Sunday, May 29, 2005

melancholy green

setelah tinggal di ubud, aku jadi ngerti ngelangut itu gimana rasanya. dan juga jadi tau kerinduan yang nggak bisa dijelaskan itu seperti apa... ini mungkin akan jadi posting yang agak mengharubiru, kalo nggak malah jadi konyol, tapi kira-kira begitulah yang mau kutuliskan...

di hadapanku setiap hari, terhampar petak kebun yang berwarna hijau segar karena para tukang kebun penata landscape rajin menyiraminya hampir tiap hari. diatas rimbunan di depanku, ada mesin ac, yang setiap hari meneteskan air tak henti-hentinya. jadi, kalau sedang nggak ada orang atau mobil yang lewat, yang kudengar adalah tetes air yang jatuh diatas daun dan warna hijau segar yang terbasuh air terus menerus. atau suara hujan... dan hembusan angin yang membawa rintik air hujan dan bau tanah basah sehabis hujan...tentu saja kalau sedang hujan...

kalau aku berjalan melewati lobi, yang terlihat adalah hamparan hijau rumput di sebelah kanan, dan rimbunan heliconia di sebelah kiri, dengan bunga-bunga merah berseling kuning yang menjuntai malas dari pelepahnya. jangan heran, keluarga heliconia yang kami tanam disini emang dari keluarga yang deket ke pohon pisang. dan kalau jalan lebih jauh lagi, dan sampai di simpang jalan antara ke main pool dan ke spa, ada banyak yang bisa dilihat. bunga embun yang warnanya saga bercampur kebiruan, kolam dengan air mancur kecil yang menggoda, bayangan kolam renang berwarna hjau yang menghanyutkan, dan hamparan padi di sawah... yang sekarang ini sedang hijau-hijaunya, bergoyang, melambai-lambai seolah memanggil-manggil.
yang dipanggilnya bukan hanya pandangan mata. tak jarang, yang dipanggilnya adalah kenangan... dan perasaan-perasaan dimasa lalu.

dan kalau aku menatap hamparan sawah itu hari-hari belakangan ini, lalu berhenti memikirkan pekerjaan, tiba-tiba aku merasa rindu. dan itu rasa kehilangan yang nggak bisa dijelaskan. pada sesuatu yang aku nggak tau apa, dan pada seseorang yang aku juga nggak tau siapa... menjauhkan pandangku dan menarikku dari dunia nyata. lalu ubud terasa lebih sunyi, dan aku seperti sedang ada di sebuah lorong, dan suara-suara terdengar jauh... dan cahaya terang di depan cuma terlihat sayup-sayup...
aku nggak bisa berhenti memikirkan jogja kalau sudah begitu. rasanya ada sesuatu yang memanggil-manggilku disana. apakah itu kenangan? aku nggak tau. aku hanya jadi sendu dan satu demi satu tempat dan orang-orang yang kukenal bermunculan. lalu kejadian-kejadian juga mulai berlompatan dari laci ingatan...

ah... mungkin juga aku cuma sedang melankolis dan terribly sensitive. hmm... aku harap bisa ketemu ferdi kalo udah kayak gini. dan kayaknya aku juga udah mulai garing deh gara-gara kangen ini. kalo harus ke kamar dan ngeliat bunga-bunga yang mengambang di bathub showing room, dan seberkas cahaya jatuh di air berbunga itu... aku juga jadi sendu...

No comments:

duka yang menyusun sendiri petualangannya

  rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...