delapan orang sudah berdiri di meja front office ketika mereka berdatangan. grup yang memakai 10 kamar di resort selama 10 hari. aku juga ada disana. ceritanya sih, mau membantu nih...
gungdek jug ada disana, tapi nggak lama setelah mereka mulai mengisi reservation form, gungdek menghilang. dan nggak keliatan lagi.
dari awal sebenernya targetnya adalah untuk ketemu dengan group leadernya. ariana yang mendekati dan mengajaknya bicara sejak awal, sehingga seterusnya selama proses di lobi si group leader terus menerus bicara dengan ariana.
karena ada salah satu yang keliatan gelisah, aku dekati dan ternyata dia bilang dia udah gak kuat berlama-lama ada di lobi. lalu aku mengantarkannya ke kamar. sepanjang jalan, tentu saja aku memberi tahunya hal-hal mengenai restoran, kolam renang, afternoon tea dan seterusnya. lalu ketika kami sampai di kamarnya...
macet. aku nggak ingat sama sekali apa yang harus aku katakan dan jadi grogi waktu mengingat lagi bahwa ini adalah pertama kalinya aku mengantarkan tamu ke kamar untuk check in. sejauh ini, yang pernah kulakukan baru showing room, sampai mau walk in dan registrasi, tapi nggak pernah nganter ke kamar. sama sekali. untunglah dia bertanya.
dan aku menjawab pertanyaannya, lalu semuanya jadi jelas di kepalaku. jernih seperti aqua yang disuling dari mata air di pandaan. dial 6 for guest service, dial 5 for room service and 7 for the spa. here's the lamp, here's your personal safe deposit for any valuables... dan seterusnya mengalir.
tapi yang paling menggelikan adalah, waktu aku macet...
dia berusaha memberiku tip. dan dia masih bingung dengan uang rupiah... lalu dia bergumam tentang harus ke ATM dan mengeluarkan 7000 rupiah. aku memandangnya dengan tatapan bingung (karena masih mengingat-ngingat apa yang harus aku bilang)... and somehow... dia bilang kalo dia tau jumlah ini pasti sedikit sekali, jadi kalau lain kali dia ketemu aku, dia akan memberiku lebih banyak lagi. aku menerima lima ribuan yang dia ulurkan dengan senyum bingung...
kalo diinget lagi sekarang, masih tetap lucu juga...
*ihihi...*
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Friday, May 20, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment