dia sudah menunggu kami di lobi. dengan senyum yang sama dan potongan rambut yang baru, yang kata kaoru seperti boneka. ah, aku lebih suka menyebutnya dakocan. senyumnya mengembang melihat kami bergegas menghampirinya. aku juga tersenyum, mengingat kalimat terakhirnya waktu menelepon kemarin malam...
"please come. please disturb me"
oh... oh...
aku dan kaoru saling bersepakat bahwa kami terlalu baik hati padanya. kami mengarungi satu setengah jam perjalanan dalam temaram dari ubud menuju ujung dunia bagian selatan, untuk sampai di ritz-carlton, nun di ujung jimbaran, demi hida a.k.a idapon a.k.a ida-san.
tapi percayalah, aku dan kaoru senang hati melakukannya, karena posting ini nggak kubuat untuk ngomel tentang betapa panjang dan gelapnya jalan yang kami lalui. duh... ada hotel segitu gede tapi sepanjang jalan menuju gerbang selepas four seasons sama sekali nggak ada lampu jalan! gilingan...
well, kaoru udah cerita banyak tentang apa yang dia lihat di apartemen hida yang baru di tokyo, juga udah cerita tentang rave party waktu hida nge-DJ di deket shinjuku dan gimana clumsy-nya dia pas mainin set karena kurang latihan dan jadi salah terus. kaoru juga udah cerita tentang mobil kesayangan hida yang namanya akemi-chan... dan semuanya dengan komentar yang sama. hancur! berantakan. kayak kapal pecah...
jadi malam ini, waktu ketemu, yang aku lakukan cukup menggodanya ...
*ahaha!
waktu makan malam di chinese restaurant, kami membuat pengaturan yang sederhana... aku dan hida duduk berhadapan, sementara kaoru berhadapan dengan publisher dan agent yang datang bersama hida dari jepang, yang kedua-duanya nggak bisa bahasa inggris. semeja, tapi beda dunia. aku nggak akan berkutik kalo mereka semua ngomong jepang dehhh!!!
kami makan udang yang dibumbu merah dengan cabe kering, fu yung hai, cumi dengan sayuran dan sup mulut ikan hiu yang direkomendasi oleh si agent. syukurlah si sup tidak datang bersama giginya. dan harapanku hiu yang mereka buat sup malam ini bukan hiu yang berasal dari laut cina selatan, atau bagan siapi-api... karena kalau dari sana, boleh jadi di mulut hiu itu sebelumnya ada korban tsunami. hiiiy!!!
ketika waktu sudah merambat lewat dari jam sepuluh malam, setiap orang di meja itu merasa enggan untuk pergi. tapi besok pagi setumpuk kerja sudah menunggu kami. dan yang lebih parah, hida dan kawan-kawan besok akan langsung check out dan malamnya terbang ke tokyo. lusa, pagi hari tepat setelah mereka sampai di narita, mereka harus langsung bekerja lagi, menyelesaikan report, tulisan dan retouch foto sebelum terlambat karena tenggat sudah dekat. jadual yang luarbiasa padat. kalo abe pernah bilang betapa keras aku bekerja seperti pejuang... tiba-tiba aku merasa kalau perjuanganku belum ada apa-apanya kalo dibandingkan dengan mereka...
mind you, aku sempat berterima kasih pada hida karena beberapa hari sebelumnya, dia ikut repot membantu riset kecilku tentang sumo. dan karena dia nggak tau siapa yokozuna dan ozeki yang paling ngetop sekarang ini, dia bertanya pada ibunya. aduh, dia sampai ambil resiko ditanya-tanya sama ibunya karena tiba-tiba mencari tau tentang sumo. dia bilang ibunya sampai heran karena seumur-umur hida nggak pernah tertarik sama sumo.
waaaw! maafin yaaa... udah bikin heboh!
"see you next month. maybe" katanya ketika tubuhnya menjauh dariku.
turn your working mode again, idapon. jangan katakan selamat tinggal. kita akan bertemu setiap hari di tempat dimana kamu bisa mengirimiku bintang di setiap akhir percakapan...
"...kamu bicara seolah kata-katamu tercetak dalam sebuah buku.." demikian seorang teman berkata. suatu hari. disini, serpih-serpih hari kukumpulkan, dalam tulisan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
duka yang menyusun sendiri petualangannya
rasa kehilangan seorang penonton pada aktor yang dia tonton sepanjang yang bisa dia ingat, adalah kehilangan yang senyap. ia tak bisa meng...
-
meskipun cita-citaku tinggi dan niatku baik, aku harus menerima kenyataan kalau terlalu banyak hal yang bisa menghalangi maksudku membaca bu...
-
Dua puluh tahun yang lalu, saya berkenalan dengan seorang pengelana. Ia senantiasa menelusuri jalan, ke manapun jalan itu membawanya, untuk ...
No comments:
Post a Comment