya, mas agus?"
ap: "ngabennya sekitar 10 hari lagi. sekitar tanggal 5 oktober baru selesai"
me: "wah masih lama yah?"
ap: "iyah...hari ini rencananya juga mau ambil komputer supaya bisa kerja. kalo pas begadang juga nggak ada apa yang dikerjain..."
me: *hmmm*
ap: "aduh, sori banget ya, mbak dian...saya pasti kerjakan. ini juga kemarin waka mau minta saya motret harus saya tolak. secepatnya akan saya kabari"
me: "ok deh. ditunggu ya mas agus... makasih!"
ok. semua deadline yang perlu foto-foto dari agus pande akan mundur paling nggak seminggu lagi. itu juga kalo cepet. gimana nggak, upacara ngaben itu adalah upacara yang paling lavish dalam hidup orang bali. paling besar, paling rumit, paling lama dan paling banyak makan biaya. bandingkan saja. kalo upacara pernikahan sederhana, habisnya sekitar 7 juta, upacara ngaben dalam skala yang sama bisa menghabiskan sekurangnya 13 juta.
agus pande mendapatkan gelar BFA untuk fotografi dari santa barbara. tapi hal itu nggak mengubah kedudukannya dalam kebudayaan dan adat istiadat bali. kebudayaan itu nggak pandang bulu. untuk yang pendidikannya minim atau maju, untuk yang gaya hidupnya tradisional maupun kontemporer, untuk yang miskin ataupun yang kaya. semua aturannya berlaku sama.
aku selalu tertarik dengan segala jenis upacara yang dibuat di bali. apapun jenisnya, seberapapun skalanya. tapi yang paling merepotkan adalah, seringkali musim upacara datangnya bersamaan dengan high season. pekerjaan menumpuk, sementara staf dan kolega menghilang satu demi satu karena upacara. operasional jadi timpang, deadline mundur nggak karuan, dan pekerjaan apapun rasanya jadi nggak selesai-selesai...
yang paling menyebalkan adalah... semua itu nggak bisa dilawan, dan nggak bisa dilarang. kalopun aku melawannya, yang aku lawan adalah sebuah peradaban. itu berarti...sebelum menang, aku udah mati dulu. nggak mungkin melarang orang untuk cuti kalo alasannya adalah upacara. sekacau apapun keadaan kantor.
then I said to myself;
"welcome to bali, dian ina"
Friday, September 16, 2005
sophia latjuba
kegiatan pertama setelah bangun tidur tadi pagi adalah menghidupkan komputer,
lalu main zuma sambil dengerin infotainment.
kata mbaknya yang jadi presenter... sophia latjuba melahirkan anak perempuan dari michael villareal.
nama anak itu manuela azizah. wah...wah...wah...
aku langsung ngeliat TV deh... dan berhenti main zuma sebentar. disitu keliatan sophia yang perutnya lagi gede, gambar yang diambil semasa yang bersangkutan lagi hamil.
tunggu...tunggu...
hamil itu kan 9 bulan... tapi sepanjang yang aku ingat, aku cuma pernah nonton pas sophia lagi rebutan laki sama seorang perempuan bule. dan sekarang udah melahirkan anak?
wah...wah...wah... jadi emang udah lama banget aku nggak nonton TV yah?
kapan hamilnya coba?
lalu main zuma sambil dengerin infotainment.
kata mbaknya yang jadi presenter... sophia latjuba melahirkan anak perempuan dari michael villareal.
nama anak itu manuela azizah. wah...wah...wah...
aku langsung ngeliat TV deh... dan berhenti main zuma sebentar. disitu keliatan sophia yang perutnya lagi gede, gambar yang diambil semasa yang bersangkutan lagi hamil.
tunggu...tunggu...
hamil itu kan 9 bulan... tapi sepanjang yang aku ingat, aku cuma pernah nonton pas sophia lagi rebutan laki sama seorang perempuan bule. dan sekarang udah melahirkan anak?
wah...wah...wah... jadi emang udah lama banget aku nggak nonton TV yah?
kapan hamilnya coba?
Monday, August 01, 2005
tony. juragan bakso
panggil dia tony, maru atau tonymaru atau yanton. kamarnya terletak di tengah-tengah rumah warkop. persis didepan gang yang mengarah ke kamar mandi. kamarnya adalah tempat rekreasi yang baik... karena ada komputer dengan MP3 favorit keluarga... dan ada zuma! game yang digilai oleh semua anggota keluarga warkop. jadi di kamar tony, siapa aja bisa nongkrong... ditta, wisnu, tony, naomi, aku, onet... yang gak begitu sering kesitu cuma mas beny, karena dia punya singgasana-nya sendiri.
tony itu lulusan arsitek unpar dan dia sekarang menganggur setelah resign dari sebuah biro konsultasi arsitektur...si tony ini selalu nggak rela kalo tempat tidurnya aku smurf. apakah smurf itu? yaitu adalah sebuah gerakan yang aku lakukan setiap kali datang ke warkop. pertama, aku ambil ancang-ancang beberapa langkah dari pintu kamar. lalu aku berlari kencang dan menjatuhkan badanku setelah melambung sekitar 150 cm di udara, supaya jatuh ke kamar tony.
suatu ketika, dia pernah memasang tulisan di pintu kamar
"dilarang mensmurf di kamar ini"
tapi tentu saja, tulisan itu nggak ada pengaruhnya buatku. kegiatan mensmurf tempat tidur tony terus berlangsung dari hari ke hari.
kalo aku main zuma di kamarnya, dia akan ngajakin aku ngobrol, supaya main zumanya jadi kacau... karena katanya "dilihat dari cara mainnya emang nggak ada harapan untuk bikin rekor sih..." dasar nggak sopan!
setiap kali aku datang ke warkop, tony akan menagih bakso. entah itu karena dia pesan dulu atau nggak. tetap aja ngotot untuk minta bakso. saking senengnya sama bakso solo yang di peliatan itu, waktu berhenti kerja, dia bilang kalo dia mau jadi juragan bakso aja...
Friday, July 29, 2005
wisnoe. the beloved samurai
bicara tentang pak ktp berarti harus bicara tentang wisnoe. mas wisnu, begitu kami memanggilnya... dan kadang juga bisa menjadi WM, leo atau el. tergantung siapa yang memanggil. 'affair'ku dengan mas wisnu berawal dari upayanya untuk menyelamatkanku dari pak ktp...
pak ktp adalah panggilan kesayangan dari kami untuk pak ardha. pemilik rumah warkop. pada suatu pagi, jam 7 tepatnya... aku harus pulang buru-buru ke ubud karena mau ngantor. malam sebelumnya aku nginep sama ditta karena kemaleman pulang setelah sesorean kami berbelanja belanji di kuta galeria. waktu aku turun kebawah, aku ketemu dengan si bapak kos... dan dengan manis aku menyapanya "selamat pagi pak!"
alih-alih membalas sapaanku, dia malah bertanya dengan nada galak "abis nginep-nginep disini ya?"
dasar akunya masih tolol karena belum sepenuhnya bangun, ato emang hari itu lagi innocent, aku membalas kegalakannya dengan ucapan lugu "iya..."
wah! reaksi berikutnya betul-betul dahsyat... seketika dia memanggil ali, pembantunya dan bilang "aliii! kalo dia nginep-nginep disini lagi, minta ktpnya!" ihihi... seketika itu juga dia dipanggil pak ktp olehku.
waktu mas wisnu denger tentang insiden ini, dia berjanji untuk memperkenalkanku secara pribadi pada pak ktp. selama ini, nggak ada yang tau kenapa, setiap orang yang 'dibawa' oleh mas wisnu, entah itu sebagai saudara, adik, ato sepupu, atau bahkan keponakan, selalu diterima dan disambut baik oleh pak ktp sekeluarga. giliranku datang pada saat pesta ulangtahun cucu pak ktp, dimana semua anggota warkop diundang. oleh mas wisnu yang hari itu kebagian memotret, aku dikenalkan sebagai temannya. karena dia udah keabisan stok adik dan saudara.
reaksi pak ktp lagi-lagi berlebihan, karena malah langsung mengklaim-ku sebagai 'calonnya wisnu' dan lalu disambung oleh ibu ardha (karena orangnya baik, jadi jangan disebut bu ktp) dengan ucapan..."wah... cocok-cocok..." yah... jadilah aku dan mas wisnu jadi calon untuk masing-masing. calon arang.
mas wisnu bekerja sebagai fotografer profesional walaupun dia lulusan hi unpad. tipikal fotografer, dia sangat perhatian pada hal-hal kecil, pada semua detail. secara pribadi, dia adalah tempat curhat! hehehe...
karena memang karakternya yang (kata onet) seperti kakak buat kami semuanya. orang yang bisa dipercaya dan diandalkan. yang padanya, kita bisa bicara nyaris apa aja, tanpa khawatir akan nggak dihargai.
dalam beberapa hal, dia pemalu. makanya di friendster pun, sampai saat ini nggak ada satupun fotonya terpasang. waktu masih muda, dia adalah pembalap sepeda. sampai hari ini pun, disaat senggang, mas wisnu masih bersepeda kesana kemari. impiannya sejak lama adalah punya rumah di ubud. I was trying to persuade him to move to ubud, eventhough he hasn't buy any house yet. and I guess he think about it seriously.
kamarnya adalah sumber bantal, selimut dan guling tambahan buat onet, ditta dan aku kalo kami nginep di warkop karena saking sibuknya, dia jarang pulang. baru sekali ini aku ketemu orang punya dua guling dan hanya satu bantal di kamarnya.
salah satu yang paling aku hargai adalah waktu aku sedih dan aku bercerita padanya... dia nggak melarangku untuk sedih. karena katanya kesedihanku itu wajar dan manusiawi. dan itu malah bikin aku nggak tenggelam lama dalam kesedihan. dia melihat sedihku dengan cara yang berbeda. mendengarkanku, lalu mengajakku ke pantai. membiarkan aku yang cerewet diam lama di depan hamparan ombak... sampai ocehanku balik lagi, pertanda aku sudah sembuh.
ini satu-satunya foto mas wisnu yang kupunya. waktu dia sedang ngantri bayar makanan di waroengkoe. jangan salah dengan yang baju ijo. itu mbak kasir!
pak ktp adalah panggilan kesayangan dari kami untuk pak ardha. pemilik rumah warkop. pada suatu pagi, jam 7 tepatnya... aku harus pulang buru-buru ke ubud karena mau ngantor. malam sebelumnya aku nginep sama ditta karena kemaleman pulang setelah sesorean kami berbelanja belanji di kuta galeria. waktu aku turun kebawah, aku ketemu dengan si bapak kos... dan dengan manis aku menyapanya "selamat pagi pak!"
alih-alih membalas sapaanku, dia malah bertanya dengan nada galak "abis nginep-nginep disini ya?"
dasar akunya masih tolol karena belum sepenuhnya bangun, ato emang hari itu lagi innocent, aku membalas kegalakannya dengan ucapan lugu "iya..."
wah! reaksi berikutnya betul-betul dahsyat... seketika dia memanggil ali, pembantunya dan bilang "aliii! kalo dia nginep-nginep disini lagi, minta ktpnya!" ihihi... seketika itu juga dia dipanggil pak ktp olehku.
waktu mas wisnu denger tentang insiden ini, dia berjanji untuk memperkenalkanku secara pribadi pada pak ktp. selama ini, nggak ada yang tau kenapa, setiap orang yang 'dibawa' oleh mas wisnu, entah itu sebagai saudara, adik, ato sepupu, atau bahkan keponakan, selalu diterima dan disambut baik oleh pak ktp sekeluarga. giliranku datang pada saat pesta ulangtahun cucu pak ktp, dimana semua anggota warkop diundang. oleh mas wisnu yang hari itu kebagian memotret, aku dikenalkan sebagai temannya. karena dia udah keabisan stok adik dan saudara.
reaksi pak ktp lagi-lagi berlebihan, karena malah langsung mengklaim-ku sebagai 'calonnya wisnu' dan lalu disambung oleh ibu ardha (karena orangnya baik, jadi jangan disebut bu ktp) dengan ucapan..."wah... cocok-cocok..." yah... jadilah aku dan mas wisnu jadi calon untuk masing-masing. calon arang.
mas wisnu bekerja sebagai fotografer profesional walaupun dia lulusan hi unpad. tipikal fotografer, dia sangat perhatian pada hal-hal kecil, pada semua detail. secara pribadi, dia adalah tempat curhat! hehehe...
karena memang karakternya yang (kata onet) seperti kakak buat kami semuanya. orang yang bisa dipercaya dan diandalkan. yang padanya, kita bisa bicara nyaris apa aja, tanpa khawatir akan nggak dihargai.
dalam beberapa hal, dia pemalu. makanya di friendster pun, sampai saat ini nggak ada satupun fotonya terpasang. waktu masih muda, dia adalah pembalap sepeda. sampai hari ini pun, disaat senggang, mas wisnu masih bersepeda kesana kemari. impiannya sejak lama adalah punya rumah di ubud. I was trying to persuade him to move to ubud, eventhough he hasn't buy any house yet. and I guess he think about it seriously.
kamarnya adalah sumber bantal, selimut dan guling tambahan buat onet, ditta dan aku kalo kami nginep di warkop karena saking sibuknya, dia jarang pulang. baru sekali ini aku ketemu orang punya dua guling dan hanya satu bantal di kamarnya.
salah satu yang paling aku hargai adalah waktu aku sedih dan aku bercerita padanya... dia nggak melarangku untuk sedih. karena katanya kesedihanku itu wajar dan manusiawi. dan itu malah bikin aku nggak tenggelam lama dalam kesedihan. dia melihat sedihku dengan cara yang berbeda. mendengarkanku, lalu mengajakku ke pantai. membiarkan aku yang cerewet diam lama di depan hamparan ombak... sampai ocehanku balik lagi, pertanda aku sudah sembuh.
ini satu-satunya foto mas wisnu yang kupunya. waktu dia sedang ngantri bayar makanan di waroengkoe. jangan salah dengan yang baju ijo. itu mbak kasir!
Monday, July 25, 2005
naomi dari tukad musi
sepanjang bulan juli 2004, hidupku penuh petualangan. sebetulnya petualangan itu dimulai sejak akhir bulan juni. saat itu, aku berkenalan dengan beberapa orang yang tinggal bersama di sebuah rumah kos yang terletak di renon, denpasar. mereka menyebut diri sendiri anak TKM, kependekan dari Tukad Musi, nama jalan tempat kos itu berada. tapi sejak sebuah kecelakaan nama bikinan dion -seorang punker-gothic- rumah itu punya julukan baru. warkop. kalo kamu pernah nonton film-film warkop; dono, kasino, indro, pasti kebayang di rumah seperti apa mereka tinggal. ini memang tipikal rumah yang biasa mereka pergunakan untuk syuting film. tiga tokoh itu akan melakukan hal-hal yang bodoh dirumah, sementara para pemain perempuan, biasanya eva arnaz, nurul arifin, sally marcelina atau merriam bellina, akan berlari-lari alias jogging dengan legging ketat di taman bunga cibubur...
di rumah itu, tinggalah ditta. yang lalu mengenalkanku pada naomi. bisa juga dipanggil mimi atau mimi-chan, naomi lahir dari ibu yang orang jepang dan ayah yang orang kalimantan. dia bisa bicara bahasa indonesia dan bahasa jepang sama baiknya. jadi, tergantung dalam bahasa apa, naomi yang suka kucing ini akan menjelma jadi pribadi yang keliatan beda. pekerjaannya berhubungan dengan urusan kerajinan atau handicraft dan sejenisnya. dia akan mencari-cari barang barang yang diperlukan dan mengirimnya kepada pembeli di jepang. dan sekitarnya. tergila-gila sama permainan zuma. well... aku pikir semua anggota rumah warkop suka main game itu. tapi cuma naomi atau naomiawww yang akan ribut berkepanjangan kalau game itu lagi ngambek. atau hang.
naomi juga gampang lapar. dan gampang ngantuk. kalau kita naik mobil sama-sama, dia yang akan paling dulu terkapar, dimanapun dia duduk. sepertinya dia punya bakat untuk langsung terlelap setelah naik diatas kendaraan. entah mengapa. pekerja keras dan penuh perhatian. walopun suka gampang berubah pikiran juga. mungkin karena urusannya banyak... kadang naomi nggak cukup sabar untuk pergi main sama kami. karena kami sering lupa waktuuuu...
ah, ini aku, ditta-berbaju hitam- dan naomi saat kami menghadiri pesta ulang tahun cucu pak ktp yang pertama di kfc sanur. lengkap dengan topi chaki-nya. yayaya, cucu pertama, dan ulang tahun ke-1.
how do we look here? imut 'kan?
di rumah itu, tinggalah ditta. yang lalu mengenalkanku pada naomi. bisa juga dipanggil mimi atau mimi-chan, naomi lahir dari ibu yang orang jepang dan ayah yang orang kalimantan. dia bisa bicara bahasa indonesia dan bahasa jepang sama baiknya. jadi, tergantung dalam bahasa apa, naomi yang suka kucing ini akan menjelma jadi pribadi yang keliatan beda. pekerjaannya berhubungan dengan urusan kerajinan atau handicraft dan sejenisnya. dia akan mencari-cari barang barang yang diperlukan dan mengirimnya kepada pembeli di jepang. dan sekitarnya. tergila-gila sama permainan zuma. well... aku pikir semua anggota rumah warkop suka main game itu. tapi cuma naomi atau naomiawww yang akan ribut berkepanjangan kalau game itu lagi ngambek. atau hang.
naomi juga gampang lapar. dan gampang ngantuk. kalau kita naik mobil sama-sama, dia yang akan paling dulu terkapar, dimanapun dia duduk. sepertinya dia punya bakat untuk langsung terlelap setelah naik diatas kendaraan. entah mengapa. pekerja keras dan penuh perhatian. walopun suka gampang berubah pikiran juga. mungkin karena urusannya banyak... kadang naomi nggak cukup sabar untuk pergi main sama kami. karena kami sering lupa waktuuuu...
ah, ini aku, ditta-berbaju hitam- dan naomi saat kami menghadiri pesta ulang tahun cucu pak ktp yang pertama di kfc sanur. lengkap dengan topi chaki-nya. yayaya, cucu pertama, dan ulang tahun ke-1.
how do we look here? imut 'kan?
Wednesday, July 20, 2005
in memoriam
May you rest in peace, dear friend...
God shows us how He really love you
Lend your strength to us, to continue your journey
Your unfinished future and your legacy in love
Fajar
Passed away on 20 July 2005
03.30 AM
After a terrible motorbike accident on Saturday, few days before
Subscribe to:
Posts (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...